[ Edisi revisi 14 Februari '19 ]
Mulmed : Penggambaran Allard and his baby 😌 (but not real)
ʜᴇ'ꜱ ᴍʏ ʜᴜꜱʙᴀɴᴅ
Waktu seakan berjalan begitu cepat. Tak terasa, Ayra pun sudah lulus dari jenjang pendidikan senior high nya. Dan sekarang, usia kandungan Ayra sudah genap sembilan bulan.
Dengan perut buncit, badan yang membengkak, kadang membuat Ayra minder jika sedang bersama suaminya yang kini nampak semakin tampan. Setiap jam, setiap menit, Ayra selalu memikirkan Allard. Dia takut suaminya itu akan berpindah ke lain wanita karena dia yang sudah tidak cantik lagi.
Namun, kesalahan besar bagi Ayra. Kejadian penculikannya waktu itu sudah menjadi pelajaran yang cukup bagi Allard. Sehingga menjadi dosa besar bagi Allard jika sampai berpaling dari istri tercintanya. Dia tahu Ayra selalu merasa tidak yakin padanya, tapi Allard tetaplah Allard yang dulu. Dia tidak akan pernah melepaskan Ayra sampai kapanpun.
"Morning," ujar Ayra dengan suara serak khas bangun tidur, saat merasakan sesuatu yang basah terus menjelajahi lehernya.
"Morning, Sweetheart," balas Allard dan kembali sibuk menciumi leher istrinya. Sweetheart, panggilan sayang Allard pada Ayra sekarang.
Inilah kebiasaan Allard yang tidak bisa dihilangkan. Yaitu setiap pagi sebelum berangkat bekerja, dia pasti menyempatkan waktu untuk bermanja-manja pada istrinya.
Ayra membalikkan badan yang semula memunggungi Allard, menjadi menghadap kearah suami tercintanya itu. Saat itulah Allard langsung mengecup Ayra secepat mungkin sebelum istrinya itu mengomel.
"Morning kiss," ujar Allard pelan, sambil tersenyum. Ugh, ketampanan yang hakiki.
"Kebiasaan," gerutu Ayra, lalu beranjak dari ranjangnya untuk mandi.
Sebenarnya tadi dia ingin mengatakan sesuatu, tapi karena Allard tiba-tiba mengecupnya, dia jadi lupa ingin mengatakan apa. Kecupan maut seorang Allard memang sangat berbahaya untuk ingatannya. Ingatkan dia untuk menutup bibirnya jika ingin mengatakan sesuatu.
"Kamu mau kemana, Sweetheart?" tanya Allard, bangkit dari tidurnya ingin menyusul sang istri.
"Mandi," jawab Ayra singkat. Diaa pun berjalan layaknya wanita yang tengah hamil besar.
Allard tersenyum senang, lalu segera menyusul istrinya.
"Kyaaa!" Ayra terkejut saat tiba-tiba Allard menggendongnya.
"Allard, turunkan aku!" protes Ayra seraya mengalungkan lengannya di leher sang suami karena takut jatuh. Bisa bahaya kalau dia sampai jatuh, 'kan? Bayangkan saja, perutnya sedang hamil besar, dan jika jatuh...ah, dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi.
"Ugh, kamu semakin berat, ya?" gurau Allard, membawa istrinya ke kamar mandi untuk mandi bersama. Walaupun sebenarnya dia menggendong Ayra seperti menggendong manequin; yang tidak terasa apa-apa baginya, tentu saja karena otot-otot lengannya yang kuat.
"Memang kenapa kalau aku berat? Kamu tidak suka? Kamu tidak mencintaiku lagi? Lalu kamu mau mencari wanita yang cantik, langsing, supaya kamu tidak malu kalau sedang kencan, begitu?!" marah Ayra. Tuh, 'kan. Ayra itu sensitif. Wajar saja, karena sekarang dia sedang mengandung buah hatinya dengan Allard.
'Astaga, dia semakin manis saja kalau sedang marah begini,' ujar Allard dalam hati seraya tersenyum tampan. Dasar gila.
"Kenapa kamu senyum-senyum? Benar 'kan apa yang aku katakan? Kamu pasti mau mencari wanita lain lalu aku akan dibuang begitu saja, 'kan?!" sungut Ayra.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Husband [ REPUBLISH ]
Novela Juvenil[ REPUBLISH ] Beberapa bagian akan berubah, sesuai rencana. Semoga gak jauh-jauh dari ekspektasi kalian, ya... . . Hidup memang keras. Tapi, sekeras apapun itu, tetap saja kita harus menjalaninya. Seperti kehidupan seorang Zayra Zeyna. Mungkin, kehi...