Part 29 | Got You

116K 4.3K 48
                                    

[ Edisi revisi 15 Ags '21 ]

ʜᴇ'ꜱ ᴍʏ ʜᴜꜱʙᴀɴᴅ

"Aku lelah, Zhio. Tapi aku tidak ingin pergi. Aku masih ingin tetap di sini. Aku masih ingin bersamamu," ujar gadis itu dengan suara lirihnya yang terdengar samar-samar.

"Tapi, Tuhan sudah mengajakku bersama-Nya, aku tidak bisa apa-apa lagi. Selamat tinggal, Zhio. Semoga kita bisa bertemu kembali di kehidupan yang lain," ujar Keyra, gadis itu, dengan senyuman yang tak luntur dari wajah cantiknya.

"Tidak! Kau tidak boleh pergi. Keyra! Dengarkan aku! Kau harus tetap bersamaku!" ujar Zhio memohon dengan air mata yang tak henti-hentinya mengalir. Namun, Keyra terus menjauh dari pandangannya, hingga hanya kegelapan yang menyergapnya.

"Keyra!!!" Zhio langsung terbangun dari mimpi buruknya. Peluh pun membasahi dahinya, seakan dia baru saja mandi malam. Mimpi, semuanya hanya mimpi. Keyra baik-baik saja. Semuanya masih baik-baik saja. Belum terlambat.

Zhio mengusap kasar wajahnya. Dia tidak tahu kenapa dia bermimpi seperti itu. Semuanya seperti sangat nyata. Dia melihat langsung bagaimana tubuh mungil gadis itu terlempar dan berakhir dengan bersimbah darah.

Entah kenapa, sebenci apapun dia pada keluarga Walter, namun rasa cintanya pada gadis mungil itu tak dapat dipungkiri lagi. Seberapapun usahanya untuk melupakan gadis itu, namun cinta tetaplah cinta. Karena dia bukanlah tipe laki-laki yang mudah berubah haluan.

Baginya, Keyra adalah yang pertama baginya, dan tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun. Namun, dia juga tidak bisa melupakan bagaimana kondisi kakaknya malam itu.

Flashback.

Dengan cepat, Zhio langsung memukul leher Helen, membuat pisau yang masih digenggam erat olehnya melukai lengan kanan Ayra yang sudah tak karuan lagi.

"Kakak!" Zhio langsung menghampiri tubuh Ayra yang sudah tergeletak lemah, sangat lemah.

Zhio tahu siapa Helen. Zhio tahu semuanya. Jika bukan karena kakaknya menikah dengan Allard, kakaknya tidak akan pernah mengalami hal seperti ini.

Melihat kakaknya bak mandi dengan darahnya sendiri, membuat hatinya mencelos. Sakit. Ingin rasanya dia menangis sekeras-kerasnya sampai dunia tahu, bahwa keluarganya pernah ada dan ikut andil merasakan bagaimana kejamnya kehidupan.

"Bertahanlah, Kak!" Air mata sudah membanjiri wajah rupawannya. Tanpa membuang waktu lagi, dia pun segera membawa tubuh lemah sang kakak pergi, sebelum Allard tiba di tempat terkutuk itu.

Cukup sulit untuk keluar dari hutan gelap tersebut tanpa diketahui pasukan Allard yang sudah bergerak dengan cepat. Namun, karena kepintarannya, akhirnya Zhio dapat keluar dari hutan itu dengan aman.

Beruntungnya, saat dia baru saja tiba di jalan raya, ada sebuah taxi yang kebetulan lewat padahal malam sudah sangat larut.

"Pak, tolong ke rumah sakit xxx!" ujar Zhio cepat.

"Baiklah, cepat masuk!" ujar Si Sopir. Taxi itupun segera melaju dengan kecepatan tinggi, karena mengetahui keadaan salah satu penumpangnya yang bersimbah darah.

"Pak, jangan sampai terkejar mobil itu!" ujar Zhio. Dia tahu tadi Allard sempat memanggilnya. Namun, inilah tujuannya. Membawa pergi kakaknya dari pria bajingan itu.

'Jangan harap kau akan bersama kakakku lagi!' tekad Zhio dalam hati menatap tajam spion depan yang menampilkan sebuah mobil di belakangnya.

"Siap, ini memang keahlianku," balas Si Sopir, lalu menambah kecepatannya. Skill-nya memang tidak diragukan lagi. Sopir yang kira-kira sudah berkepala empat itu dengan lihai dapat menghindar setiap kali Allard hampir menyalipnya.

He's My Husband [ REPUBLISH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang