Terhitung sudah satu minggu kepindahan Sany dari rumah Daru dan ada yang berbeda dari cewek itu. Setelah kepindahan Sany dan kehadiran Kalvi cewek itu jadi berbeda. Sudah satu minggu ini Daru tidak diganggu oleh Sany. Biasanya Sany selalu ada di mana-mana, bilang 'I love you' dengan gamblang. Akan tetapi cewek itu seolah-olah benar-benar menghilang dari kehidupannya. Apakah ini tandanya harapan Daru yang menginginkan Sany menghilang dari kehidupannya sudah tergapai? Jika iya seharusnya Daru senang. Tapi entah mengapa rasanya seakan-akan ada yang hilang.
Malam ini selesai makan malam Daru yang sedang belajar pun rasanya tidak bisa konsentrasi. Sialan.
"Sumpah, Dar otak lo udah nggak beres. Ngapain harus mikirin bocah itu." Daru merutuki dirinya sendiri dengan kesal.
Tiba-tiba saja pintu kamar Daru terbuka menampakkan Niko di sana.
"Dar, peliharaan lo tuh. Kucing lo berisik keknya mau ngelahirin. Coba cek deh," ucap Niko.
Daru menoleh. "Udah lo cek, Bang?"
"Udah, keknya mau ngelahirin. Coba cek."
Daru pun bangkit dari duduknya dan segera mengecek kucingnya itu. Dan benar saja, ketika ia sudah sampai di halaman belakang dan mengecek kucing peliharaannya itu ternyata memang sedang melahirkan. Cepat-cepat Daru merapikan kandanganya agar kucing itu bisa melahirkan dengan nyaman.
Tiba-tiba saja ia pun jadi teringat tentang permintaan Sany apabila kucingnya sudah melahirkan untuk memberitahunkanya. Apa dengan cara memberitahu Sany tentang kucingnya ini bisa membuat Daru mengobrol lagi dengan Sany?
Jujur saja Daru sedikit merindukan interaksinya dengan cewek itu.
"Dar?"
"Iya, San."
"San? Sany maksud lo?!" tanya Niko yang ternyata sudah berdiri di belakangnya.
Daru terdiam sejenak kemudian tak lama kemudian ia menyadari apa yang sudah dilakukannya.
"Apaan sih lo! Nggak jelas."
"Heh jelas-jelas tadi lo bilang, San, si Sany maksud lo?"
"Mana ada! Nggak lah. Kuping lo congean kali. Ke dokter sana."
"Kuping gue selalu gue berisihin anjir. Sumpah lo tadi bilang, San. Kangen lo sama dia?" Niko tertawa.
"Nggak lah."
Seketika Niko menoyor kepala adiknya itu. "Gengsi jangan dipelihara, Dar. Bilang aja lo kangen dia."
"Nggak."
"Malu ngakuin sesat di jalan."
"Mana ada gue kangan sama dia. Toh gue aja nggak pernah diganggu lagi sama dia di sekolah. Yang ada gue bersyukur."
"Serius si Sany nggak ngejar-ngejar lo lagi?"
"Heeh."
"Nah artinya bener kalau lo itu sekarang lagi kangen sama dia. Udah lah ngaku aja."
"Fitnah lu."
"Gue nggak fitnah. Nih, secara lo yang dulunya diganggu Sany dan sekarang nggak lagi diganggu sama dia pasti ada rasa kangen lah. Dia yang biasanya ngerecokin lo, dan sekarang nggak lagi pasti bikin kangen. Udah lah, Dar, akuin aja. Nggak ada yang bakalan ngetawain lo kok. Akuin aja lo udah tertarik sama dia."
Daru berdecak. Ia pun kembali memasuki rumah merasa sakit telinga mendengar ucapan Niko.
"KANGEN YAH BILANG! JANGAN DIPENDAM. NYARI PENYAKIT LO?!" teriak Niko.
*****
Pelajaran Fisika sedang berlangsung dengan hening sebab guru yang mengajar terkenal killer. Semua pasang mata fokus ke papan tulis memperhatikan setiap penjelasan dari guru itu. Ada juga yang pura-pura fokus agar tidak disuruh ke depan untuk mengerjakan soal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, I Love You! (Completed)
Teen FictionDaru tidak tahu harus dengan cara apalagi ia harus menyingkirkan Sany dari kehidupannya. Cewek pecinta warna kuning itu selalu membuat hidup Daru tidak tenang. Apalagi kalau Sany sudah meneriakinya 'I Love You', ingin sekali rasanya Daru mengirim Sa...