Tak ada yang tau , apa isi hati yang sebenarnya dari seorang Gibran Fauzan. Mereka yang pertama kali mengenalnya pasti selalu berspekulasi bahwa Gibran hanya lelaki gombal tingkat dewa yang hidup nya nggak pernah susah, dan ngebawa enjoy semua masalah.
Tapi, jika di putar 90° saja, kalian bisa mengenal Gibran yg sebenar nya .
Tentang dia yang begitu mengagumi, mencintai, merelakan, lalu Padaa akhirnya mendapatkan .Ia pernah begitu mengagumi Yuki sedari kecil sampai ia di cap sebagai bocah penuh khayalan. Ia pernah begitu mencintai yuki ,sampai cita cita nya hanya menjadikan Yuki ratu di hidupnya. Ia juga pernah merelakan Yuki, saat ia sadar bahwa nyatanya ia bukan siapa siapa di banding Al yang punya segalanya.
Ia pernah membuka hatinya pada seorang gadis bernama Lira, tak berselang lama hanya 4 bulan, penyakit kanker stadium 4 lira membuat mereka terpisah akan dunia dan akhirat. Gibran pernah merasakan kehilangan teramat dalam, saat ia sudah ingin melupakan namun berujung merelakan.
Ia hanya lelaki biasa yang terlalu memberi seluruh hidup nya untuk cinta. Baginya, kebahagiaan orang yang di cintai nya adalah prioritas utama nya.
Pernah waktu itu, di saat ia dan Yuki duduk di batu besar di pantai kala itu, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk membuat Al, sahabat nya membuka mata untuk memilih Yuki, yang sudah jelas amat baik untuk masa depannya.
Tapi nyata nya , bagi Al yang baik saja tak cukup. Ia perlu wanita yang bisa menghiburnya bukan yang mengubahnya.
Masih Gibran ingat saat itu, saat ia duduk berdua dengan Al di sebuah kafe, saat itu mereka memesan 2 americano dingin dengan roti isi daging.
"Gib, kalau loe jadi gue, loe bakal milih siapa?"
"Masih tentang Yuki dan allysa ?"
Al mengangguk."Gue bakal milih Yuki, bukan karena allysa nggak baik. Tapi karena hati gue yang berkata Yuki lah yang tepat untuk mengubah masa depan gue ..."
"Loe ngomong nya kayak dari hati banget ..."
"Ntahlah, mungkin ngak seharusnya gue menaroh perasaan lebih pada jodoh orang." Ucap Gibran pelan, hampir tak terdengar di kuping Al.
"Maksud loe?"
Tanya Al bingung.
"Nope"
"Jujur gib, kebersamaan gue dengan Yuki 2 Minggu terakhir ini membuat gue terbiasa. Tapi sayang, itu tak seberapa dengan 1 tahun yang gue lalui bersama alysa "
Gibran menaikkan alis nya tanda tak mengerti, sedangkan Al mulai menerawang gambaran kebersamaan nya bersama Yuki di hari sebelumnya.
"Yuki baik. Dia selalu bisa berbaur dengan suasana. Tapi lucu nya, allysa terlanjur membenci dia.sehingga membuat gue berada diantara dua pilihan. Tegas ke papa untuk menolak perjodohan ini, atau kehilangan allysa untuk selamanya."
Al menghembuskan nafas lelah. Ia bersandar pada kursi yang di duduki nya sambil menutup mata , lelah.
"Tapi nyatanya, gue lembek. Gue nyaman di dekat Yuki tapi gue nggak mau kehilangan allysa . Bahkan di saat seperti ini pun , gue memesan minuman kesukaan allysa bersamaan dengan makanan favorit Yuki"
Al tertawa renyah
Menertawakan nasib nya yang membawanya ke ruang dilema."Bukan karena loe lembek, tapi loe yang nggak konsisten!! "
Gibran menepuk pelan pundak sahabat nya itu .
"Yah gue tau, gue terlalu takut kehilangan kedua nya"
"Kan kalau loe lepas Yuki nanti nya bisa jadi teman. Toh dari dulu juga kita kan temanan , satu geng lagi"
Al memperbaiki posisi duduk nya menjadi lurus setelah mendengar penuturan Gibran barusan.
Melepas Yuki ? Sanggupkah ?"Jadi menurut loe, lebih baik gue melepas Yuki aja? Gitu ?"
Gibran mengangguk"Dari cara loe berbicara dan bersikap sih, gue yakin. Kalau, akhir nya loe bakal memilih pilihan pertama loe, allysa."
"Tapi gib, gue nggak mau kecewain Yuki"
Gibran mendengus, Al terlalu tamak untuk ingin mendapatkan keduanya. Dan Gibran, benci itu.
"Dengan melepas dia, membiarkan dia bahagia dengan pilihannya. Adalah tugas utama loe supaya nggak ada salah satu diantara kalian yang tersakiti"
"Jangan egois Al, semua orang butuh bahagia..."
Al merenung, ia termagu akan kata motivasi dari Gibran.
Yah memang, semua orang butuh bahagia. Tapi, apa dengan cara melepaskan Yuki bisa membuat ia, allysa, dan Yuki bahagia ?Tiba tiba, ada satu pertanyaan yang timbul dalam pikiran Al
"Loe emang nya nggak ada perasaan apa apa ke Yuki, gib? "
Ia memandang Gibran intens, sementara Gibran nampak kaget sampai tersedak minumannya sendiri.
"Kok loe nanya gitu ?"
"Nggak aja, kalau loe ada perasaan ke Yuki. Bilang yah gib, gue siap buat melepas Yuki buat elo. Asal jangan sakiti dia aja"

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Or Best?
Fiksi PenggemarAl ghazali seorang dj muda berbakat yg suka akan dunia malam kini harus menerima perjodohan ayahnya pada artis muda berbakat keturunan jepang yg merupakan anak dari sahabat ayahnya yg berada di italia . ia harus menerimanya tanpa penolakan walaupun...