Part 15 (a)

131 16 4
                                    


Author

Irzan mengerjapkan beberapa kali matanya, hal yang pertama kali Ia rasakan adalah kepalanya merasa sangat pusing tujuh keliling juga punggungnya yang terasa sakit.

Tangannya memukul-mukul pelipisnya agar rasa pusing itu menghilang. Namun apa yang dilakukannya tadi sama sekali tidak membuah kan hasil, merasa seluruh badannya terasa remuk Irzan mencoba perlahan bangun dan terduduk sambil menyandarkan punggungnya yang masih terasa sakit di punggung ranjang. Ia menggeram menahan rasa sakit yang mendera.

Irzan terdiam mengamati suasana kamar yang sangat asing di matanya. Mata elang nya tak henti-hentinya menulusuri seluruh isi kamar yang sekarang Ia tempati. Kamarnya sangat feminin. Cat yang berwarna ungu terang dipadu dengan mebel serta pernak-pernik yang berwarna putih. Irzan mengerenyit terheran, kapan Ia mengganti warna cat dan juga kapan Ia merubah segala perabotan yang berada di kamarnya menjadi berwarna putih?

Astaga, ini bukan kamarnya!

"Gak lucu juga sih, gue masuk ke kamar orang sembarangan. Gue kan tadi dimakam sama si (Namakamu)? Kenapa tiba-tiba ada si kamar orang?"

Lalu dimana keberadaan adiknya (Namakamu), Ia menutup matanya mencoba mengingat-ingat kejadian yang telah terjadi sebelumnya. Irzan mengantarkan Aldi ke tempat peristirahatan terakhir Aldi bersama dengan (Namakamu), lalu setelah prosesi pemakaman sudah selesai Ia hendak pulang bersama (Namakamu) namun saat dirinya hendak sampai ke tempat dimana mobilnya terparkir. Irzan merasakan penyerangan yang sangat tiba-tiba. Benda keras menghantam punggungnya dengan sangat keras dan terakhir Ia melihat adiknya yang dibawa oleh seseorang yang serba berpakaian hitam sangat rapih dan tertutup lalu selebihnya Irzan tak mengingat apapun, pandangannya kabur dan menggelap.

Lalu sekarang Ia sedang berada dimana?

Pintu kamar berdecit dan terbuka lebar. Hal itu membuat Irzan menolehkan pandangan melihat siapa yang membawanya kesini. Mata Irzan membulat sempurna saat tahu siapa yang datang menghampirinya.

Tubuhnya seakan membeku dikala cewek itu tersenyum manis ke arahnya. Senyum yang... Membuat Irzan mabuk. Dia kembali. Dira, mantan kekasih hatinya.

"Dira..." lirih Irzan

Ardira Angela meremas nampan yang berisi sarapan dan minuman hangat untuk Irzan dengan kuat-kuat. Ia menunduk dan berjalan ke arah laki-laki itu dengan fisik dan mental yang sangat kuat.

"Irzan, gue bawain sarapan buat lo. Gue harap makanan ini habis tanpa tersisa sedikit pun"

Dira menyodorkan nampan itu pada Irzan namun Irzan hanya menatap nampan itu dengan nyalang. Dira menghela napas, lalu meletakan nampan yang berisi sarapan itu di nakas.

Saat Dira hendak membalikan tubuhnya, tiba-tiba Irzan bertanya. "Kenapa gue ada di rumah lo?" Dira terdiam.

"Gue sama adik gue gak sengaja lihat lo terkapar di tengah jalanan dekat TPU. Dan akhirnya gue bawa lo ke sini aja" Jawab Dira

"Lalu, dimana adik gue?"

Dira menggeleng "Gue gak tahu dimana adik lo, yang jelas gue cuma nemuin lo di tengah jalan dengan kondisi yang mengenaskan" jelas Dira

Irzan mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia menyibakkan selimutnya, lalu turun dari ranjang dan berjalan dengan tergesa. Namun pada langkah yang ketiga, Irzan merasakan tangannya di cekal oleh seseorang. Ia menutup mata dan membalikan badannya. Damn it! Dira menahannya.

"Lo mau kemana?"

"Cari adik gue"

"Keadaan lo belum sembuh total, lo harus banyak istirahat , Irzan"

Irzan mendengus, Ia tidak suka di atur-atur seperti ini. "Lihat gue masih bisa berdiri, so apa yang perlu lo khawatirkan?"

"Gue gak bilang gue khawatir, gue cuma bilang lo perlu banyak istirahat dengan keadaan fisik lo yang belum sembuh total. Cuma itu!"

"Bagaimana caranya gue bisa istirahat sedangkan adik gue bersama dengan orang yang sama sekali gue gak tahu?" Kata Irzan dengan frustasi.

"Percaya sama gue adik lo pasti baik-baik aja. Dan sekarang lo pikirin diri lo sendiri, percaya sama diri sendiri bahwa everything gonna be alright"

Irzan menggeram tertahan "Ra, Naluri kakak ke Adiknya itu kuat. Sama seperti naluri Ibu ke Anaknya. Seorang kakak bisa merasakan sakitnya ketika adik sedang merasakan sakit dan seorang Kakak pun bisa merasakan kebahagiaan saat melihat adiknya sedang bahagia" kata Irzan.

"Please, Zan. Gak usah berpikiran paranoid seperti ini, Allah akan setia melindungi umatnya yang sedang dalam masa sesulit apapun. Percaya sama gue" Kata Dira

"TAPI LO GAK TAHU RASANYA JADI GUE, RA!"

Dira terkesiap mendengar Irzan meninggikan suara oktav nya. Ia melihat mata Irzan yang memerah, Dira melihat emosional Irzan yang tinggi serta di tambah kekhawatiran sang kakak terhadap adiknya itu terlihat jelas dimata Irzan.

Sebagai psikolog, Dira memakluminya. Irzan sedang emosi jadi Ia membentaknya. Ia menghela napas dan berusaha mengendalikan emosi yang menguak di hati Irzan.

Dira memegang kedua bahu Irzan yang kekar dan menuntunnya duduk di balkon yang berada di kamarnya. Ia memegang kedua tangan Irzan yang kekar, Ia akan memberikan ketenangan lewat terapi yang di pelajarinya saat mengendalikan emosional seseorang mau pun diri sendiri.

"Lo mau nyari adik lo dengan ke adaan emosional kaya gini gak bakalan ketemu. Sekarang, memang ini sedikit sakit tapi gue harap hati dan pikiran lo bisa tenang"

Ditekannya kedua tangan Irzan bagian belahan ibu jari dan telunjuk. Ia memijat-mijat disana seolah menyalurkan rasa ketenangan. "Tutup mata lo, buang jauh-jauh pikiran negatif yang lo pikirkan lalu simpan pikiran positif yang lo inginkan. Selalu percaya bahwa everything gonna be alright"  interupsi Dira "Tarik napas lo dalam-dalam, bawa pikiran positif dan simpan di otak. Lalu buang napas perlahan, dan buanglah semua pikiran negatif dengan perlahan-lahan" Lanjut Dira

Irzan mengikuti apa yang diperintahkan oleh Dira, Ia menarik napas dalam-dalam menghirup udara yang menyejukkan lalu membuang napas perlahan dan membuang semua suasana yang sangat membuatnya tidak nyaman.

Emosi Irzan sudah terkendali, Ia merasa sedikit tenang dari pada sebelumnya. Ia menghela napas, setidaknya Ia tidak melakukan apapun yang membuat dirinya sampai celaka. Pencarian (Namakamu) Ia akan menggunakan jasa Detektif karena memang Irzan merasa kondisinya sedang membutuhkan banyak istirahat.

Jika Detektif sudah menemukan titik keberadaan dimana Adiknya berada, Irzan juga akan melihat dan mencarikan adiknya. Lalu Ia Ingin tahu siapa dalang dibalik semua ini.

B E R S A M B U N G

Sorry pendek hiks.
Ini belum selesai, aku tak sanggup menyelesaikan karena mata ku sudah mengantux :' but tenang aja, masih ada part 15 (b)

Don't worry, aku akan menyelesaikannya!!

Ah iya, soal terapi pengendalian emosional sebenarnya aku lihat dari salah satu acara televisi yang merupakan seorang psikolog, so aku terinspirasi deh buat menghadirkan sosok Dira yang memang merupakan mahasiswa jurusan Psikolog.

Ditambah lagi aku senang dengan Psikologi, meskipun masih SMA aku jadi banyak tahu tentang bagaimana ciri-ciri karakter orang.

Thank you yang udah baca!
Tinggalkan jejak.

Kalo ada typo maapken lah nya, aku juga manusia.

Wajib follow instagram :

yessirisco

yessi.story

See you next chapter 🔥

Cinta Salah ✖ [AMS✖IDR]  #CS1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang