Love Or Best?

galau yuki

Semenjak pulang dari lunch di kafe bareng rio dkk, yuki menjadi hilang semangat.

Al tunangannya...
Rio gebetannya...
Al punya allysa
Rio bukan milik siapa siapa....
Statusnya dan Al terikan.....
Statusnya dengan rio tak jelas...

Haruskah yuki meminta...?
Ia lebih baik sendiri tanpa harus terikat.

Bolehkah ia berbahagia seperti Al yang berbahagia dengan Allysa??

Poor you yuki!!!

"hallo, gibran?"

Yuki bertanya memastikan.

"iya, yuki yah? Mantan gebetan aku?? Haha..."

Gibran tertawa di ujung telfon sana namun tawanya terhenti dikala isak tangis yuki terdengar di pendengarannya.

"kamu kenapa..?"

"gue sebel gib, gue sebel!! Kenapasih cowok itu sulit di tebak?? Kenapa, gue harus terikat dan jatuh cinta pada orang yang tak tepat.kenapa!!"

Gibran menghela nafas di ujung sana, ia berbaring terlentang di kasur empuknya sambil menatap langit langit kamarnya dengan pandangan menerawang

"masalah Al yah...?"

"kali ini double, gue ngerasa dunia ngak adil pada gue gib..."

"loe di jodohin sama dua orang sekaligus???"

"njirrr dikira gue jomblo kurang belaian apa, dikasih dua sekaligus!!! Gue serius gib!!"

"gue juga serius kuy!!tapi yg jadi masalahnya disini, loe itu sebenarnya ada masalah apa...?"

Yah, gibran tak tahu apa apa.yuki tahu itu.... Di dalam pikiran yuki terbesit pemikiran untuk curhat akan segala hal yang terjadi di hari ini.
Yah, gibran bisa di andalkan!!!

"loe tau, gue suka rio...?"

"rio hariyanto, bukan sih..?"

"bukan!!yang gue suka itu rio alexander, spupu Al"

"sumpah??? Demi???"

"gue juga baru taunya pas kami lunch bareng"

"double date...?"

"not, gue bareng teman gue sedangkan Al bareng allysa di meja samping.."

"wow, its very drama scene!! Trus, trus??"

"yah gitu, jadi begini ceritanya..."

Yuki menceritakan semua hal tanpa celah, ia sekarang sudah yakin gibran adalah tempat curhat paling tepat untuk dirinya, andai saja ia bisa meminta untuk jatuh cinta pada siapa, ia akan memilih gibran sebagai orang yg ia cintai.

Tapi nyatanya hatinya tak mengizinkannya bahagia. Bohong!! Jika orang diluar sana mengatakan bahwa nyaman adalah tanda cinta. Ia nyaman pada gibran tapi tak lebih dari kata sahabat. Ia takut saat berada di dekat Al, tapi takdir mengutuknya untuk berani dengan ikatan status keduanya.

"jadi begitu ceritanya..."

"trus, loe masih naksir rio?"

"gue ngak mau muna, gue masih sayang rio. Tapi gue merasa dari sorot matanya itu, gue cuma mainan asyik buat dia"

"maksud kamu?"

"rio ingin membuat Al cemburu, ia ingin merebut aku Dari Al kalau Al belum sadar juga. Untuk apacoba Al cemburu? Dan katanya Al belum sadar? Sadar apa? Sadar bahwa dia mencintai gue? Ngimpi!! Halu parah..."

"loe ngak niat buat ikutin mau rio?"

"for what?? To make Al jeleous? Sorry, gue dan Al ngak pernah ada rasa. We're friend. Ngak lebih!!"

"menurut gue, ini bukan rencana yang buruk kuy. Loe suka rio kan? LiaT sisi positif nya ajah, kalau loe menerima tawaran rio berarti loe punya kesempatan besar buat lebih dekat dengan rio..."

"not bad, tapi kenapa ngak langsung to the poin ajah?"

"loe pengen bilang gini ke rio "yo,gue suka loe. Kita jadian ajah yuk? Al mah kelaut ajah jadi patrick biar sama sandy terus..."

"dih, maunya aih gitu. Tapi kok terdengar agresif yah?"

"yaiyalah, walaupun jaman now lagi gencar emansimpanse wanita, tapi tetap ajah cewek itu harus punya harga diri. Kalau rio nolak loe gimana?"

"njirrr emansimpanse!!!  Loe pikir kera!! Eh, tadi loe bilang pathrick dan sandy apa hubungannya?"

"iyalah, Al itu bagai pathrick dia bodoh!! Terlalu ngak peka dengan situasi, masih otak labil!! Nah, si allysa itu tuh bagaikan sandy, sukanya pake kutang dan pelapis segitiga ajah. Ngak takut masuk angin ape tuh anak? "

"njirrr gue ngangkak sumpah!!! Tapi semua yg loe bilang itu seketika membuat gue terinspirasi gib, thanks yah..."

"kamu tau, apa yang harus kamu lakukan?"

"yes I did it.."

Yuki tersenyum senang sebelum akhirnya memutus sambungan telfonnya. Ada rasa lega yang seketika hadir membuat zona abu abu yuki menjauh di usir oleh awan biru.

Ini timing yang tepat. Berpura pura dan mengejar, lalu melepaskan yang dulu tak berbekas lalu menggenggam yang baru, yang dulunya hanya angan menjadi realita.