Al ghazali seorang dj muda berbakat yg suka akan dunia malam kini harus menerima perjodohan ayahnya pada artis muda berbakat keturunan jepang yg merupakan anak dari sahabat ayahnya yg berada di italia .
ia harus menerimanya tanpa penolakan walaupun...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gibran,Yuki , dan rasya waktu SMA.
Flashback...
"Gibran, ada Yuki!!"
Gibran celingak-celinguk an mencari keberadaan Yuki di seisi kelas. Di depan sana, rasya mulai tertawa terbahak bahak . Dasar teman kamprett!!
"Nggak lucu, bego!!"
"Ciee marah, lagi pms yah mas ? "
Gibran mengibaskan tangan nya tanda omongan rasya hanya angin untuk nya. Ia melanjutkan tidur nya, menjadikan tas Al sebagai bantalan nya. Mata nya mulai terpejam sedikit demi sedikit. Namun, sebuah suara yang sangat di kenal nya , datang membawa nya ke alam sadar sepenuhnya . Rasa kantuk yang melanda nya tadi, lenyap seketika, persis seperti debu yang tersiram air.
"Misi, yang nama nya gue sebutin maju satu satu yah."
Yuki, dibantu Rana sahabat nya membuka lembaran absensi kelas berwarna merah maroon. Sambil membagikan sebuah kotak berwarna merah jambu.
"Siska Aprilia"
"Absen kak, lagi ke luar negeri"
Yuki mengangguk , lalu kemudian berucap "Ada yang mau nyimpemin? Soalnya mulai besok sampai 5 hari ke depan anak kelas tiga ada darma wisata. Ini penting loh buat ikut leb kimia besok."
Yuki melihat sekeliling , namun nampak nya banyak yang segan untuk mengambil barang dari seorang Siska.
Siapa yang mau berhadapan dengan cewek Galak macam Siska ? Udah ngomong nya pedas, judez, sok kaya lagi .
Semua nya nampak menunjuk satu sama lain. Seolah tak ada yang ingin menyimpan kan barang Siska.
"Saya aja kak"
Gibran berdiri di sertai senyum cerah di wajah nya.
"Nama loe siapa ?"
"Gibran Fauzan kak"
"Teman nya Al yah ?"
"Iya kak"
"Oke."
Yuki berjalan perlahan menuju Gibran sambil memegang dua kardus kecil berwarna merah jambu itu.
