15. Tidak Ada Harapan

176 20 2
                                    

Hubungan Daru dan Zita sampai detik ini masih belum membaik. Sebenarnya bukan Zita yang menjauhi Daru melainkan sebaliknya. Daru pikir perlahan ia harus menjauhi Zita agar perasaannya bisa mati dan kembali menyayangi Zita sebagai sahabat. Lagipula Daru mana mungkin memiliki Zita ketika cewek itu masih terbayang-bayang dengan Alfi. Bagi Daru, Alfi memang selalu unggul darinya. Walaupun Alfi itu nakal, namun dia memiliki sisi positif yang mampu membuat orang di dekatnya merasa aman. Walaupun Alfi itu terkesan blak-blakan—termasuk saat menyatakan perasaannya kepada Zita—namun dia itu penyayang.

Awal pertemanan Daru dengan Alfi dan Zita berawal saat MOS SMP. Klise memang, hanya karena satu kelompok dan duduk berdekatan lalu masuk kelas yang sama mereka bertiga menjalin persahabatan. Daru yang terkesan menyukai kedamaian, Alfi yang menyukai kehebohan, dan Zita yang pembawaannya dewasa membuat mereka saling melengkapi.

Hanya saja Alfi sudah lebih dulu pergi meninggalkan mereka.

"Lo sama Zita masih belum baikan?" tanya Erik tanpa menoleh sedikit pun ke arah Daru karena sedang bermain game di ponselnya.

Daru yang juga sedang bermain game menjawab. "Gue cuman mau jauhin dia dulu sampai gue lupa kalau gue suka sama dia."

"Duilah, sok puitis lo—ANJIR KAMPRET! Hayabusa gue mokad"" pekik Erik ketika hero Mobile Legend-nya terkena serangan sampai akhirnya mati.

Daru tetap fokus bermain game yang sama dengan Erik. Sementara itu, sembari menunggu hero-nya kembali hidup Erik mengobrol dengan temannya yang duduk di barisan sebelah. Ozra sedang ke kantin membeli minum dan beberapa makanan—termasuk jajanan Daru dan Erik yang mereka titipkan kepadanya.

"Dar, tadi si Zita nanyain lo tuh," ucap Ozra yang sudah kembali dari kantin duduk di bangku depan Daru.

Daru terkejut mendengar Zita menanyainya, akan tetapi ia berusaha seolah-olah tidak minat.

"Nanyain gimana?" tanya Erik.

"Ozra, Daru gak ke kantin? Gitu doang sih."

"Terus lo jawab apa?" tanya Erik lagi.

"Daru lagi maen game, gue jawab gitu." Tatapannya beralih ke arah Daru yang serius main game. "Lo sama Zita masih marahan atau gimana? Gue bingung."

"Hah?" tanya Daru seolah-olah tidak fokus padahal ia agak malas membahas masalah ini. "Ya gitulah, nanti juga gue baikan lagi sama dia."

"Lo nggak antar-jemput lagi si Zita, kan, semenjak marahan?"

"Heeh."

Selepas itu Ozra tidak banyak bertanya lagi dan mulai mengeluarkan ponsel untuk melihat-lihat timeline Twitter.

Hubungan Daru dan Zita benar-benar seperti orang asing. Tidak ada pertemuan, antar-jemput, tidak ada komunikasi, bahkan tidak ada chatting-an. Sebesar itukah efek jika mencintai sahabat sendiri yang tidak mencintai balik?

*****

Saat ini Daru dan kedua sahabatnya berada di parkiran sekolah untuk segera pulang. Erik dan Ozra biasanya pulang bersama Erik yang selalu nebeng sama Ozra mengingat mereka satu perumahan.

"Itu bukannya si Zita?" Ozra menunjuk ke arah luar gerbang di mana ada Zita yang tengah mengobrol dengan seorang laki-laki yang tidak memakai seragam sekolah.
Siapa dia?

"Lah, dia sama siapa tuh?" tanya Erik dengan mata menyipit untuk melihat lebih jelas wajah laki-laki itu. "Cowoknya kayak anak kuliahan."

Daru tetap bergeming. Diam-diam hatinya terasa sobek. Zita tidak memiliki kakak, ia anak satu-satunya. Lalu laki-laki itu siapa? Sepupunya? Ah, setau Daru saudara Zita itu pada jauh-jauh.

"Pacarnya si Zita kali," cetus Erik membuat Daru menoleh ke arah cowok itu. "Kenapa, Dar? Sakit hati yah?" tanya Erik dengan jahil.

Daru mendengus dan segera melajukan motornya meninggalkan kedua sahabatnya yang kini menganga. Sementara itu, Zita yang menyadari Daru melewatinya sempat melirik ke arah cowok itu yang sudah melajukan motornya menjauh dari area sekolah. Jujur saja Zita merindukan Daru.

"Kenapa, Zit?" tanya cowok yang sedang mengobrol dengan Zita.

"Nggak, Kak, yuk pulang," ajak Zita seraya menaiki motor pria itu.

Pacarnya si Zita kali.

Pacar Zita.

Zita sudah punya pacar.

Kata-kata itu terngiang-ngiang di kepala Daru yang kini membelah jalanan Jakarta dengan kecepatan motor tinggi. Mulai sekarang Daru benar-benar harus merelakan Zita dan paham bahwa dirinya tidak ada harapan untuk bersama Zita melebihi dari batas sahabat.

*****

Sepulang sekolah Sany langsung menghabiskan waktunya di kamar untuk menggambar kelanjutan komiknya. Kemarin Senin Sany sudah memasarkan komiknya itu dan langsung ludes habis dan sekarang ia sedang mengerjakan episode 8. Selang 15 menit Sasti datang ke kamar membawakan camilan untuk menemaninya yang sedang bekerja. Sebelum keluar dari kamar Sasti sempat bertanya kepada Sany; apakah Daru sedang memiliki masalah di sekolah, sebab sepulang sekolah anak bungsunya itu tidak keluar-keluar dari kamar bahkan Daru terlihat lesu dan menolak makan saat Sasti tawarkan. Sany menggeleng tanda tidak tahu.

Mata bulat Sany melirik ke arah jam yang tertera di layar ponselnya. Sudah pukul 18.30 Sany pun memutuskan untuk mengakhiri aktivitasnya dan bergegas menuju toilet untuk membasuh wajah. Namun, sebelum ke kamar mandi, Sany lebih dulu membuka pintu kamarnya dan melongokkan kepalanya untuk melihat ke arah kamar Daru yang tertutup rapat.

Setelah Sasti bertanya seperti itu, Sany ikut merasa aneh dengan Daru. Semenjak pulang sekolah Sany tidak mendengar pintu kamar Daru terbuka.

"Kak Daru kenapa, yah?" gumam Sany sebelum ia kembali masuk ke kamar.

Sementara itu, di kamarnya Daru baru saja terbangun dari tidur lelapnya. Memikirkan Zita membuatnya lelah sehingga ketiduran seperti ini. Bahkan Daru masih memakai seragam sekolah. Daru bangkit dari kasur seraya melepaskan kancing seragamnya, akan tetapi terhenti di pertengahan ketika ponselnya yang berada di atas kasur bergetar tanda satu telepon masuk.

Daru meraih ponsel itu dan segera menjawab telepon masuk dari Erik.

"Hallo?"

"Anjir! Dar! Anjir"

"Kenapa lo?" tanya Daru seraya melepaskan kancing seragam yang tersisa.

"Lo buka IG gak?"

"Gue baru bangun tidur."

"Yaelah, lo gila nanti tidur sore-sore. Buruan buka IG, lihat story-nya si Zita."

"Kenapa emang?"

"Dia punya pacar. Buruanlah buka."

Setelah sambungan terputus Daru mengikuti perintah Erik dan langsung memeriksa instastory Zita. Benar saja, dada Daru langsung merasakan sesak ketika melihat Zita memfoto seorang laki-laki yang tadi bersama Zita sepulang sekolah—tengah bermain ponsel dan tidak sadar sedang difoto—dengan caption; Thx for today 💞

Sesak. Daru langsung menekan tombol kembali.

Benar. Zita sudah memiliki kekasih. Daru ... patah hati.

Hey, I Love You! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang