"Aaa~...," gumam Ayra seraya menjentikkan jarinya.
Lelaki yang terduga petugas UKS itu adalah seorang cassanova di Senior International High School—SIHS; Allard Chaiden Walter. Siapa yang tidak mengenal seorang Allard, bahkan hampir semua orang di negara ini pun tahu. Sedangkan, pria tampan yang sedari tadi masih betah menggoda Ayra adalah sahabat karib Allard, Axellio Hongston."Aku tahu. Kakak ini Kak Axel, kan? Dan dia, eum...kalau tidak salah, Kak Allard? Iya, kan? Atau terbalik?" tanya Ayra memastikan.
"Ah, akhirnya kau tahu juga," desah Axel lega, mengabaikan pertanyaan Ayra yang memastikan apakah dia terbalik mengenali dua sosok jelmaan dewa itu.
Sedangkan, Allard hanya menatap datar dua insan di hadapannya, lalu kembali sibuk dengan kertas-kertasnya. Sebenarnya dia cukup terkejut dengan pengakuan gadis tersebut. Semua orang di sekolah ini tahu siapa dirinya, tahu siapa itu Axel. Mereka berdua sangat terkenal. Dia jadi curiga kalau gadis bernama Ayra itu juga tidak mengenal teman sekelasnya sendiri.
"Kalau kalian sudah selesai, cepat keluar!" ujar Allard mengusir dua makhluk yang masih asik mengobrol ria, lebih tepatnya Axel yang terus mengajukan pertanyaan dan Ayra yang menjawab dengan singkat, padat, dan jelas.
"Baiklah-baiklah," ujar Axel mengalah, lalu pergi. Tapi tidak dengan Ayra. Dia masih bergeming di tempatnya.
"Kenapa kau tidak keluar? Kau sudah puas dengan tidurmu, kan? Cepat kembali ke kelasmu!" usir Allard lagi dan kali ini suaranya terdengar begitu datar, menatap Ayra yang balas menatapnya sebentar.
Ayra tidak menghiraukan teguran lelaki tampan itu, dan kembali membaringkan tubuhnya yang masih saja terasa lelah. Tak lupa dengan sepatunya yang masih bertengger manis di kakinya.
"Aku masih mengantuk...," gumamnya dan mulai memejamkan mata lagi.
Tanpa gadis itu sadari, Allard sudah beranjak dari tempatnya. Menghampiri brankar tempat Ayra yang kini sudah kembali memejamkan matanya, lalu mencondongkan tubuhnya sehingga wajahnya begitu dekat dengan wajah mungil gadis itu.
"Kalau kau tidak mau bangun, aku akan menciummu sekarang!" bisik Allard tajam, nadanya terdengar begitu mengancam. Seketika, Ayra pun langsung terbangun dari acara berbaringnya, hendak kabur. Tapi, belum sempat ia bangun dari posisinya, Allard sudah menahan tengkuk belakangnya dan mencium pipinya cukup lama.
Tentu saja Ayra sangat terkejut dengan perlakuan orang asing itu yang tiba-tiba. Terlebih lagi, lelaki itu berani mencium pipinya. Walaupun hanya sebatas itu, tapi Ayra paling tidak suka disentuh oleh orang yang baru dikenalnya. Apalagi jika sampai dicium!
Tanpa pikir panjang, Ayra pun langsung mendorong tubuh besar itu menjauh darinya.
"Apa yang Kakak lakukan?!" tanya Ayra menaikkan nada suaranya, seraya mengusap pipinya dengan kasar, mencoba menghilangkan bekas ciuman lembut Allard. Eh? Padahal, banyak wanita di luar sana yang ingin mendapatkannya, bahkan lebih dari sekedar ciuman di pipi. Tapi, kenapa Ayra langsung mengusapnya begitu saja? Seolah jijik? pikir Allard tidak mengerti dan kesal akan sikap gadis itu. Tunggu, kesal? Untuk apa dia kesal? Apa karena ini pertama kalinya dia ditolak?
Allard menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Lalu berucap santai, "Aku hanya mencium pipimu, bukan bibirmu."
"Memangnya Kakak pikir aku perempuan macam apa, ha?!" marah Ayra. Tentu saja dia marah. Ingat, dia tidak suka skinship dengan orang lain. Apalagi dengan orang asing, dengan teman dekatnya pun kadang dia merasa tidak nyaman.
'Sebegitu marahnya dia hanya dengan ciuman kecil seperti itu?' batin Allard bertanya-tanya, sambil menaikkan salah satu alisnya. Dan tentu saja hal itu hampir membuat Ayra terpesona, jika tidak mengingat sikap kurang ajar lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Husband [ REPUBLISH ]
Ficção Adolescente[ REPUBLISH ] Beberapa bagian akan berubah, sesuai rencana. Semoga gak jauh-jauh dari ekspektasi kalian, ya... . . Hidup memang keras. Tapi, sekeras apapun itu, tetap saja kita harus menjalaninya. Seperti kehidupan seorang Zayra Zeyna. Mungkin, kehi...