"Mi, Pi, Keysha berangkat duluan yah. Udah ditungguin Dinda diluar," pamit Keysha kepada kedua orang tuanya seraya mencium punggung tangan mereka.
"Hati-hati ya nak yang bawa mobilnya," pesan Mama Keysha kepada Dinda yang sudah setia menunggu Keysha dari dalam mobil.
"Oke tan, ya udah ya tan. Dinda pamit, udah keburu nih tan," jawab Dinda seraya mengukir senyum manis di bibirnya.
Mobil Dinda melaju dengan kecepatan rata-rata. Dan sudah diduga, macet! "Aduh gimana nih Din? Nanti kalo nggak sempet nanyain kelas lain gimana?" tanya Keysha dengan wajah sangat cemas.
"Udah, lo tuh nggak usah ribet gitu deh. Santai aja," ucap Dinda sambil mencoba menenangkan Keysha.
"Oh iya Din, gue belum cerita yah sama lo?" Keysha beralih memasang wajah gugup.
"Cerita? Cerita apaan?" tanya Dinda sambil sesekali menengok ke arah wajah Keysha.
"Jadi tuh gini, kemarin gue pulang dianter sama Algan-" jelas Keysha yang masih terpotong dikarenakan Dinda mengerem mobilnya secara mendadak.
"Gila! Lo serius? Algan nganter lo pulang? Kesambet jin apaan tuh si Algan sampe-sampe mau nganter lo pulang? Setau gue sih Algan tuh nggak pernah yang namanya nganterin cewek pulang?! Gila lo hebat banget Key! Lo bisa nebeng sama cowok seganteng Algan? Udah deh lo tuh bener bener beruntung," celoteh Dinda tanpa henti. "Emangnya dalam rangka apa juga lo dianter sama Algan?"
"Jadi gini,kemarin tuh gue udah nunggu bis lama banget. Terus tiba-tiba dia nyamperin terus nawarin gue buat nebeng sama dia, pertamanya sih gue nggak mau. Tapi dia maksa, ya udah deh gue iyain aja tawarannya. Udah gitu," jelas Keysha.
Tak terasa mobil Dinda sudah sampai diparkiran sekolah. "Ayo cepet dong Din?!" desak Keysha masih saja menampilkan wajah cemas.
"Iya nih lagi otw keluar," jawab Dinda sangat sabar.
Mereka berdua berlarian menuju koridor kelas sebelas dan bertanya satu persatu kepada siswa-siswi lain, namun hasilnya nihil.
Saat berjalan dikoridor menuju kelasnya, Dinda melihat Algan yang sedang bersandar ditiang depan koridor kelas sebelas jurusan IPS.
"Eh Key, Key, lo liat deh. Itu kan Algan! Samperin Algan aja sana! Cepet! Siapa tau Algan ada mapelnya. Dia juga kan kelas sebelas. Cepet!" paksa Dinda sembari mendorong-dorong tubuh Keysha.
"G-gue malu kalo sendiri dong Din," seakan-akan jantungnya sedang lari marathon, memompa darah lebih cepat dari biasanya.
"Ahh cepet dong nggak usah malu gitu kali!" ucap Dinda.
Akhirnya Keysha memutuskan untuk berjalan sendirian menuju ke tempat dimana Algan sedang bersandar damai sembari menonton siswa-siswa yang sedang bermain basket di lapangan. "H-hai Al, lo ada mapel biologi nggak hari ini?" tanya Keysha dengan wajah yang mulai memerah. Saat itu juga Algan melirik gadis yang ada disebelahnya.
"Gue? Ada. Emangnya kenapa?" ucap Algan kembali bertanya kepada Keysha dengan tatapan khasnya yang mampu membuat Keysha semakin gugup karena tatapan Algan yang sangat jelas menatap langsung manik mata milik Keysha.
"L-lo bawa bukunya kan? Gue pinjem," jawab Keysha yang sangat singkat padat dan jelas.
"Oh, nih." Algan meraba dalam tas hitamnya dan menyodorkan sebuah buku paket tebal kepada Keysha.
"G-gue pinjem dulu ya. Thanks" tanpa babibu Keysha langsung pergi meninggalkan Algan yang masih terpatung ditempat.
"Hati-hati ya Key!" ucap Algan sedikit berteriak ke arah Keysha pergi. Keysha tidak sedikit pun melirik ke arah Algan. Dia sudah sangat gugup dan mungkin saat ini pipinya sudah sangat merah seperti tomat matang.
Sampai dikelas, berondong pertanyaan dari Dinda pun mulai dilontarkan ke Keysha yang baru saja duduk. "Lo kenapa Key? Kok pipi lo merah gitu sih? Wah pasti gugup ye?"
"Lo tuh ya! Sumpah kurang ajar banget! Lo ninggalin gue kan? Gue malu kali," ucap Keysha merasa sebal.
"Ya kan gue juga belum buat pr, ya udah gue tinggal aja deh. Hehe maaf," jelas Dinda seraya meringis.
"Woi guys! Kayaknya Bu Seva nggak dateng!" teriak Deva dari depan pintu kelas.
"Seriusan lo?!" sambut Danu dari pojok kelas.
"Iya bener," ucap Deva memastikan.
"Ya udah ayo! Sekarang kita lanjutin nonton anu nya Maria Ozawa yok!" sorak Danu sekali lagi membuat Keysha tergeleng-geleng.
"Gila lo Nu! Lo tuh emang penyamun banget yah?!" bentak Dinda sambil memelototkan mata.
"Emangnya kenapa? Masih mending gue, nggak berdampak buruk ama orang lain. Liat aja noh si Fahri."
Sesaat beberapa pasang mata dari anak satu kelas beralih menatap seorang cowok yang jailnya minta ampun. Dengan wajah tanpa dosa yang terukir jelas di wajahnya, Fahri tetap melakukan kegiatannya tersebut dengan over pe-de.
"Lo tuh nggak usah gila-gila gitu deh Ri! Coba lo aja yang pantatnya dibakar mau?! Nggak mau kan lo?!" Dinda menampakkan tatapan mautnya kepada Fahri.
"Biarin! Emangnya lo juga mau pantatnya gue bakar?!" sahut Fahri dari pojok kelas. Sesekali gelak tawa terpecah saat ada siswa yang pantatnya kena bakar sama Fahri.
"Apa-apaan ini kalian?! Ha! Kelas apa pasar?! Terus itu ngapain itu Fahri?!"
Seketika kelas berubah menjadi hening saat Bu Seva datang. Dan Fahri hanya bisa menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak terasa gatal.
"Assalamualaikum Bu," akhirnya Fahri mulai angkat bicara. Gelak tawa anak satu kelas mulai terpecah lagi.
"Waalaikumussalam! Kamu tuh ditanyain malah ga jawab?!" bentak Bu Seva sambil menjewer telinga Fahri.
"Ye, Nabi Muhammad aja ngajarin sama umatnya kalo ketemu seseorang wajib menyapa dengan diawali salam Bu," jelas Fahri dengan tampang sok tau.
"Pinter ngeles ya kamu?!"
Bu Seva mulai melepaskan jeweran mautnya dari telinga Fahri. Dan beralih menatap Danu yang sedang senyum-senyum sendiri dengan pandangan ke handphone nya.
"Ini lagi! Kamu nonton apa?! Ha?!" bentak Bu Seva membuat Danu terkejut dan segera memasukkan ponselnya kedalam saku celana.
"Kenapa diumasukkan?!"
"Eh anu Bu, tadi saya tuh anu-"
"Sekarang kalian berdua keluar?! Bersihin toilet! Cepat!"
"Ayo cepet Nu!" ajak Fahri menatap Danu.
“Skuy-lah!”
Sampai dikoridor depan kelas. Mereka sujud syukur karena tidak mengikuti pelajaran Bu Seva yang mereka sebut sebagai guru titisan iblis. "Adeh, syukur gue sujud syukur gue nggak ngikut pelajaran Bu Seva."
"Sama kali bro! Eh kita nongkrong aja lah yok! Nggak sudi gue bersihin toilet kek gitu!" ajak Danu kepada Fahri.
-OooO-
"Gue bakso ama jus jambu biji ya," pinta Dinda kepada Kinar yang akan memesan.
"Gue sama,"
"Oke".
"Key, Key, itu tuh kan Algan sama gengnya?! Liatin lo tuh Key, beneran. Suwer," ucap Dinda sambil menyenggol lengan Keysha.
Mata Keysha beralih menatap segerombolan geng Algan dan salah satunya adalah Vino, kakak Keysha. Seketika matanya terkunci saat menatap persis di iris mata Algan yang terlihat begitu hitam dari kejauhan.
"Eh ntar kesambet lo?! Biasa aja kali yang liatin, lo naksir bro sama tuh cewek?!" ucap Reno sambil mengibas-ibaskan telapak tangannya di depan muka Algan yang sedari tadi menatap keysha tanpa henti.
"Naksir? Wahh bakal ada bencana besar nih bro! Masa Algan suka sama cewek? Widih ternyata lo juga bisa ye jatuh cinta gitu? Algan juga kan biasanya ama gue. Ya nggak yang," ucap Raka sambil mengedip-kedipkan matanya genit ke arah Algan.
Algan hanya terdiam menyimak celotehan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
METAMORFOSA (Completed)
Fiksi RemajaKonon, sungai dan gunung turut mengubah bentuknya dalam kurun waktu tertentu. Lantas apa kabar dengan puing puing perasaanmu? Hidup ini hanya berisi tentang perubahan. Semuanya berusaha, dan diusahakan untuk berubah ataupun mengubah. Keysha Stefani...