61. First Snow

4.8K 491 108
                                    

Song: Taeyeon - U R (Play media)

Suhu udara malam itu terasa semakin dingin, membuat telinga seakan berdenyut nyeri dan gesekan gigi yang saling bergemelatuk. Namun pemilik tubuh mungil itu masih setia duduk disana. Terdiam memandangi riakan air sungai Han yang mengalir cukup tenang. Seakan mengejek sang angin yang tak mampu menggoyahkan riakannya menjadi semakin bergejolak.

Malam semakin larut, tapi Jihyo tetap bertahan pada posisinya. Meringkuk duduk diatas rerumputan yang menguning. Masih mempertahankan minatnya untuk menunggu salju pertama yang diperkirakan akan turun malam ini. Dia tidak ingin menyerah sekarang, percuma saja jika ia memilih pulang dan mengabaikan perjuangannya yang telah menunggu salju sialan itu dari sepanjang sore.

Entah sudah jam berapa sekarang, ia sama sekali tidak tahu. Mengingat ponsel kesayangannya dalam keadaan mati karena kehabisan daya. Matanya mengedar, melihat jika saat ini hanya tinggal dia seorang yang masih duduk disini. Padahal beberapa menit yang lalu masih terlihat satu atau dua orang yang melintasi tempat itu.

"Benarkah salju akan turun malam ini? Apa mereka telah meramalnya dengan benar?" Pikiran ragu mulai merasuki benak Jihyo. Dingin tubuhnya mulai menggoyahkan imannya dan mensugesti otaknya untuk kembali saja.

"Ah! Awas saja jika sampai besok salju sialan itu tidak turun, aku akan benar-benar meneror pembuat ramalan palsu ini." Jihyo bangkit dari duduknya, merapatkan mantel cokelatnya seraya sedikit menggerak-gerakkan tubuhnya agar dapat menaikkan suhu tubuhnya.

Helaan nafas gusarnya kembali terdengar tatkala lintasan memori itu berkilat dalam benaknya. Di tempat ini, hampir setahun berlalu ia telah memutuskan untuk melepas cintanya. Tempat dimana menjadi saksi jika dia kembali mencintai orang yang tidak bisa ia miliki. Jihyo sedih, tapi ia tidak lagi menangis. Bukan karena ia sudah merelakannya, melainkan karena ia sudah terlalu lelah menangis. Karena pada dasarnya, air mata ini tetap akan membentur tanah dan menguap tanpa pernah berubah menjadi butiran kristal mutiara. Seperti kepulan asap yang berhembus dari mulutnya, akan menguap seiring penyesuaian diri terhadap dinginnya cuaca.

Dimana dirimu? Bagaimana kabarmu? Apa kau bahagia disana? Deretan kalimat tanya yang hanya dapat ia gaungkan dalam hatinya. Andai Tuhan memberinya satu kesempatan, ingin sekali ia bisa melihatnya kembali. Walau hanya sekedar memandangnya dari jauh, dirasa sudah sangat cukup baginya. Jihyo menghela nafasnya, menggeleng seraya mencoba menghapus angan bodoh itu.

"Oh salju, ku mohon beritahu aku kapan kau akan datang?! Kau tahu, aku sudah hampir membeku disini. Apa kau tega membuat gadis perawan sepertiku menunggumu terlalu lama? Aish! Kau pasti sangat tega! Bagaimana mungkin kau..."

Celoteh asal Jihyo seketika terputus manakala netra hitamnya menangkap siluet seorang pria yang kini berdiri mematung tak jauh dari tempatnya berdiri. Sesosok pria bodoh yang bisa-bisanya keluar di cuaca sedingin ini dengan hanya menggunakan kaos putih tipis dan celana hitam selututnya. Oh, jangan lupakan sandal selop motif bulu-bulunya itu. Terlihat ia nampak sangat kacau, rambut hitam memanjang yang terlihat bergerak tertiup angin dingin yang berhembus.

Yoongi, pria bodoh yang kini tengah berdiri terengah dengan nafas yang hampir terputus. Mematung bak patung batu saat akhirnya dia menemukan apa yang menjadi kerisauannya selama ini. Seorang gadis kini tengah berdiri dihadapannya. Hanya berjarak beberapa meter dari tempatnya berdiri. Tubuhnya membeku, otot dan tulangnya mendadak tak bisa digerakkan. Melihat sang gadis yang hanya berdiri disana dengan mata mengkristal dan tangan terkepal. Membendung sebuah cairan yang bersiap membentuk aliran anak sungai pada pipi mulusnya.

Tetesan pertama, membuat keduanya akhirnya memberanikan diri menapakkan kakinya sedikit lebih dekat. Sangat pelan hingga mereka bisa merasakan jantungnya berdegug begitu kencang. Air mata yang ikut meluruh bersamaan dengan rasa rindu yang tertuang kedalam palung hati yang terasa hampa. Setahun berlalu, dan kini mereka kembali bertemu untuk pertama kalinya ditempat yang sama saat mereka memutuskan untuk mengakhiri segalanya. Kembali mengingat ulasan kenangan yang selalu coba mereka singkirkan.

Spaces Between Us - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang