Tiba waktunya Sany bersama keluarga Daru pergi berlibur. Jadinya mereka berangkat saat Sabtu sore walaupun sempat terjebak macet, namun pada akhirnya mereka pun sampai di Bandung saat malam hari dan langsung tidur karena kelelahan, terutama Niko yang kebagian banyak menyetir.
Mata Sany perlahan terbuka ketika sinar matahari yang menyusup dari jendela mengenai matanya. Suara ribut yang sepertinya berasal dari TV yang berada di luar kamar pun terdengar, sehingga membuat Sany mengernyitkan dahinya, dan tidak lama kemudian ia pun menyadari bahwa dirinya sedang berada di rumah keluarga Daru yang berada di Bandung.
"Ya ampun! Lagi-lagi kesiangan," ringis Sany seraya beringsut dari kasur dan segera keluar dari kamar.
Hal yang pertama kali Sany lihat adalah Niko yang masih tertidur sambil mengorok di atas sofa ruang tamu dan TV di hadapannya masih menyala. Sany celingukan mencari keberadaan yang lainnya namun tidak ia temukan keberadaan Sasti, Gardi, dan Daru. Tiba-tiba saja suara bising dari arah dapur membuat Sany menolah dan melangkah menuju ke sana.
Di dapur ada Sasti yang sedang memasak bersama seorang perempuan yang sudah berumur yang Sany ketahui dia adalah penjaga rumah ini yang semalam menyambutnya bersama suaminya.
"Pagi Tante," sapa Sany kemudian menatap Bi Ayu, "pagi Bi."
"Pagi juga Neng Geulis," jawab Bi Ayu yang sedang memotong sayuran.
Sasti yang sedang mencicipi masakan yang sedang dimasak menoleh. "Gimana tidurnya, nyenyak?"
"Iya Tante, Sany jadi kesiangan hehe," jawab Sany.
"Nggak apa-apa. Kamu juga pasti capek."
Sany tersenyum simpul. "Kak Daru kok nggak kelihatan, Tan?"
"Oh ... dia lagi keluar, jalan-jalan pagi sama Om Gardi."
Sany menganggukan kepalanya tanda paham. "Tante, boleh Sany bantu?"
"Kamu nggak capek, Sayang?"
"Nggak Tan."
"Ya sudah kalau kamu nggak keberatan. Boleh bantuin Bi Ayu potongin sayuran?"
"Oke Tan."
Sany pun berjalan kearah Bi Ayu yang duduk di kursi makan seraya memotong sayuran.
"Bi, Sany bantu yah."
"Silakan Neng geulis. Haduh Neng teh meuni gelis pisan," ucap Bi Ayu memuji Sany yang cantik.
"Bibi mah bisa wae [Bibi mah bisa aja]," jawab Sany tersipu, "Bi Ayu lebih geulis. Awet muda."
Bi Ayu membelalakkan matanya. "Eh, Neng Sany teh tiasa bahasa Sunda?"
"Bisa, Bi. Kan Sany lahir di Bandung. Cuman pas kecil pindah ke Jakarta."
"Kirain teh nggak bisa bahasa Sunda."
Sany tertawa keci.
"Bi Ayu bisa tolongin saya tidak," seru Sasti.
"Iya Bu ada apa?"
"Tolong belikan terigu, kerupuk, sama minyak ke warung boleh?"
"Boleh, Bu."
Sasti tersenyum hangat lalu memberikan uang kepada Bi Ayu. Setelah Bi Ayu bergegas keluar, Sasti mendekati Sany.
"Hati-hati potonginnya, awas kena tangan."
Sany mendongakkan kepalanya dan tersenyum. "Hehe iya, Tan."
Sasti balas tersenyum.
"Tante suka masak yah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, I Love You! (Completed)
Novela JuvenilDaru tidak tahu harus dengan cara apalagi ia harus menyingkirkan Sany dari kehidupannya. Cewek pecinta warna kuning itu selalu membuat hidup Daru tidak tenang. Apalagi kalau Sany sudah meneriakinya 'I Love You', ingin sekali rasanya Daru mengirim Sa...