Sesampainya di rumah Daru, Sany segera turun dari motor cowok itu. Sany terdiam di tempat ketika Daru masih melepaskan helm-nya.
"Masuk sana," ucap Daru.
"Malu, Kak."
Padahal baru satu minggu Sany tidak ke rumah ini tapi rasanya sudah berbeda.
"Kenapa harus malu sih pernha tinggal di sini juga. Ayok, masuk," ajak Daru. Sany mengekori di belakangnya.
Saat memasuki rumahnya, Daru mengucapkan salam dan mendapat sahutan oleh Sasti dari arah dapur yang pasti sudah bisa ditebak kalau mamanya itu sedang memasak.
"Tuh, mama di dapur, samperin aja," ucap Daru. "Gue mau ganti baju dulu."
Daru pun menaiki tangga untuk menuju kamarnya sedangkan Sany menghampiri Sasti di dapur.
"Assalamualaikum, Tante," ucap Sany.
Sasti yang sedang mengaduk sayu asam seketika menoleh. "Waalaikumsalam. Loh Sany ama siapa ke sini?"
Sany mengernyitkan dahinya merasa aneh dengan ekspresi Sasti. "Sama Kak Daru, Tan. Katanya Tante nyuruh aku ke rumah. Ada apa, Tan?"
Sasti mengerutkan dahinya. "Nyuruh ke rumah? Tante nggak nyuruh Daru buat kamu ke rumah."
Bibir Sany sedikit terbuka. Tuh kan aneh banget.
"Ah tapi nggak apa-apa Tante juga kebetulan lagi kangen sama kamu. Eh Darunya mana?"
"Itu, Tan, lagi ganti baju dulu katanya."
"Oh. Eh kamu tahu nggak, kucingnya Daru udah melahirkan loh."
"Tante serius?" mata Sany berbinar.
"Serius. Anaknya tiga."
"Boleh aku lihat?"
"Boleh. Itu di dalam kandangnya." Sasti menunjuk ke arah halaman belakang.
"Sany ke sana dulu yah, Tan."
"Iya, Sayang."
Setelah itu Sany melangkahkan kakinya menuju halaman belakang rumah. Ia langsung melihat anak kucing itu. Anaknya ada tiga dan terlihat sangat mungil. Sany gemas ingin sekali memeganginya.
"Mereka lahir semalam."
Tiba-tiba saja suara Daru menulusup telinga Sany. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Daru yang tengah berjalan mendekatinya. Cowok itu sudah berganti pakaian dengan kaos dan celana selutut.
"Nanti kalau udah gede kucing-kucingnya pasti lucu."
"Iya."
Sany terdiam tidak lagi bersuara. Sebenarnya ia merasa aneh dengan Daru yang di dekatnya ini. Daru telrihat lebih biadab.
"Kak?"
"Hm."
"Kata Tante katanya nggak nyuruh gue ke rumah. Terus, kenapa Kak Daru bohong?"
"Kenapa emangnya? Lo nggak mau ke rumah gue lagi?"
"Bukan begitu," Sany menghela napas pelan. "Kak Daru hari ini aneh aja."
"Aneh gimana?"
"Lebih punya adab."
Daru tertohok. Ia tahu memang selalu berbicara kasar kepada Sany. Tapi, bisa nggak sih Sany nggak ngomong kayak gitu.
"Ya udah gue minta maaf kalau gitu."
"Minta maaf buat apa?"
"Sama kelakuan gue yang bikin lo sakit hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, I Love You! (Completed)
TeenfikceDaru tidak tahu harus dengan cara apalagi ia harus menyingkirkan Sany dari kehidupannya. Cewek pecinta warna kuning itu selalu membuat hidup Daru tidak tenang. Apalagi kalau Sany sudah meneriakinya 'I Love You', ingin sekali rasanya Daru mengirim Sa...