Seperti biasa, sepulang dari sekolah, Ayra langsung bekerja. Ia tidak menceritakan kejadian di UKS itu pada siapapun. Tapi, yang dia tahu dari Alana, Allard dan Axel memang suka mempermainkan para gadis.
Namun, arti mempermainkan para gadis di antara keduanya berbeda. Jika dari sudut pandang Axel, dia memang suka bermain gadis, dan hobi gonta-ganti pacar, yang seperti sudah mendarah daging baginya.
Sedangkan, dari sudut pandang Allard, arti mempermainkan para gadis yaitu selalu menolak mereka yang menyatakan cinta padanya dengan tidak berperikemanusiaan, disertai kalimat yang kejam dan dingin. Karena dia terkenal sebagai ice prince di kalangan para murid, membuatnya digilai para gadis karena parasnya yang bisa disandingkan dengan model papan atas sekalipun.
Yah, Ayra sudah memutuskan untuk tidak ingin berurusan dan terlibat lagi dengan dua makhluk itu, cukup kemarin lusa saja yang menjadi hari tidak beruntungnya. Namun, karena terlalu memikirkannya, dia menjadi tidak terlalu fokus saat sedang bekerja.
'Tuh, kan. Baru memikirkannya saja sudah membuatku hampir dipecat,' batin Ayra, menghembuskan nafasnya lega, karena hampir salah saat meracik kopi.
Dia bekerja sebagai barista di cafe 24 jam itu. Dan banyak pelanggan yang menyukai kopi racikannya, sehingga membuat cafe tersebut menjadi ramai. Dan para pelanggan sudah sangat hafal dengan jadwal shift-nya. Hal itupun menjadikan bosnya sempat memikirkan untuk membuka cafe saat ada Ayra saja. Sungguh pemikiran yang konyol, bukan?
11.30 p.m
Ayra pulang lebih awal, dikarenakan ia ingin beristirahat hari ini. Kepalanya seakan mau meledak. Bagaimana tidak? Setelah kejadian di UKS itu, entah kenapa sekarang lelaki tersebut selalu muncul di sekelilingnya. Bukan, bukan secara fisik. Namun, melalui berita di televisi yang memberitakan keluarga lelaki itu, keluarga Walter. Keluarga terkaya yang menduduki urutan nomor tiga di dunia.
"Ah, kamu sudah pulang?" tanya ibunya pelan sekali, saat Ayra sedang mengecek keadaan ibunya yang masih terbaring lemah.
"Iya, Bu. Besok ada ulangan harian, jadi bos menyuruhku pulang lebih dulu," jawab Ayra seraya tersenyum. Bohong? Tentu saja. Ia tidak ingin membuat ibunya khawatir.
Selain karena tidak fokus, sebenarnya tubuhnya juga sangat lelah. Satu bulan ini Ayra hanya tidur rata-rata 3-4 jam sehari yang biasanya 5 jam, karena ia mulai sering lembur untuk membeli obat milik ibunya yang terbilang mahal dan mulai habis.
"Ya sudah, aku mau bersih-bersih dulu ya, Bu. Ibu kembalilah tidur," pamit Ayra, lalu mencium lembut kening ibunya.
Ayra berjalan menuju kamarnya, namun langkahnya terhenti saat melihat pintu kamar Zhio yang sedikit terbuka. Ia pun berniat menengok adik kesayangannya itu. Ia terkejut saat melihat adiknya tertidur di meja belajar.
'Syukurlah, sekarang dia sudah mau belajar dengan benar,' batin Ayra seraya tersenyum senang.
Setelah kepergian ayahnya, Zhio menjadi pendiam dan tidak mau belajar sama sekali. Bahkan, Zhio juga mulai menutup diri dari keluarganya.
Merasa sudah cukup senang melihat adiknya, Ayra pun menutup pintu kamar Zhio dengan sangat pelan, lalu beranjak ke kamarnya.
ʜᴇ'ꜱ ᴍʏ ʜᴜꜱʙᴀɴᴅ
Seperti biasa, Ayra berangkat dengan langkah gontai. Seperti biasa pula, tujuan pertamanya adalah kantin. Setiap pagi ia selalu memesan kopi agar tidak terlalu mengantuk saat jam pelajaran nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Husband [ REPUBLISH ]
أدب المراهقين[ REPUBLISH ] Beberapa bagian akan berubah, sesuai rencana. Semoga gak jauh-jauh dari ekspektasi kalian, ya... . . Hidup memang keras. Tapi, sekeras apapun itu, tetap saja kita harus menjalaninya. Seperti kehidupan seorang Zayra Zeyna. Mungkin, kehi...