Part 19

39 5 0
                                    

Author

"BANG IRZAAAN."

Di saat (Namakamu) sedang mencari kayu bakar bersama Rina tiba-tiba di kejutkan dengan melihat Irzan yang sedang menangis dalam diam.

Kayu bakar yang di tangannya Ia buang ke sembarang arah, Ia berlari menghampiri Irzan yang tengah menyandarkan punggungnya di bawah pohon.

"(Namkamu)?" kaget Irzan.

Tepat berada di hadapan Irzan, (Namakamu) mengangguk bahagia, tanpa ada aba-aba mereka langsung berhambur memeluk erat dengan di iringi oleh tangisan haru.

"Lo kemana aja sih, (Nam), kenapa lo selalu bikin gue khawatir?" tanya Irzan di sela-sela pelukannya.

(Namakamu) menangis sesenggukan didepan dada bidang milik Irzan, "Maafin gue, Bang," lirih (Namakamu).

Irzan mengangguk dan melepaskan pelukan, tangannya memegang kedua sisi bahu milik (Namakamu).

"Kita pulang sekarang, lalu lo harus cerita semuanya sama gue saat di rumah nanti!" tegas Irzan.

"Tunggu dulu, gue pengin bawa dua orang yang sangat gue butuhkan di rumah nanti," kata (Namkamu).

"Siapa? Asisten rumah tangga kan udah ada," kata Irzan.

(Namakamu) menggeleng, "Dua orang yang sangat gue dan lo, kita, butuhkan!"

Irzan mengerutkan keningnya, Ia tak paham dengan apa yang dimaksud oleh (Namakamu).

"Lo lihat ke arah sana siapa dia," tunjuk (Namakamu) ke arah seorang wanita yang tengah berdiri sambil memeluk beberapa kayu bakar.

Irzan mengikuti arah pandang (Namakamu), Ia memicingkan matanya untuk melihat dengan jelas. Irzan melihat seorang wanita paruh baya yang menyerupai Mamanya, namun sosok wanita itu terlihat lebih kurus di bandingkan dengan Mamanya.

"Dia Mama, sosok yang selama ini kita cari." kata (Namakamu).

Hati Irzan terenyuh, Ia langsung berlari menghampiri Rina yang tengah menggendong kayu bakar. Irzan memeluk Rina dengan erat sehingga kayu bakar yang semula berada di tangan Rina berjatuhan.

"Mama...," lirih Irzan

Rina membekap mulutnya, Ia tak percaya bahwa yang sedang memeluknya ini anaknya, Irzan. Irzan terlihat sangat dewasa dan juga berwibawa, berbeda sekali ketika saat Ia meninggalkan kedua anaknya itu.

Irzan melepaskan pelukkannya, "Mama kemana aja?" pertanyaan itu langsung lolos di bibir Irzan.

Baru saja Rina ingin menjawab pertanyaan dari Irzan, tiba-tiba suara bariton membuat Rina menelan kembali jawabannya.

"Ma, ubi sama singkongnya sudah Papa panen." semuanya menoleh kearah sumber suara. Tidak ada yang bersuara sama sekali. Laki-laki paruh baya itu sama sekali tidak menyadari kehadiran Irzan di sini.

"Papa..," kata Irzan membuat Faiq menoleh dan terdiam.

"Irzan?"

Faiq langsung menjatuhkan singkong dan ubinya, Ia memeluk Irzan anak pertamanya yang sudah lama sekali tidak bertemu. Keduanya menangis, berpelukan menyalurkan kerinduan yang mendalam.

Akhirnya setelah setiap malam hanya bisa berdoa dan terus berdoa agar mereka bisa di pertemukan kembali dengan anaknya, sekarang terbukti bahwa doanya itu terkabul. Faiq senang bahwa Allah telah mendengar doanya, yaitu mempertemukan anaknya kembali.

"Kamu apa kabar?" mereka melepaskan pelukannya. Pertanyaan itu lolos dari bibir Faiq.

"Seharusnya aku yang nanya, Papa sama Mama apa kabar? Sebenarnya ada apa?"

Faiq mendesah, "Jangan di sini ceritanya," Kata Faiq.

"Kalau gitu, Ayo pulang. Mobilnya enggak jauh dari sini."  kata Irzan

"Tapi baju kita bagaimana?" kata Rina.

Irzan menggeleng, "Baju Mama sama Papa masih banyak di lemari kalian," kata Irzan seakan ingin mempercepat waktu untuk membawa pulang kembali kebahagiaannya.

Irzan menelpon Iqbaal yang tengah menjaga tenda seorang diri, Ia meletakkan ponselnya di telinga. Lalu memberi kode kepada Adik dan kedua orang tuanya untuk mengikuti langkahnya.

"Hallo, Baal. Beresin semua barang-barang sekarang, kita pulang, gue udah ketemu sama mereka."

"Mereka?" sahut Iqbaal di sebrang sana.

"Udah jalanin aja perintah gue!" kata Irzan lalu menghentikan panggilan secara sepihak.

Akhirnya rumah yang semulanya dilanda kesunyian, mulai hari ini rumahnya akan kembali ramai seperti sebelumnya.

Kebahagiaannya sudah kembali dan kesedihannya akan berakhir.

***

"Ini siapa?" pertanyaan itu terlontar dari Iqbaal ketika mereka sudah sampai di rumah. Di dalam perjalanan tadi, Iqbaal terlalu fokus untuk mengendarai mobil.

"Ini Mama sama Papa gue, Baal." kata Irzan sambil membawa beberapa kaleng Cola diatas nampan. "Pa, Ma, ini Iqbaal anaknya tante Rike sama om Herry." lanjut Irzan memperkenalkan Iqbaal kepada kedua orangtuanya.

Iqbaal membeo, katanya kedua orangtua mereka meninggal pas kecelakaan pesawat beberapa waktu silam, Iqbaal menatap Irzan seolah ingin memberi sebuah rentetan pertanyaan tentang hal ini, Irzan yang mengerti hanya mengangguk dan memberi kode bahwa ini bisa dibicarakan lain waktu.

"Hallo om, tante." kata Iqbaal dengan tersenyum ramah.

"Kamu sudah besar ya, makin ganteng lagi. Perasaan baru aja kemarin kamu ngelapin ingus di baju tante, sekarang udah makin ganteng aja." kata Rina seraya tersenyum.

"Biasa aja, masih gantengan Irzan. Iyakan Ma?"

"Iya Irzan paling ganteng se-Jakarta," kata Rina yang sangat Ia ingat sekali ketika membujuk Irzan ketika merajuk manja.

Irzan memeluk Mamanya dengan girang, akhirnya sebuah bujukkan yang selama ini Ia rindukan kembali hadir bersamanya.

"Jangan peluk Mama dulu, Mama belum mandi Irzan." kata Rina sambil melepaskan dekapan anaknya.

"Enggak pa-pa, yang jelas Irzan udah menemukan kebahagiaan Irzan yang sebenarnya setelah sekian lama mencari-cari," kata Irzan.

Hati Rina menghangat ternyata bukan dirinya saja yang merindukan anak-anaknya, mencemaskan keberadaan anak-anaknya dan menginginkan pelukan-pelukan hangat yang tersentuh dari kulit halus anak-anaknya.

Awalnya Rina berpikir bahwa setelah Ia hidup bersama dengan suaminya ditengah-tengah hutan, Ia akan tenggelam diterkam hewan buas yang menyeramkan. Namun ternyata, Tuhan masih memberikan kesempatan untuk Rina bahagia.

Sebuah dehaman membuat mereka melepaskan pelukannya, "Om, tante. Tugas Iqbaal sudah selesai, Bunda nyuruh Iqbaal pulang. Iqbaal pamit dulu ya, Assalamualaikum." Iqbaal mencium tangan keduanya.

Tapi sebelum Iqbaal pergi, Faiq berterimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Iqbaal yang telah berbaik hati membantu keluarganya. "Salam sama Harry dan juga Rike ya," kata Faiq. Iqbaal mengangguk dan meninggalkan rumah kediaman mantan pacarnya itu.

Iqbaal menghentikan langkahnya ketika melihat (Namakamu) menuruni anak tangga dengan keadaan yang lebih segar dengan balutan pakaian santai. (Namakamu) terlihat sangat cantik meskipun penampilannya biasa saja, mata Iqbaal mengerjap beberapa kali, rasanya Iqbaal telah menyesal pernah menyakiti (Namakamu).

"Kenapa lo?" tegur (Namakamu), merasa risih dengan tatapan Iqbaal yang begitu membuatnya tak nyaman.

"Lo cantik." kata Iqbaal sambil mengedipkan sebelah matanya, lalu langsung pergi dari hadapan (Namakamu) begitu saja.

Membuat (Namakamu) mematung dan tak bisa berkutik.

BERSAMBUNG.

Cinta Salah ✖ [AMS✖IDR]  #CS1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang