Besoknya saat sarapan Sany tidak melihat keberadaan Niko. Di meja makan hanya ada Daru, Sasti, dan Gardi saja.
"Kak Niko ke mana, Tan?" tanyanya kepada Sasti yang sedang mengoleskan selai ke atas roti.
"Oh iya belum Tante kasih tau yah. Hari ini kamu berangkat sama Daru yah. Niko ada acara kampus jadi tadi harus pergi ke kampus pagi banget."
Sany melirik ke arah Daru yang terlihat biasa-biasa saja. Kenapa Kak Daru mau berangkat bareng dengannya? Sany jadi bingung dengan tingkah Daru. Kadang baik kadang judesnya kumat. Hal itu jadi membuat Sany bimbang. Sebenarnya Daru udah suka kepadanya belum sih?
"Aku berangkat sama Kak Daru?" tanya Sany memastikan.
"Iya. Kenapa?"
Sany menggeleng. "Ah, nggak, Tan. Nggak apa-apa."
"Kirain kamu nggak mau berangkat sama Daru. Lagian Tante juga aneh tiba-tiba Daru mau berangkat bareng kamu. Biasanya kan nggak mau."
Daru menatap tajam ke arah Sasti. "Yang Mama omongin ada orangnya loh di sini."
Sasti mendelik. "Lagian kamu tuh kayak yang nggak suka sama Sany. Makanya wajar dong kalau sekarang Mama merasa aneh. Iya kan, Pa?" Sasti melirik Gardi yang sedang menyeruput kopi.
"Iya, Ma."
Daru merasa risi. Ia pun menghabiskan cepat sarapannya dan segera berpamitan untuk bernagkat sekolah.
"Loh Dar, tungguin Sany!" teriak Sasti ketika Daru sudah keluar dari ruang makan.
"Daru tunggu di luar!"
Sasti tersenyum dan melirik Sany yang tergesa-gesa menghabiskan sarapannya. "Pelan-pelan saja, Sayang. Nanti tersedak, Daru nungguin di luar kok."
"Iya Tante."
Lalu setelah Sany selesai sarapan, ia segera berpamitan kepada Sasti dan Gardi lalu menemui Daru yang kini sudah menaiki motornya.
"Kak," panggil Sany.
"Lama."
"Maaf. Kak Daru yang kecepetan."
Daru mendengus dan memberikan helm kepada Sany. "Pake."
Sany mengambil helm itu dan sejenak menatapnya. Helm ini adalah helm yang selalu Zita pakai dan sekarang Sany pun memakainya. Selepas itu ia segera menaiki motor Daru.
"Jangan peluk gue," kata Daru ketika Sany baru saja mengulurkan lengannya untuk memeluk pinggang Daru.
Mata Sany melotot kesal sambil berdesis dan kembali menarik lenganganya. Selepas itu Daru melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Khayalan Sany ketika berangkat bareng bersama Daru itu indah. Namun, realitanya tidak seperti itu. Sepanjang jalan Sany mencoba mengajak Daru untuk mengobrol, Sany berharap ada feedback dari Daru. Tapi, yang ada Daru malah menjawab dengan gumaman dan menghardik Sany agar tidak mengajaknya mengobrol.
Bukan sampai itu saja. Ekspektasi Sany yang indah itu memang harus dibuang. Nyatanya ketika sampai belokan jalan menuju daerah sekolah tiba-tiba saja Daru memberhentikan motornya.
"Kenapa berhenti?"
"Turun," jawab Daru.
"Hah! Gue turun?" tanya Sany kaget.
Daru mengangguk. "Iya lah! Emangnya siapa lagi selain lo di sini."
"Tapi ini kalau jalan lumayan masih jauh dari sekolah, Kak."
"Menurut lo dengan gue mau barengan sama lo itu berarti barengan sampai sekolah juga? Nggak lah! Gue mana mau dijadiin bahan pembicaraan lagi sama orang-orang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, I Love You! (Completed)
Teen FictionDaru tidak tahu harus dengan cara apalagi ia harus menyingkirkan Sany dari kehidupannya. Cewek pecinta warna kuning itu selalu membuat hidup Daru tidak tenang. Apalagi kalau Sany sudah meneriakinya 'I Love You', ingin sekali rasanya Daru mengirim Sa...