Vote dulu boleh kali ya?:v
Author
Suasana pagi di kota Jakarta sangatlah tidak mendukung, awan yang tampak hitam dan angin berhembus setiap saat tak ada henti-hentinya. Di perkirakan memang, kota Jakarta akan terguyur hujan selama satu hari.Udara yang sangat dingin ini membuat (Namakamu) menggosok-gosokkan telapak tangannya berulang kali dan meniup sela-sela jarinya.
Ia menghela napas, rasanya seperti di hujam oleh ribuan pisau. Sudah tahu hati (Namakamu) sedang berduka dan bersedih hati karena Ia merasa di bohongi oleh Aldi tentang penyakit Aldi ditambah dengan cuaca yang menampakkan kesedihan seolah awan pun tahu kalau akhir-akhir ini (Namakamu) sedang bersedih.
"Lo, kenapa sih (Nam)? Diem aja dari tadi"
"Gapapa"
"Ck! Cewek banget jawabannya"
(Namakamu) diam, tak menjawab perkataan Steffi. Ia hanya memikirkan sesuatu, penyakit apakah yang selama ini di derita oleh Aldi sampai-sampai membuat rambut-rambut Aldi rontok? Mungkinkah Aldi selama sehat jarang keramas dan membersihkan rambutnya sehingga menyebabkan rambut Aldi kekurangan vitamin? Tidak, bahkan Aldi selalu tampak bersih dan rambutnya juga seringkali terlihat basah. Jadi, ini penyakit apa?
Atau jangan-jangan, Kanker?
Tidak mungkin, (Namakamu) menggeleng kuat-kuat. Ia menepis semua pertanyaan-pertanyaan yang terus terulang di memori otaknya. Rasa penasaran (Namakamu) semakin menjalar, Ia berjanji pulang sekolah nanti akan menanyakannya langsung pada Irzan tentang penyakit apa yang di derita oleh Aldi saat ini.
Lamunan (Namakamu) perlahan buyar karena guru pelajaran matematika masuk ke kelasnya, Ia menghela napas pelan. Meskipun otaknya tak berjalan dengan lancar, mau tak mau (Namakamu) mengikuti pelajaran yang super duper membingungkan.
***
Jam menunjukkan pukul tiga sore, itu berarti seluruh murid SMA HARAPAN PASTI sudah di pulangkan. Kegaduhan dari kalangan siswa dan siswi pun mulai terdengar. Tidak bisa di pungkiri, meskipun sekolahan ini termasuk sekolah yang elit di Jakarta tetapi masih saja ada murid yang tidak tahu malu.
Contohnya, saat waktunya pulang. Para kaum hawa kelas XII Masih sempat-sempatnya melakukan rutinitas ber-Make up ria. Sementara kaum Adam dari kalangan kelas X sampai XII sebagian besarnya hanya menghabiskan waktu di warung pojok, menongkrong sambil bermain gitar dengan di suguhkan satu gelas kopi tetapi di minumnya tujuh orang.
Namun ber-make up dan menongkrong ria itu memang tak berlaku bagi (Namakamu), menurutnya menebalkan kulit dengan bedak akan membuang-buang waktu, apalagi jika nongkrong dipinggir jalan yang menurutnya sangat tidak berfaedah sama sekali.
"Lo balik sama siapa?" kata Steffi sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.
(Namakamu) menoleh "Di jemput sama Abang, lo sendiri?" tanya (Namakamu). "Bareng Devano, dia lagi ada diparkiran terus nyuruh gue nunggu di halte" kata Steffi.
"Gue gak nanya Devano lagi ada dimana suer deh" kata (Namakamu( sambil terkekeh. Sementara Steffi mendengus dan mengerucutkan bibirnya ke depan.
"Ah iya, Aldi gimana kabarnya? Udah ada perkembangan?"
"Belum sadar, Steff"
"Inalillahi, terus lo tahu apa penyebabnya sampai Aldi bisa kaya gitu?"
(Namakamu) menoleh ke arah Steffi, Ia menggeleng lemah "Maka dari itu gue gak tahu apa penyakit Aldi" lirih (Namakamu).
"Coba tanya ke Abang, lo. Mungkin Abang lo tahu apa penyakit yang Aldi derita" kata Steffi. (Namakamu) mengangguk "lo gak nengokin Aldi dulu?" kata (Namakamu) pada Steffi.
"Nggak, mungkin besok gue bisanya. Soalnya udah ada janji sama Mama" balas Steffi.
Suara deru motor yang datang membuat mereka langsung memberhentikan aktivitas mengobrolnya, Steffi dan (Namakamu) melihat ke arah orang yang sedang membuka helm tepat didepan mereka.
Helm itu terlepas, bahu (Namakamu) meluruh saat melihat siapa orang yang ada didepannya ini. "Iqbaal" lirih (Namakamu).Langsung saja Ia memegang tangan kiri Steffi dengan kuat-kuat seolah meminta agar dirinya di lindungi dari setan yang sangat biadab.
"(Nam)" panggil Iqbaal.
Steffi menoleh pada (Namakamu), Ia memberikan sebuah kode bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tetapi (Namakamu) seolah tak percaya, Ia menggeleng dengan kuat.
(Namakamu) menyembunyikan kepalanya dibalik punggung Steffi, tentu saja jantungnya seakan berdegup dengan kencang apalagi rasa ketakutannya sangat luar biasa.
Bukan takut sih, hanya saja (Namakamu) tak ingin bertemu dengan orang yang sudah berkhianat. Jika manusia mempunyai kekuatan, pada hari ini juga pastinya Ia ingin melenyapkan orang-orang yang sudah berkhianat.
"Steff, gue benci. Gue pengen pulang" Kata (Namakamu) pelan namun Steffi masih bisa mendengarnya.
"Keep stay here. Jangan takut, gue ada disini"
Mendengar perkataan Steffi, (Namakamu) menghela napas. Ia mencoba untuk menetralkan detak jantungnya yang berdegup kencang, dan mencoba menghilangkan perasaan takutnya.
"Mau apa?" tanya (Namakamu) dengan dingin.
"Gue–– mau minta–— Maaf atas kesalahan gue kemarin, (Nam)" kata Iqbaal dengan terbata sambil mengulurkan tangan kanannya.
Melihat Iqbaal mengulurkan tangan ke hadapannya, (Namakamu) menatap Iqbaal dengan ekspresi datar lalu turun ke arah uluran tangannya dan menepis tangan Iqbaal dengan kasar.
"Minta maaf lo kata?"
"Setelah berkali-kali bikin gue sakit hati, dan setelah berkal-kali bikin gue kecewa. Dengan seenak hati lo datang lalu minta maaf ke gue?"
tangan (Namakamu) terangkat untuk menunjuk ke arah dada bidang Iqbaal. "HATI DAN OTAK LO, SAMA-SAMA BUSUK, TAHU NGGAK!" Bentak (Namakamu).
"Gue tahu gue salah, maka dari itu gue datang ke sini buat minta maaf"
"Kemana aja lo baru minta maaf sekarang?" kata (Namakamu) "PERMINTAAN MAAF LO, BASI!" setelah berucap seperti itu, (Namakamu) langsung pergi ke arah mobil yang sudah ada dihalte sejak lima menit yang lalu, Ia menepis Air matanya dengan kasar.
Semua manusia rata-rata sama, dengan senang hati membuat kesalahan. Jika ingat, mereka baru ingin meminta maaf bahwa mereka mempunyai kesalahan.
Terkadang ingin sekali ia menghapus semua kejadian pada massa itu, tetapi sialnya semakin ingin dilupakan semakin sulit juga usaha ingin melupakan.
(Namakamu) terduduk di jok mobil depan, Ia terus memandangi ke arah luar dengan tatapan sendunya.
"Iqbaal nyakitin lo lagi?"
Perkataan Irzan dianggap angin yang berlalu oleh (Namakamu), Ia sama sekali tidak ingin menjawab apapun. Maka dari itu, di setiap perjalanan dia hanya diam dengan seribu kebisuannya.
B E R S A M B U N G
HAIII, YEAH I KNO INI PENDEK.
YANG PENTING DI NEXT KAN?
Sorry, kalau kurang feel
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Salah ✖ [AMS✖IDR] #CS1
Fiksi Penggemar"Teruntuk kamu terimakasih sudah mencintaiku walaupun dengan rasa kebohongan, dan teruntuk kamu terimakasih sudah mengagumiku tanpa aku sadari" ~