26. Niko Sebenarnya Tahu

136 14 0
                                    

"Dek, hari Minggu kamu pindah ke rumahnya Kalvi?"

"Iya, hari Minggu aku pindah ke rumahnya Kalvi," ucap Sany kepada Reno-kakaknya yang tiba-tiba saja meneleponya di saat Sany kini sedang makan di kantin.

"Nanti dijemput sama keluarganya Kalvi, kan? Kata Bunda katanya nanti kamu dijemput."

Sany mengangguk seraya menelan kunyahan baksonya. "Iya, nanti aku dijemput kok."

Kemarin malam Reno mendapat kabar dari bundanya bahwa Sany akan segera tinggal di rumah Kalvi untuk menunggu kepulangan mereka dari urusan pekerjaannya. Reno ingin sekali pulang ke Indonesia untuk menjaga adiknya itu, namun apa daya ia tengah disibukkan dengan kuliahnya sendiri.

"Udah beresin barang?"

"Udah, Bang."

"Cek lagi nanti takutnya ada yang ketinggalan."

"Iya...."

"Jangan lupa pamitan dengan baik sama keluarganya Om Gardi. Bilang terima kasih juga."

"Iya, Abangku sayang. Udah ah! Sany lagi makan tau."

"Oke, Abang tutup yah."

"Iya."

Setelah itu sambungan telepon pun terputus. Sany kembali menikmati baksonya.

"Bang Reno kapan pulang, San?" tanya Sharen.

"Tau deh." Sany mengedikkan bahunya.

Sharen mendengus dan kembali memakan mie ayamnya. Tiba-tiba Sharen kembali bertanya.

"Lo nggak kontakan sama Kalvi?"

Sharen memang kenal Kalvi. Sany pernah mengenalkannya lewat telepon dan mereka pernah bertemu ketika Sany berkunjung ke rumah neneknya bersama Sharen yang ikut.

"Kemarin dia telepon tapi nggak gue angkat." Sany terdiam sejenak. "Ren, menurut lo apa Kak Daru bakalan suka gue nggak yah?"

"Setelah setahun lamanya lo masih mempertanyakan pertanyaan bodoh ini?!" Sharen menatap Sany dengan bengis. "Lo udah tau jawabannya masih aja nanya orang."

"Heh, bukan gitu. Gue cuman penasaran aja."

"Bukannya lo selalu optimis kalau Kak Daru bakalan suka sama lo?"

Sany mengangguk. "Iya emang kemarin aja gue udah foto bareng sama dia dirangkul lagi bahu gua."

Sharen memutarkan bola matanya. "Please deh. Lo udah ngomongin itu berkali-kali."

"Hehe." Sany terdiam sejenak. "Tapi, udah foto bareng belum tentu dia suka sih."

Sharen menyungingkan senyum sinis. "Bagus otak lo bener juga, San."

"Susah banget yah dapetin Kak Daru," gumam Sany.

Sejujurnya Sharen tidak menyukai Sany yang terlalu berlebihan ketika menyangkut Daru. Ia ingin Sany tersadar bahwa seberapa keras ia mencoba meluluhkan Daru, semuanya hanya mustahil. Akan tetapi, kini melihat Sany yang sepertinya mulai menyadari bahwa Daru sulit dimilikinya, ada rasa iba dari dalam diri Sharen. Ia tidak suka melihat sahabatnya sedih. Apalagi yang membuatnya sedih adalah yang selama ini menjadi penyemangatnya.

"Kan gue udah bilang dari dulu kalau Kak Daru nggak bakalan suka balik sama lo."

Sany menghela napas pelan. "Kayaknya ucapan lo yang bilang bahwa gue diam di rumah Kak Daru adalah kesempatan gue buat deketin Kak Daru nggak ada hasilnya."

Sharen menggaruk tengkuknya. "Ya gue mana tahu kalau Kak Daru bakalan sekeras itu nyampe sekarang belum juga luluh."

Sany terdiam. Sharen ikut terdiam. Akan tetapi tiba-tiba saja sebuah ide terlintas di pikiran Sharen membuat cewek itu mencubit punggung tangan Sany.

Hey, I Love You! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang