Really END

155K 4.8K 234
                                    

[ Edisi revisi, 19 Februari '19 ]

Mungkin membosankan, tapi mohon dibaca sampai habis, ya ^^ ada kejutannya. Dilompat-lompatin juga gak papa ^.^

Eh, nggak tahu juga sih kalian bakal terkejut apa enggak😅

[ Special Allard POV ]

ʜᴇ'ꜱ ᴍʏ ʜᴜꜱʙᴀɴᴅ

Dia. Wanita tercantik yang pernah aku lihat selain mommy. Dia. Wanita yang bisa menumbuhkan segala emosi dalam diriku. Selalu possesif karena dia hanya milikku. Selalu marah saat dia bersentuhan dengan pria selain aku. Selalu menyayanginya sampai kapanpun. Apalagi mencintainya, itu sudah sangat kentara hanya dengan merasakan auraku. Sebegitu besarnya aku mencintainya, 'kan?

Tak apalah aku berbangga sedikit kali ini dalam batinku sendiri. Karena pada kenyataannya, sekarang aku benar-benar tersiksa.

Pasalnya, istri cantikku kini tengah mengandung anak kedua kami. Tapi, tidak seperti kehamilan pertamanya, kehamilan keduanya kali ini benar-benar membuat seisi rumah kewalahan. Apalagi aku. Aku bahkan tidak bisa menginjakkan kakiku barang sejengkalpun keluar rumah. Ugh, benar-benar kejam. Tapi tak apa, demi dia, aku rela melakukan apa saja. Tapi, jika bukan dia, sudah kupastikan orang itu sudah tak lagi bernafas saat ini!

Baiklah, kembali dengan istriku yang sedang mengidam aneh-aneh. Memang, dia hanya memintaku yang melakukannya, tapi karena aku yang kurang berpengalaman, jadi yah semua orang juga ikut kerepotan. Enak saja jika hanya aku yang menderita. Tidak akan kubiarkan!

"Morning, Sweetheart!" sapaku saat melihatnya membuka mata indahnya, seraya menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajahnya.

Dia yang tengah memelukku erat hanya mengerang lalu membalikkan badannya memunggungiku. Huh, selalu saja seperti ini. Padahal aku ingin menikmati wajahnya setiap pagi.

Aku hanya mampu menghela napas pelan. Percuma saja aku protes, aku tetap akan kalah. Karena dia akhirnya akan mengeluarkan jurus andalannya yang mampu melumpuhkanku dalam sekejap mata, air matanya. Aku tak sanggup jika melihat air mata berharga itu jatuh karena diriku sendiri. Rasanya benar-benar menyakitkan!

Akupun beranjak dari ranjang dengan enggan, lalu berjalan menghampiri meja kerjaku yang dipindahkan ke kamar kami. Kubuka notebook tipis berlambang apel yang nampak elegan. Baru saja kuhidupkan koneksi internetku, sudah banyak pesan yang masuk dari Ethan, sekretarisku di kantor. Aku memilih sekretaris laki-laki karena aku tidak ingin membuat istriku tercinta berpikir yang tidak-tidak saat aku sedang serius bekerja di kantor.

Baru saja kubuka salah satu pesan dari Ethan, tiba-tiba aku mendengar suara isakan? Tunggu, siapa yang menangis?

Shit! Bodoh! Tentu saja itu Ayra, istriku.

Dengan kecepatan kilat, aku langsung menghampirinya yang masih dalam posisi semula. Tapi, bedanya, wajahnya kini sudah basah oleh air mata. Sungguh, aku benci ini.

"Sayang, ada apa?! Apa ada yang sakit?! Apa perutmu sakit?!" panikku. Tentu saja aku panik! Bisa saja tanpa diduga dia pendaharan atau apa, 'kan? Entahlah, tapi usia kandungannya baru memasuki bulan kelima, tapi perutnya seperti tengah hamil 7 bulan, membuatku selalu was-was setiap saat.

Dia tidak menjawab, bahkan isakannya semakin keras, membuatku semakin panik.

"Sayang, jangan diam seperti ini! Cepat katakan apa yang kamu rasakan! Aku khawatir!" desakku sedikit menaikkan nada suaraku, lalu berjongkok di hadapannya, menatapnya khawatir.

Tapi, dia malah balik menatapku seolah, takut? Tunggu, aku tidak bermaksud membentaknya.

"Sayang, ma-maaf. Aku tidak bermaksud membentakmu. Tapi tolong, jangan buat aku khawatir," ujarku selembut mungkin. Aku tidak ingin melukainya lagi.

He's My Husband [ REPUBLISH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang