Setelah pulang dari rumah sakit Gibran dan Yuki memutuskan untuk melakukan kencan pertama mereka. Dari main di Ancol, lunch bareng di kafe, belanja topi topi lucu, makan ice cream di taman, sampai dinner romantis di Restoran cepat saji.
Begitu sederhana memang. Tapi, mereka bahagia melakukannya seharian.
Walau pada kenyataannya mereka selamanya akan menjadi sahabat, Gibran tak peduli ! Toh, selama Yuki belum ada yg punya dan dia juga belum menemukan orang yg tepat , Yuki akan selalu menjadi prioritas utamanya, sumber kebahagiaan nya .Yah, kencan pertama mereka menjadi seorang sahabat sejati, best friend forever kata Gibran. Semua yang Yuki lakukan terakhir kali adalah sandiwara . karena pada kenyataannya, sebesar apapun rasa Yuki untuk mencoba, ia tak pernah mencintai Gibran.
Ia hanya kagum akan sikap Gibran yg mampu mengubah suasana, bisa membuatnya nyaman, dan selalu membuatnya jadi diri sendiri. Tapi, satu hal yg Yuki belum dapatkan. Gibran tak pernah bisa membuat hati nya berdebar. bahkan saat Gibran memeluk ataupun mencium keningnya, yang Yuki rasakan hanya perasaan nyaman , tak lebih dan tak kurang .
Berbeda saat dengan Al.
Al membuat nya takut , tapi anehnya hati nya berdebar saat bersama Al. Bodoh memang! Pasti kalian bertanya, kalau cinta kenapa waktu itu di lepaskan? Kalau berdebar dekat Al kenapa ngaku nya pacaran sama Gibran ?Yah, begitulah Yuki. Dia bodoh akan perasaannya sendiri. Ia takut di lukai, ia benci di tinggalkan, dan ia tak suka di nomor dua-kan walaupun pada kenyataannya dulu ia tak pernah memasalahkan pertemuan rahasia Al dan allysa.
Yuki hanya capek berpura-pura bahagia, ia hanya risih akan kata perjodohan yg mendatangkan rasa keterpaksaan. Yuki, ingin memiliki karena mereka mempunyai rasa yang sama bukannya terikat perjanjian yang sama.
Walaupun terakhir kali Al bilang, Al mencintai nya. Tetapi, keputusan Yuki tak berubah. Yuki tau, perasaan Al hanya sementara. Jenis perasaan karena terbiasa bersama. Atau mungkin, Al hanya kagum akan sikap ceria nya, yah mungkin begitu. Pikir Yuki ...
"Ngelamun aja!"
Di perjalanan pulang, di mobil tercinta Gibran yang sudah di bayar puluhan juta untuk di perbaiki dan di buat seperti baru lagi, Lyra.
Yuki enggan untuk beranjak dulu. Ia yang sedari tadi entah melamun-kan apa, hanya tersenyum tipis saat Gibran memanggil."Kenapa ? Kok ngelamun ?"
Seperti biasa, senyum cengengesan selalu terbit di wajah Gibran yang selalu teduh, menenangkan.
"Ngapapa, cuma ngehayal aja"
"Ngehayal apa?"
"Kepo!"
Tawa Yuki terbit, setelah melihat wajah cemberut Gibran yang amat lucu di matanya.
"Kamu cute ih!"
"Cowok itu ngak suka kalau di panggil cute, tau!"
Tawa Yuki makin terbahak-bahak
"Eh? Wait, tadi kamu bilang "kamu"?"
"Why?"
"Ngak, aku suka!"
"Yah, mulai sekarang kan kamu udah kayak sodara aku sendiri. Ofar juga aku panggil kayak gini"
Gibran mengelus puncak kepala Yuki dengan sayang, sedangkan Yuki memandang wajah Gibran selekat lekatnya.
"Kok ngeliatin nya gitu amat ? Awas naksir !"
"Kamu juga, ngelus rambut aku kok gitu amat, iri yah sama rambut panjang aku ?"
"Idih, pede! Aku ngelus cuma mau ngecek aja! Kamu sampo-an atau ngak! Rambut kamu berminyak ih!"
"Sembarangan!"
Yuki cemberut, kini giliran Gibran yang tergelak.
"Gib, kok gue ngak bisa suka sama Lo sih ?"
Pertanyaan tak terduga Yuki, membuat tawa Gibran terhenti . Ia memandang Yuki lekat, sebelum akhirnya membawa Yuki ke pelukannya.
"Tanya hati kamu, jawabannya karena bukan nama aku yang kamu ukir di sana. "
Yuki membalas pelukan Gibran tak kalah erat. Yah, Gibran benar! Cuma hati Yuki yang tau akan jawabannya .
Tapi, kenapa Harus nama Al yang ia ukir ? Kenapa bukan nama lain saja ? Seperti manurios, Rory Ashari , atau Rio Haryanto gitu ?
"Mau makan pecel lele ngak ?"
Setelah pelukan mereka terlepas, Yuki menawari Gibran dengan cengiran yang terbit di wajahnya
"Emang ngak kenyang ?"
"Ngak! Tadi kan makan burger, bukan makan nasi!"
"Tapi roti kan karbohidrat"
"Oh, jadi ngak mau traktir nih ?"
"Yaudah deh, aku juga masih lapar sih ! Perut kita kan 11-12 , butuh nasi, untuk dibilang kenyang."
Akhirnya, mobil Gibran melaju meninggalkan kompleks rumah Yuki, menuju ke tempat pecel lele langganan mereka.
Tanpa sadar, dari arah depan tadi. Al memperhatikan keduanya, matanya begitu senduh dengan hidung memerah.
Ia sudah mendengar voice note dari allysa. Ada sedikit rasa sedih dan kehilangan yang ia rasakan. Tapi, ia rasa itu tak sebanding dengan rasa sedihnya harus melepas Yuki untuk Gibran begitu saja.Ia masih percaya diri, pada pernyataan Yuki pasti mencintai nya sama seperti dirinya.
Tetapi, setelah tadi mengikuti Yuki, melihat interaksi Yuki dan Gibran, mendengar panggilan aku-kamu mereka , dan melihat bagaimana nyamannya Yuki di pelukan Gibran . Al jadi sadar, ia harus mundur teratur dan merelakan Yuki lalu menyusul allysa ."Apa harus mengucapkan selamat tinggal ?"
![](https://img.wattpad.com/cover/76939144-288-k667094.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Or Best?
FanficAl ghazali seorang dj muda berbakat yg suka akan dunia malam kini harus menerima perjodohan ayahnya pada artis muda berbakat keturunan jepang yg merupakan anak dari sahabat ayahnya yg berada di italia . ia harus menerimanya tanpa penolakan walaupun...