Tiba-tiba saja saat jam istirahat berlangsung Daru melihat Jeje—ketua komunitas jurnalistik sudah berada di luar kelasnya—menunggu Daru. Alhasil, Daru yang tadinya niat ke kantin harus diurungkan karena Jeje yang minta mengobrol empat mata dengannya.
"Jadi akhirnya?" tanya Daru.
Jeje mengigit bibir bawahnya ia terlihat gelisah. "Gue mau minta maaf sama lo. Ya, gue ngaku, gue sama anak-anak jurnalis salah. Kita salah publish berita. Bahkan gue kena marah sama anak OSIS karena ketahuan bikin berita yang—yeah—nggak bermanfaat."
Daru memasukkan tangannya ke dalam saku, lalu mengedikkan bahunya. "Ya, gue bisa aja maafin lo. Tapi, asal artikel itu udah lo hapus dan buat klarifikasi kalau berita itu hoax.."
Jeje mengangguk cepat. "Gue udah hapus kok! Tenang aja. Tinggal buat klarifikasi aja."
"Bagus kalau gitu, tapi secepatnya yah buat klarifikasi."
"Oke, Dar. Sekali lagi maafin gue sama naka-anak yah."
"Iya."
Jeje menghela napas panjang. "Sekali lagi gue minta maaf banget. Apa yang lo bilang bener, gue sama anak-anak emang sampah dan gue ngerasa jadi ketua yang gak becus. Akhir-akhir ini web komunitas jurnalis lagi sepi, jadi temen gue yang kemarin ngefoto lo diam-diam minta publish beritanya biar web kembali ramai," Jeje terkekeh, "maafin kesalahan gue sama anak jurnalis lainnya yah."
Daru tersenyum kecil. Semarah-marahnya Daru kemarin, tapi kalau yang salah sudah minta maaf, jadi mau ngapain lagi?
"Ya udah, Je. Gue seneng kalau lo ngaku salah. Tapi, please, gue minta tolong, kalau lo mau publish berita lagi yang bener yah angan asal publish aja."
Jeje mengangguk dan menatap Daru dengan mata berbinar merasa lega dan senang Daru sudah memaafkannya.
"Iya gue bakalan berusaha teliti dan hati-hati. Sekali lagi gue minta maaf yah. Sama itu Dar, kemarin gue udah gak sengaja nampar lo. Suer! Itu reflex."
Daru tertawa rendah. "Hahaha itu. Pipi gue jadi panas sih, Je. Lumayan lah sakit, ternyata ditampar tuh rasanya gak enak yah."
Jeje memasang pupy eyes merasa bersalah. Ia menautkan kedua tangannya. "Maafin gue yah plis, gue kaget aja lo bilang gitu. Kesel juga jaidnya reflex nampar lo."
"Hahaha oke, slow aja sih. Nggak apa-apa kok."
"Serius? Maafin gue yah."
"Iya Je iya."
"Thanks yah." Jeje tersenyum.
"Hm." Daru tersenyum kecil.
"Kalau gitu makasih buat waktunya. Maaf udah ganggu waktu istirahat lo."
"Santai aja."
Sementara itu tidak jauh dari depan kelas Daru Sany menghentikan langkahan kakinya—diikuti Sharen—ketika tidak sengaja ia melihat Daru sedang mengobrol dengan Jeje.
"Bentar, Ren. Itu Kak Daru kan sama Kaka Jeje?" tanya Sunny.
"Mana?"
"Itu," Sany menunjuk ke arah Daru.
"Iya. Lagi ngapain yah mereka?" tanya Sharen.
Sany mengedikkan bahunya.
Tiba-tiba saja Sharen berseru. "Oh! Palingan Kak Jeje lagi ngobrolin soal artikel lo sama Kak Daru itu. Soalnya gue lihat semalem artikel lo sama Kak Daru itu udah dihapus terus katanya kena tegur OSIS."
"Serius?" tanya Sany tidak percaya.
"Iya."
"Ah, syukurlah. Ya udah, kantin yuk," ajak Sunny.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, I Love You! (Completed)
Ficção AdolescenteDaru tidak tahu harus dengan cara apalagi ia harus menyingkirkan Sany dari kehidupannya. Cewek pecinta warna kuning itu selalu membuat hidup Daru tidak tenang. Apalagi kalau Sany sudah meneriakinya 'I Love You', ingin sekali rasanya Daru mengirim Sa...