19. Bantuan dan Pencerahan

123 18 3
                                    

Saat istirahat Sany memutuskan untuk pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku paket Fisika, Kimia, dan Matematika yang dibutuhkan. Jujur saja Sany pusing sekali memikirkan tiga pelajaran itu. Pelajaran terlaknat baginya dan paling menyusahkan.

Sharen tidak ikut Sany ke perpustakaan melainkan langsung ke kantin untuk membeli makanan dan sekalian membelikan makanan yang dipesankan oleh Sany.

"Buku Fisika ... nah ini," ucap Sany ketika menemukan buku paket Fisika kelas XI. Setelah mendapatkannya ia pun beralih mencari buku Matematika.

Ketika Sany membalikan tubuhnya hampir saja ia menabrak seseorang jika dirinya tidak langsung mundur satu langkah.

"Kak Daru!" pekiknya.

Daru memutarkan bola matanya dan memilih mengambil buku paket Fisika.

"Kak Daru mau belajar?"

"Bukan, mau nyemilin buku. Tau, nanya!"

Sany mengerutkan hidungnya. "Ih sensi amat sih! Kalau ada kontes orang tersensi gue yakin lo bakalan menang."

Daru menghiraukan ucapan Sany, ia melangkahkan kakinya menuju meja dan duduk di salah satu bangku. Sany turut mengekorinya di belakang dan ketika Daru duduk di salah satu bangku ia juga ikut duduk di samping Daru.

"Lo ngapain sih ngikutin gue?" tanya Daru.

"Namanya juga calon makmunya Kak Daru. Ya, harus deket-deketlah," Sany menyengir lebar.

Daru mendengus kesal dan memilih membuka buku untuk membaca materi yang akan diajarkan setelah jam pelajaran istirahat selasai nanti. Melihat Daru membaca buku Fisika dan menyadari bahwa dirinya juga tengah membawa buku Fisika, Sany jadi teringat sesuatu.

"Kak, ajarin gue Fisika dong."

"Hah, coba diulang?"

"Ajarin gue Fisika."

"Belajar aja sendiri. Ogah gue ngajarin lo."

"Yah, plis dong," Sany menautkan kedua tangannya, "Gue disuruh tambah nilai soalnya. Kak Daru tau kan kalau gue itu bego sama hitung-hitungan."

"Ya makanya jangan ngurusin cinta mulu kalau tau otak masih bego."

"Gue nggak bisa berhenti cinta sama Kak Daru soalnya. Plis dong, Kak, ajarin gue yah." Sany mengguncangkan tangan Daru.

"Apaan sih! Gue aja masih banyak kerjaan, lo malah nyuruh gue ngajarin Fisika segala."

Akhirnya Sany pun terdiam sambil mengerucutkan bibirnya.

"Gue tau Kak Daru sebenarnya masih bingung sama pilihan setelah lulus, kan?"

Kali ini Daru yang terpaku.

"Gue gak tau Kak Daru mau jadi apa. Tapi, yang jelas punya tujuan hidup itu harus, kayak gue misalnya, tujuan untuk menjadi makmumnya Kak Daru, hehe."

"Itu bukan tujuan, Bego."

"Tujuanlah! Dengan begitu Kak Daru juga harus punya pilihan masa depan, misalnya memilih Sany."

Tiba-tiba saja Daru memukul pelan kepala Sany dengan buku yang sedang ia baca dan membuat cewek berambut sebahu itu mengaduh.

"Otak lo emang perlu dibenerin."

"Dibenerin pake cintanya Kak Daru."

Daru menahan napasnya agar ia tidak melakukan hal yang lebih keji lagi untuk membalas tingkah Sany, dan ia pun memilih untuk menghela napas panjang.

"Gue bingung kenapa Kak Daru susah nentuin masa depan? Nilai sekolah Kak Dari bagus, jadi mau ngapain aja bisa."

"Ngomongnya aja gampang."

Hey, I Love You! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang