"Kau sudah bangun?"
Yoongi mengusap pelan wajah kantuknya. Perlahan mata pemuda itu terbuka. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah Jihyo yang sedang tersenyum manis didepannya.
"Jam berapa sekarang?" Tanya Yoongi sedikit kebingungan. Dia masih terlihat berusaha mengumpulkan kesadarannya.
"Jam empat sore." Jawab Jihyo singkat.
"APA!!"
Dengan segera pemuda itu bangkit dan duduk disamping Jihyo. Dia sangat kaget mengetahui jika sekarang sudah pukul empat sore.
"Apa aku tidur selama itu?"
"Hemm.. Kau tidur seperti orang mati. Aku pikir tadi nafasmu benar-benar sudah berhenti." Cibir Jihyo.
Jihyo mencoba beranjak dari duduknya, tapi tertahan saat ia merasakan kebas pada pahanya. Bagaimana tidak, ia telah memangku kepala Yoongi sekitar kurang lebih delapan jam lamanya. Awalnya Jihyo memang ingin meninggalkan Yoongi saat ia sudah tertidur. Tapi setiap kali Jihyo ingin menggeser tubuhnya, Yoongi dengan tanpa sadar semakin menenggelamkan wajahnya pada perut gadis itu. Hal hasil Jihyo terpaksa membiarkan pemuda itu tertidur dipangkuannya sampai akhirnya dia terbangun.
"Kau kenapa? Kakimu kram?" Tanya Yoongi sedikit panik saat melihat Jihyo meringis kesakitan. Ia jadi merasa bersalah karena membuat gadis itu kesakitan.
Jihyo menggeleng pelan. "Tidak apa. Tidak terlalu sakit." Ucap Jihyo mencoba tersenyum. Gadis itu lalu bangkit perlahan. Ia berjalan terpincang menuju dapur dan membereskan meja makan yang terlihat masih berantakan.
Jihyo mengumpulkan semua perabotan kotor yang belum sempat ia bersihkan tadi pagi. Tangannya dengan telaten mencuci semua piring-piring kotor yang ada di depannya. Sesekali gadis itu terlihat menggelengkan kepalanya karena terganggu dengan anak rambut yang terjatuh bebas menghalangi pandangan matanya. Ia tidak bisa merapikan rambutnya, karena saat ini kedua tangannya masih terbalut sarung tangan pencuci piring. Sebenarnya, Jihyo bisa saja melepaskannya sejenak lalu merapikan rambutnya. Tapi sepertinya gadis itu terlalu malas melakukannya.
Yoongi yang memang sedari tadi telah memperhatikan Jihyo, tiba-tiba saja datang menghampiri gadis itu dan mengikat rambut Jihyo dengan pita merah yang entah didapatnya darimana. Ia merapikan sebagian anak rambut Jihyo agar tidak menghalangi kegiatan gadis itu.
"Apa yang kau lakukan?" Jihyo sedikit kaget dengan kelakuan Yoongi yang tanpa permisi mengikat rambutnya. Tapi meski begitu, sedikitpun tidak ada penolakan yang ditunjukkan oleh sang gadis. Jujur sebenarnya ia merasa terbantu karena Yoongi membuat rambutnya terlihat lebih rapi.
"Aku hanya risih melihatmu dari tadi menggeleng tidak jelas. Kau terlihat seperti seekor sapi yang kepalanya dikerubuti lalat." Jawab Yoongi datar.
Jihyo mendengus pelan mendengar jawaban datar yang Yoongi berikan. "Ish.. Mulutmu itu memang tidak pernah ada manis-manisnya sedikitpun tuan Min." Cibir Jihyo terang-terangan.
Yoongi mengernyit. "Darimana kau tahu? Kau bahkan belum pernah mencicipinya."
Mata Jihyo membulat mendengar ucapan Yoongi. Ia berbalik dan menatap Yoongi dengan tatapan kesal. "Tentu saja aku tahu. Aku tidak perlu mencicipi bibir jelekmu itu untuk mengetahui kalau mulutmu itu memang ti...."
Chup...
Sebuah kecupan singkat membuat Jihyo berhenti berkata-kata. Tubuhnya membeku seketika saat Yoongi tiba-tiba saja memcium bibirnya. Matanya menatap nanar Yoongi yang kini tengah menyeringai lebar tepat didepan wajahnya.
"Bagaimana? Apa itu kurang manis nona Liberty?" Tanya Yoongi dengan senyuman jailnya.
"Yak!! Min Yoongi brengsek!! Apa yang telah kau lakukan?! Kenapa kau menciumku?!" Teriak Jihyo. Ia mengambil sebuah spatula dan memukulkannya pada kepala Yoongi hingga membuatnya meringis kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spaces Between Us - END
FanfictionPertemuan kembali Jihyo dengan Jungkook setelah tujuh tahun berpisah nyatanya tidak bisa membuat Jihyo menghentikan rasa cintanya kendati Jungkook telah melabuhkan hatinya pada sosok gadis lain. Namun, kehadiran Min Yoongi yang juga merupakan bagia...