5. See You again

4.7K 670 87
                                    

Tiga minggu lalu..

Manhattan, New York City

"Kau!!"

Mereka berseru hampir bersamaan. Mata keduanya sama-sama membelalak. Tidak menyangka akan bertemu kembali didalam pesawat yang akan membawa mereka kembali ke Seoul.

Jihyo mendengus kesal dengan pemuda berhoodie yang duduk disampingnya. "Yak!! Kau lagi! Kenapa kau selalu saja mengganggu kesenanganku? Kau lihat, gara-gara kau aku jadi kehilangan kesempatan berhargaku untuk dapat mengambil gambar patung Liberty dari atas." Ucap Jihyo kesal.

Yoongi yang awalnya kaget langsung merubah sikapnya kembali dalam mode datar yang menyebalkan. "Ckk.. Kebiasaanmu ternyata belum berubah. Setelah 4 tahun tidak bertemu, kau masih saja mempertahankan obsesi gilamu terhadap patung Liberty. Apa kau tidak puas setiap hari menatapnya dari rooftop rumah sakit?" Yoongi menatap gadis disampingnya dengan tatapan heran. Pasalnya ia mengenal gadis ini hampir tiga tahun lamanya, dan ia tahu bagaimana gilanya gadis ini kalau menyangkut patung Liberty. Entah apa menariknya, gadis ini begitu menyukai patung kebanggaan Amerika Serikat itu.

"Tentu saja aku tidak akan bosan. Yang membuat aku bosan adalah kenapa aku bisa melihat wajah jelekmu itu lagi." Jawab Jihyo dengan nada sarkastis. Ia masih kesal karena Yoongi membuat ia kehilangan kesempatan memotret patung kesukaannya itu.

"Aish.. Mulut cerewetmu benar-benar tidak berubah."Ucap Yoongi dengan nada kesal yang kentara. Betapa sialnya dia hari ini harus bertemu lagi dengan gadis cerewet ini. Tanpa menghiraukan tatapan tajam dari Jihyo, Yoongi memilih untuk kembali memfokuskan matanya memandang kearah jendela.

Sementara Jihyo hanya terdiam sambil sesekali melirik Yoongi yang duduk disampingnya. Mulutnya sesekali bergumam tidak jelas, gadis itu sebenarnya ingin bertanya sesuatu pada Yoongi tapi rasa kesalnya membuat ia mengurungkan niatnya.

"Kabarku baik." Ujar Yoongi tiba-tiba yang membuat Jihyo kebingungan.

"Huh? Maksudmu?"

Yoongi menoleh kearah Jihyo. "Kau daritadi pasti ingin bertanya kabarku bukan? Jadi aku jawab kalau aku baik-baik saja. Sekarang berhentilah melirikku seperti itu." Jawab Yoongi dengan nada yang sangat datar.

Jihyo meringis pelan. Ia kesal pada Yoongi yang selalu saja dapat membaca pikirannya. Memang sedari tadi Jihyo ingin menanyakan kabar pemuda itu.

"Kau terlalu percaya diri tuan Mafia. Aku tidak ada niatan sama sekali untuk menanyai kabarmu." Elak Jihyo berusaha menutupi rasa malunya. "Lagipula ku pikir kau sudah mati tertembak ditangan musuhmu. Kau menghilang begitu saja setelah keluar dari rumah sakit." Lanjut gadis itu.

Yoongi tersenyum tipis. "Cih.. Aku tidak akan mati semudah itu nona. Lagian memangnya kenapa kalau aku menghilang? Kau rindu padaku? Ah.. Sepertinya setelah aku pergi dari sana, pasti kau merasa kesepian bukan? Pasti tidak ada lagi pasien gila yang mau menemanimu kabur dari rumah sakit hanya demi berjalan-jalan di New York Street atau sekedar mengajakmu melihat patung wanita pembawa ice cream itu. Benar begitu nona Liberty?"

Jihyo mendengus kesal. Lagi, ia tidak dapat menjawab pertanyaan Yoongi karena semua yang dikatakan pemuda itu benar adanya. Setelah Yoongi pergi, dia hanya bisa memandang patung Liberty dari rooftop rumah sakit. Selama empat tahun terakhir ini hidupnya seperti terkurung dalam rumah pesakitan itu. Jika dulu ada Yoongi dan Jay yang selalu bersamanya, tapi setelah mereka pergi, dia benar-benar sendirian. Tidak ada lagi yang menemaninya disana.

"Hemm.. Kalau kabarmu bagaimana?" Pertanyaan Yoongi membuat lamunan Jihyo terhenti.

"Aku? Kau lihat sendiri bukan, aku masih bisa berbicara denganmu. Jadi bisa dibilang baik-baik saja." Jawab Jihyo singkat. Begitulah mereka selama ini. Meskipun terlihat tidak akur, tapi masing-masing dari mereka sebenarnya ingin mengetahui kabar satu sama lain. Dari mata mereka masih terlihat kepedulian meskipun selalu ada perdebatan diantara keduanya. Maklum, mereka bersama dalam waktu yang cukup lama. Tidak salah jika dulu seluruh staff rumah sakit menyebut mereka sebagai Tom and Jerry. Saling membutuhkan meskipun berakhir pertengkaran.

Spaces Between Us - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang