Mata Sany secara perlahan terbuka dari tidurnya yang lelap. Ia tersenyum tipis seraya meregangkan tangannya. Selamat pagi hari baru di rumah baru, batin Sany sambil bangkit dari posisi tidurnya. Malam ini ia tidur dengan nyenyak. Semalam Sany dan Sasti larut dalam obrolan hingga tanpa sadar obrolan mereka berlangsung sampai jam 1 malam.
Ucapan-ucapan yang dikeluarkan Sasti semalam membuat Sany mulai tersadar bahwa sudah sepaputnya kita selalu bersyukur atas apa yang kita miliki. Sany mungkin memang merasa kesal kepada orangtuanya terkhusus kepada Rita karena sebagai seorang ibu, Rita jarang memiliki waktu bersama Sany. Akan tetapi, Sany sadar bahwa apa yang dilakukan orangtuanya saat ini untuk kebaikan dirinya juga.
Sany mengambil ponselnya yang berada di atas meja belajar samping kasurnya untuk melihat jam. Ketika Sany menyalakan ponselnya saat itu juga matanya terbelalak.
“Udah siang?!” teriak Sany ketika melihat jam menunjukkan pukul 06.40.
Untuk memastikan lebih lanjut bahwa matahari sudah muncul, Sany berjalan ke arah jendela yang masih tertutup gorden. Ketika ia menyibakkan gorden itu secercah cahaya masuk ke dalam jendela. Sontak Sany seperti terkena serangan jantung.
“Duh gimana nih,” ucap Sany gelisah sambil celingak-celinguk seperti orang bloon. Sany kebingungan mencari handuk untuk mandi.
“Duh! Sany bego amat sih lo!” maki Sany kepada dirinya sendiri sambil menepuk jidatnya. Ia baru saja ingat semalam Sasti memberikan handuk untuknya dan disimpan di dalam lemari. Cepat-cepat Sany mengambil handuk tersebut dan mengacir ke kamar mandi.
Bunda ... Sany kesiangan
*****
Selesai bersiap-siap dengan secepat kilat dan seadanya saja, Sany segera turun ke lantai satu untuk berpamitan kepada Sasti. Akan tetapi, ketika Sany keluar dari kamar dan melewati kamar Daru yang berada di sebelah kamarnya ia malah menghentikan langkahan kakinya di depan pintu kamar cowok itu.
“Kak Daru berangkat belum, yah?” tanya Sany. Sedetik kemudian ia meringis. “Bego! Bego! Bego! Kak Daru pasti udah berangkatlah Sany! Mana mau dia nungguin lo! Toh gue aja berangkatnya sama Kak Niko.”
Setelah itu Sany berlari terbirit-birit menuju lantai satu dan menghampiri Sasti yang berada di ruang makan yang sedang merapikan makananan untuk dimasukkan ke dalam lemari. Di rumah Daru memang tidak ada pembantu, Sasti memilih tidak memiliki asisten rumah tangga karena merasa ia masih bisa mengurus semuanya. Terlebih Sasti juga sudah tidak bekerja.
“Loh Sany kamu mau sekolah?” tanya Sasti ketika melihat Sany dengan wajah panik itu memakai seragam sekolah. Bahkan rambut cewek itu diikat asal-asalan karena tidak ada waktu untuk menyisirnya.
“Tante maafin Sany bangun kesiangan,” kata Sany.
“Malah Tante kirain kamu nggak bakalan sekolah karena masih sedih. Makanya waktu Tante bangunin kamu nggak bangun-bangun.”
Sany menggeleng kuat ada rasa malu juga karena tabiatnya yang susah bangun pagi harus terjadi di hari pertama ia tinggal di rumah Daru.
“Nggak Tante aku tuh kalau masalah sekolah semangat banget.” Tangannya kemudian mengambil tangan Sasti untuk menyalaminya. “Tante aku berangkat dulu yah. Nanti takut gerbangnya keburu ditutup.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, I Love You! (Completed)
Teen FictionDaru tidak tahu harus dengan cara apalagi ia harus menyingkirkan Sany dari kehidupannya. Cewek pecinta warna kuning itu selalu membuat hidup Daru tidak tenang. Apalagi kalau Sany sudah meneriakinya 'I Love You', ingin sekali rasanya Daru mengirim Sa...