Part 14

133 16 0
                                    

(Namakamu) Pov's

Minggu, 16 Januari 2007. Tepat pada hari tanggal bulan dan tahun itu Aldi meninggalkan semuanya. Meninggalkan kehidupan di dunia, meninggalkan kebahagiaan serta menorehkan luka kepada orang-orang terdekat. Kehilangan dan kepedihan masih saja melekat sempurna pada hatiku saat ini.

Jiwa dan ragaku masih membeku. Mulutku  terdiam namun mataku terus saja bergelimangan air mata membasahkan pipi. Aku menatap mayit Aldi yang sudah sempurna terbungkus oleh kain kafan. Aku melihat ke sekeliling, orang tua Aldi tidak ada. Hanya ada Pak Sopian dan Bi Asih saja.

Sekarang aku berada didalam mobil ambulan, disampingku ada Irzan dan di depanku ada Bi Asih dan Pak Sopian. Kami sedang dalam perjalanan menuju pemakaman.

Tiba-tiba aku menangis, menggumamkan nama Aldi beberapa kali. Lalu memberontak dengan kuat, untung saja Irzan selalu berada disampingku. Jadi Irzan selalu menjadi penenang disaat aku sedang meraung menangisi Aldi.

"Orang yang meninggal itu seharusnya kita do'a kan. Jangan malah ditangisin, boleh nangis asalkan jangan berlebihan. Ikhlas dan harus merelakan karena pada dasarnya kita semua juga harus berpulang" Bisik Irzan ditelingaku.

Aku langsung terdiam walaupun masih sesenggukan. Iya memang benar seharusnya aku tidak usah menangis histeris, karena aku tahu manusia itu satu persatu akan meninggal. Aku mencoba untuk berhenti menangis, namun lagi dan lagi aku menangis sesenggukan. Rasanya sulit sekali mengikhlaskan sesuatu.

"Maaf..." gumamku.

***

Lima belas menit yang lalu aku sudah sampai dipemakaman, Aldi sudah terkubur didalam tanah. Segala macam pembacaan ayat suci Al – Qur'an dan do'a sudah dibacakan. Satu persatu semua orang mulai berpergian, tinggal aku disini dan Irzan.

Aku berjongkok dihadapan gundukkan tanah yang sudah ditaburi oleh segala macam bunga, aku meremas gundukan tanah itu kuat-kuat melampiaskan emosi ku pada tanah tersebut.

"Kenapa?"

"Kenapa harus pergi?"

Aku menghapus air mataku dengan kasar menggunakan tangan kiri.

"Kenapa harus pergi disaat gue udah sadar?"

"Sesakit itu ya ternyata nunggu orang yang belum sadar akan kehadiran kita? Sampai-sampai kamu pergi disaat aku sudah tersadar. Iya?"

Irzan diam dia tidak berkata apapun, sedari tadi Irzan hanya mengelus punggungku dengan lembut seolah bahwa punggungku itu adalah sesuatu yang sangat rapuh.

Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang ingin aku tanyakan, berawal dari kata mengapa, kenapa dan mengapa bisa. Seribu pertanyaan yang ada di dalam otakku bergelimang, namun sama sekali tidak dapat jawaban apapun.

"Pulang"

Merasa sudah tidak kuat lagi, aku memutuskan untuk pulang. Irzan membantuku untuk berdiri dan menuntunku untuk berjalan.

Tidak mengapa Aldi pergi meninggalkanku, setidaknya dia tidak dapat lagi merasakan kesakitan yang selama ini di deritanya.

Aku dan Irzan berjalan ke arah mobil kami yang terparkir tidak jauh dari tempat pemakaman. Memang tadi aku berangkat menggunakan mobil ambulan, tetapi tadi Irzan sempat menelpon Satpam di rumah agar membawakan mobil kami ke pemakaman.

Namun, disaat kami hampir sampai ke tempat di mana mobil terparkir. Seseorang membekap mulut dan hidungku menggunakan sapu tangan. Sedangkan Irzan, punggung dan tekuknya di pukul menggunakan kayu yang kuat.

Aku terpekik tertahan, dan terus memberontak ketika melihat Irzan tergeletak dijalanan sambil meringis kesakitan. Bekapan dimulutku semakin kencang, aku kehilangan pasokan oksigen. Tubuhku terasa lemas sampai-sampai pandanganku menjadi gelap.

***

Author

"Bagus! Sangat-sangat bagus. Cara kerja kamu bagus, Devano. Saya tidak salah pilih kerja sama dengan kamu" Kata Pria itu sambil tersenyum miring penuh kemenangan.

"Lalu, selanjutnya apa yang saya lakukan kepada anak gadis dari keluarga faiq ini, om?" kata Devano.

Devano membelai lembut pipi (Namakamu), kemudian jatuh ke bibir pink milik (Namakamu). Devano berjongkok tepat dihadapan (Namakamu) yang terduduk dengan mengenaskan yaitu kedua tangan dan kakinya di ikat. Wajah damai gadis itu sangat tentram ketika matanya sedang tertutup, sudah lama sekali dia menginginkan gadis ini menjadi miliknya. Sepenuhnya.

Sejak kelas sepuluh sekolah menengah atas, Devano menyukai gadis yang ada dihadapannya ini. Namun, setiap kali ingin mencoba mendekatinya Ia selalu gagal.

Alhasil, dia bertemu Steffi yang terang-terangan menyukainya. Akhirnya Devano mulai membuka hatinya pada Steffi, dan mengklaim Steffi sebagai pacarnya.

Sebut saja Steffi sebagai pelampiasan.

"Terserah, yang jelas saya sudah muak dengan masih adanya keluarga Faiq yang hampir saja membuat perusahaan saya jatuh!"

"Saya ingin kamu, bunuh dia!"

Kepala Devano terangkat, Ia bangkit berdiri. Napasnya naik turun. Mana mungkin Ia membunuh gadis yang dicintainya?. Sekedar menyekap dan membawa (Namakamu) pergi masih Bisa Devano lakukan, tapi kalau membunuh Devano tidak sekejam itu.

"Maaf, om. Saya tidak bisa" kata Devano dengan yakin.

Pria dihadapannya ini menyeringai, Ia merogoh saku celananya dan memperlihatkan pisau lipat yang tajam itu dengan tinggi.

Mata Devano membulat, saat pria dihadapannya ini mulai maju ke arahnya ralat ke arah (Namakamu). Pisau lipatnya di arahkan ke wajah (Namakamu) lalu menempel di pipi gadis itu.

"Om, please. Jangan"

Namun perkataan tadi sama sekali tidak di dengar oleh Pria itu. Dengan sangat tidak mempunyai perasaan, Pria itu menggoreskan pisau nya ke pipi (Namakamu) sebelah kanan dengan perlahan membentuk silang seperti huruf X. Lalu beralih ke telapak tangan gadis itu, pria itu mengukir sebuah luka menggunakan pisaunya di telapak tangan (Namakamu).

"Ss..sak..it"

Pria itu tersenyum puas melihat hasil karyanya, dia melempar pisau itu ke sembarang arah. Kemudian meninggalkan tempat ini.

Sementara Devano tidak bisa berbuat apa-apa lagi, satu cara yang ada di pikirannya yaitu pergi dari tempat ini sejauh mungkin. Atau pindah ke luar negeri menyusul orang tuanya di Amerika. Ya, sepertinya lari dari masalah menurutnya sangat bagus.

"Sorry"

B E R S A M B U N G

SATU KATA BUAT DEVANO?

JAHAD BANGED SIH KANG?

O i a, apa kabar Deandra? Kangen g.

Apa kabar juga Iqbaal, kangen gak?

Pengen cepet selesai atau lanjut aja nih?

Jangan lupa Vote dan Komentarnya yaaaaaa!!!,

See you next chapter.

Wajib follow instagram :

yessirisco

yessi.story

Cinta Salah ✖ [AMS✖IDR]  #CS1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang