Ini hari Minggu itu berarti hari ini Sany akan pindah dari rumah Daru. Semalam Ibunya Kalvi—Tante Zahra menelepon Sany bahwa mereka akan menjemput Sany jam 12 siang. Hari Sabtu sore, keluarga Kalvi sudah sampai di Jakarta dan menempati rumah barunya yang tidak lain bersebelahan dengan rumah Sany sendiri. Semalam juga Kalvi menelepon bahwa ia tidak sabar ingin segera bertemu Sany.
"Tante sedih tahu," ucap Sasti. Dari wajahnya ia terlihat sedih berat untuk melepaskan Sany.
Saat ini Sany bersama Sasti dan Gardi sedang menunggu di ruang tamu. Sementara Niko sedang sibuk di dapur dan Daru sibuk memberi makan peliharaannya. Barang-barang Sany yang sudah dirapikan sudah disimpan di teras rumah agar nanti gampang memasukkan ke dalam mobil.
"Tetep di rumah Tante aja yuk, temenin Tante," ucap Sasti.
Sany tertawa pelan. "Ah Tante bikin Sany sedih aja."
"Iya makanya tinggal di sini aja yah." Sasti merangkul bahu Sany dan Sany hanya bisa tertawa.
Tiba-tiba saja suara klakson terdengar. Sudah dipastikan itu adalah Kalvi dan keluarganya. Gardi segera menuju arah pintu untuk mengecek dan ternyata benar Kalvi beserta orangtuanya baru saja turun dari mobil.
Gardi kembali membalikkan tubuhnya. "Ma, mereka sudah datang," ucapnya.
Sasti bangkit dari duduknya yang bertepatan dengan Niko yang baru saja dari dapur.
"Eh, Niko tolong panggilin Daru. Ada tamu gitu," ucap Sasti kepada Niko. Dengan segera Niko kembali melengos ke dapur untuk memanggil Daru yang berada di halaman belakang.
"Assalamualaikum."
Ucapan salam dari orangtua Kalvi bergema. Gardi dan Sasti segera menyambut mereka dan menyuruhnya untuk memasuki rumah. Sany segera menghampiri Zahra dan mencium tangan Ibunya Kalvi itu.
"Apa kabar, Sany?" tanya Zahra.
"Baik, Tante. Om," jawab Sany kemudian mencium tangan Hermawan—ayahnya Kalvi.
"Eh silakan duduk. Bagaimana perjalanan pindahnya kemarin? Lancar?" Sasti mempersilakan keluarga Kalvi untuk duduk di sofa ruang tamu.
"Cukup melelahkan. Bandung-Jakarta di hari Sabtu macet juga," jawab Hermawan sambil tertawa.
"Eh, Kalvi kamu salim dulu sama Tante Omnya," perintah Zahra.
"Iya, Bu," jawab Kalvi kemudian mencium tangan Sasti dan Gardi secara bergantian.
Setelah itu Kalvi duduk di sebelah Sany kemudian menyenggol siku cewek itu. "Lo nggak kangen gue apa?" tanyanya.
"Kangenlah."
"Tapi ekspresi lo biasa aja."
"Terus gue harus gimana? Teriak-teriak gitu? Heh ini rumah orang."
Kalvi tertawa dan mengacak-acak rambut Sany. Sudah lama cowok berkacamata itu tidak bertemu dengan Sany sehingga celengan rindunya itu sudah penuh dan sekarang sudah terobati rasa rindunya. Sany paling ke Bandung kalau lebaran saja yaitu ketika lebaran.
"Eh, itu anak saya," ucap Sasti sambil menunjuk ke arah Niko dan Daru yang baru saja datang dari arah dapur.
"Niko Daru salam dulu sama Tante Zahra dan Om Hermawan," perintah Sasti. Kedua anak laki-laki itu oun menurutinya.
"Yang ini namanya Niko, Bu. Lagi kuliah semester 5," ucap Sasti ketika Niko mencium tangan Zahra. "Nah, kalau yang ini namanya Daru. Kelas 12 satu sekolah sama Sany."
Setelah menyalami Zahra dan Hermawan, Niko dan Daru segera duduk di kursi yang masih tersedia. Diam-diam Daru melirik ke arah Sany yang sedang mengobrol bersama cowok di sampingnya. Cewek itu terlihat bahagia karena sesekali tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, I Love You! (Completed)
Teen FictionDaru tidak tahu harus dengan cara apalagi ia harus menyingkirkan Sany dari kehidupannya. Cewek pecinta warna kuning itu selalu membuat hidup Daru tidak tenang. Apalagi kalau Sany sudah meneriakinya 'I Love You', ingin sekali rasanya Daru mengirim Sa...