25. Daru Tidak Mungkin Sedih

168 15 8
                                    

Setelah kegiatan foto bersama selesai, Sany segera ke kamar dan sialnya sampai saat ini Sany masih belum menghilangkan senyumannya. Hatinya terlalu bahagia dengan kejadian tadi. Sesekali ia tertawa seperti orang yang tidak waras. Oh ya Sany memang tidak waras sih.

Ia pun meraih ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana.

Sany: Sharennnnn. Sumpah lo harus tau.

Sharen: Kenapa? Kak Daru? Bosen.

Sany: Ih ini tuh membahagiakan.

Sharen: Mana ada kabar bahagia dari kisah cinta lo itu.

Sany: Gue sama Kak Daru foto bareng terus Kak Daru rangkul bahu gue >_<

Sharen: SERIUS?! HALU LO NYET.

Sany: Gue nggak halu! Beneran.

Sharen: Bohong lo jadi monyet.

Sany: Ya udah kalau nggak percaya.

Sharen: Kirim bukti.

Sany: Masih ada di kamera Kak Niko.

Sharen: Oke, gue percaya. Tapi kenapa bisa? Bukannya Kak Daru itu bakalan kurapan yah kalau lo pegang? Kok dia mau sih pegang-pegang lo?

Sany: Nah itu, makanya gua juga bingung. Kayaknya Tuhan sudah mengabulkan doa hambanya yang banyak menghalu ini.

Sharen: Foto doang sama rangkul doang nggak memungkinkan dia suka sama lo.

Sany: Fix Kak Daru suka gue.

Sharen: Ngeyel banget punya temennnnn. Disuruh waras malah pilih jalan setan.

Sany: Tapi, anehnya, Ren. Kok Kak Daru tahu gue pindah ekspresinya biasa aja yah. Emang sih kepindahan gue tuh keinginan dia dari dulu. Tapi, bisa nggak gitu punya rasa sedih sedikit aja.

Sharen: NGAKAK BESAR. Wkwkwkw. Makanya jangan dulu ngarep. Kan lu tau Neng, si Ujang Daru itu emang nggak akan pernah suka sama lo :v

Sany: Heh sumpah ya lo akhir-akhir ini ngeselin. Biasanya lo bilang 'oke lo boleh berjuang'. Tapi sekarang lo malah bikin gue makin down.

Sharen: Gue begini biar lo bisa move on, San. Lo udah terlalu lama diginiin sama Kak Daru. Nggak ada hasil lagi.

Sany: Tapi sekarang udah ada hasilnya, Ren...

Sharen: Hasil itu harus dia nembak lo.

Sany: Masih jauh

Sharen: Inget kata tukang parkir: mundur!

Sany: Akang gendang kalau saya bilang nembak yah nembak.

Sharen: Bangke wkwkwkw.

Setelah itu Sany tidak membalasnya lagi. Sharen memang sahabatnya yang kerap kali membuatnya kesal dengan kerap kali menyuruhnya untuk berhenti berjuang, namun Sany sadar kalau Sharen seperti itu karena dia peduli. Bahkan ketika Sany memberitahukan dirinya tidak akan tinggal lagi di rumah Daru, Sharen paling bahagia. Bukannya sedih karena sahabatnya nggak bisa dekat lagi sama gebetan, Sharen malah sebaliknya.

Akan tetapi, Sharen yang selalu mengingatkan Sany agar mundur dan jangan terlalu mengharapkan Daru yang tidak ada harapan ini membuat Sany perlahan terbuka juga, bahwa dirinya memang harus mundur apabila ketika nanti di mana ada waktu jika dirinya harus mulai bisa merelakan Daru.

*****

Besoknya Daru tetap tidak memperlihatkan ekspresi sedihnya. Sial memang Sany jadi sakit hati. Ya sudahlah mau bagaimana lagi memang begitu kenyataannya. Lalu setelah pulang sekolah, Sany segera merapikan barang-barangnya ke dalam kardus dan beberapa bajunya yang mulai ia masukkan ke dalam tas. Ditemani Sasti pekerjaan ini pun dirasa lebih cepat selesainya. Namun masih ada beberapa buku Sany yang belum bisa dimasukkan ke dalam kardus karena tidak ada lagi kardus kosong yang tersisa.

Kemudian saat malam hari tiba, ketika Sany sedang belajar tiba-tiba saja pintu kamarnya diketuk.

"Iya bentar," ucap Sany seraya meloncat dari kursi belajar dan kemudian membuka pintu kamar.

"Kak Daru ngapa—"

"Kardus dari Mama buat barang-barang lo yang belom dirapihin," potong Daru seraya memberikan kardus itu dan matanya melihat kamar Sany yang mulai kosong.

"Makasih. Tante Sasti dapet kardus ini dari mana yah?"

"Gue yang minta ke tetangga."

Mata Sany membulat. "Serius."

"Iyalah."

"Makasih."

"Sama-sama."

Sany mengernyitkan dahinya. "Kak Daru nggak sedih gue pindah lagi?"

"Kenapa harus sedih?"

"Siapa tau gitu Kak Daru sedih. Kak Daru bakalan kangen gue tau."

"Idih, pede lo?"

"Iyalah pede. Gue itu manusia terpede di muka bumi ini."

"Nyadar juga lo."

"Tapi serius Kak Daru nggak sedih?" tanya Sany memastikan kembali.

"Heh denger nih yah. Gue mana ada sedih. Lo pindah dari rumah gue adalah hal yang gue tunggu-tunggu sejak kapan tau. Jadi ngapain gue harus sedih ketika keinginan gue tercapai? Bersyukur yang ada."

Sany memanyunkan bibirnya. Baginya manusia bermulut pedas adalah Daru seorang. Anehnya Sany malah sayang sama orang itu. Cinta emang buta. Dan cewek emang bego kalau sudah terlanjur sayang.

"Emang yah mau sampai kapanpun Kak Daru nggak bakalan suka sama gue."

Daru terdiam.

"Ya udahlah, tapi kenapa kemarin mau difoto sama gue? Ngerangkul segala lagi. Kenapa hayo, kenapa?"

"Pertama rangkulan itu refleks. Kedua gue inget gambar yang lo kasih yang pengen punya foto berdua itu, nah gue mencoba mengabulkan keinginan lo. Hitung-hitung hadiah gue karena lo akhirnya pergi juga dari rumah gue. Seharusnya lo bersyukur keinginan lo akhirnya terkabulkan juga."

"Kirain gue Kak Daru udah mulai suka. Tapi ternyata nggak. Emang yah baca pikiran Kak Daru itu sulit banget. Apa perlu gue ke dukun buat santet Kak Daru?"

Daru melebarkan pupil matanya dan menjitak jidat cewek itu. "Nggak waras lo! Kalau nanti gue tiba-tiba suka sama lo gue tau kalau gue khilaf dan lo yang udah santet gue."

Tiba-tiba saja ponsel Sany yang berada di atas meja belajar berdering. Sany memasuki kamarnya untuk mengambil ponselnya itu dan membiarkan ponselnya berdering.
Sedangkan Daru masih terdiam di ambang pintu.

"Lo nggak angkat itu telepon? Siapa tau dari orangtua lo? Jangan pernah lo nggak angkat telepon dari orangtua karena lo cuman pengen ngobrol sama gue yah," ucap Daru.

"Idih bukan. Itu dari Kalvi."

Daru terpaku. Nama itu pernah ia lihat di layar ponsel Sany sebelumnya.
"Oh ya udah." Daru pun melengos untuk kembali ke kamarnya.

"Nggak mau ngobrol sama gue lagi? Bentar lagi pindah loh?"

"Nggak." Setelah menjawab itu Daru benar-benar menghilang memasuki kamarnya.

Walaupun rasanya sesak karena melihat Daru yang biasa saja, Sany tetap tersenyum. Setidaknya Sany tetap merasa bahagia karena keinginannya foto berdua sama Daru akhirnya tercapai juga.

Hey, I Love You! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang