Part 18

111 16 2
                                    


Author

Dedaunan yang kering jatuh berguguran ketika angin meniup kencang. Awan yang begitu menghitam dan juga suara yang menggema bercampur kilatan sehingga membuat dua insan paruh baya yang berbeda jenis ini terkaget.

Disinilah mereka berada, di gubuk tua di tengah-tengah hutan. Sudah puluhan tahun mereka bertempat tinggal di hutan. Tepatnya di tempat yang sangat jauh dari orang-orang.

Tangan mereka bertautan menyalurkan kekuatan agar sang pencipta menghentikan amukan semesta yang menghantui mereka berdua. Mereka tak henti-hentinya membacakan lantunan-lantunan ayat suci Al - Qur'an agar tetap selamat dan meminta perlindungan kepada sang maha pencipta. Allah swt.

Hujan turun dengan sangat lebat. Gemercik air hujan menerobos celah atap gubuk yang hanya terbalut oleh jerami dan dedaunan. Mereka berpindah tempat ke tempat yang aman dan tidak di hujani oleh gemercikan air yang menerobos. Mereka menyelamatkan Tas yang berisi pakaian agar tidak basah.

"Andai saja, aku tahu bahwa dia itu sangat licik. Pastinya kita tidak akan hidup semenderita ini" Kata Pria paruh baya sambil memeluk tas yang berisi Pakaian.

"Jangan suka berandai-andai. Terkadang jika terus hidup dengan berandai-andai, maka andai-andai yang kamu andaikan akan selalu menjadi bumerang."

"Tapi 'kan aku hanya...."

"Ini takdir! Kita di takdirkan untuk hidup seperti ini oleh Allah. Jangan merubah takdir, kita tidak akan bisa. Kecuali hanya sang maha pencipta"

"Aku hanya khawatir padamu yang selalu merasakan kedinginan di setiap malam dan yang selalu merasakan kepanasan di setiap siang"

Wanita paruh baya itu tersenyum pada suaminya. "Tidak mengapa. Jika terus berada di dekatmu. Aku merasa nyaman dan hangat" setelah mengucapkan perkataan itu, sepasang suami istri itu langsung berpelukan dengan senyum yang mengembang.

***

Hujan mulai lebat, sementara gadis cantik ini tidak menemukan semacam saung ataupun gubuk. Ia memeluk tubuhnya sendiri sambil berjalan menelusuri lebatnya hutan.

Namun ketika ada suara yang menggelegar, Ia terhentak dan memejamkan matanya. Kilatan sekilas seperti layaknya di potret oleh kamera terus menakutinya beberapa kali. Ia mendongak ke arah langit, pantas saja semesta sedang menunjukkan kesedihannya.

Ia berlarian kecil ke arah barat, instingnya berkata bahwa di arah sana ada sebuah tempat untuk berlindung dari hujan.

Namun langkahnya telat, belum sempat beberapa langkah Ia sudah dihujani oleh derasnya Air hujan yang begitu tiba-tiba. Ia meringis kesakitan, luka sayatan diwajah dan ditangannya yang masih terbuka tanpa terolesi obat apapun terguyur oleh air sekaligus.


"Saa...kiiitt" lirihnya

Sensasi perih yang menjalar diantara pipi dan telapak tangannya semakin terasa, namun Ia mencoba untuk bertahan sementara.

Pipinya yang terluka Ia tutupi dengan telapak tangan yang terluka. Sama-sama menutupi dan melindungi dari Air hujan, meskipun air itu bisa masuk dari celah-celah manapun.

Dengan langkah tertatih, Ia berjalan melanjutkan perjalanan yang sempat terhenti tadi. Gemuruh dan kilat bersamaan, namun dengan sebisa mungkin Ia tetap fokus pada tujuannya dan tidak memperdulikan suara-suara yang menakutkan.

Setelah perjalanan lamanya, Ia melihat gubuk di kejauhan. Matanya berbinar senang. Dengan cepat gadis ini berlari kegirangan ke arah gubuk.

Setelah sampai didepan gubuk, langsung saja gadis yang bernama (Namakamu) itu mengetuk pintu dengan keras.

Cinta Salah ✖ [AMS✖IDR]  #CS1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang