41. Dandelion

4.3K 488 145
                                    

Yoongi merebahkan tubuh lemas itu diatas tempat tidur. Dia meringis pelan melihat keadaan sang gadis. Pingsan dengan tubuh penuh keringat dan berlinang air mata. Belum lagi darah yang berlumuran sampai membasahi lengan dan juga gaunnya. Beruntung keadaan menyedihkan itu hanya dilihat oleh Yoongi seorang. Tadinya Yoongi ingin kembali ke tempat pesta saat ia menyerah mencari Jihyo yang tidak ada dikamarnya. Namun siapa sangka ia malah menemukan gadis itu tergeletak tak berdaya didalam lift. Entah apa yang terjadi hingga membuat gadis ini sampai seperti sekarang.

"Apa yang telah terjadi denganmu?" Yoongi bermonolog, sembari mengelus puncak kepala sang gadis.

Akhir-akhir ini Jihyo sering sekali sakit dan menderita demam tinggi. Sebulan belakangan ini Yoongi bahkan sudah melihat gadis itu berulang kali pingsan dan mengkonsumsi obatnya secara berlebihan. Yoongi merasa sangat khawatir dengan keadaan psikis sang gadis. Ia yakin Jihyo pasti merasa tertekan dengan semua permasalahan yang ada. Dan mungkin masalah itu termasuk datang dari Yoongi sendiri.

"Maaf jika aku terlalu keras padamu belakangan ini. Tapi ini aku lakukan untuk kebaikanmu."

Yoongi beranjak dari duduknya, mengambil air hangat dan sebuah towel kecil dari kamar mandi. Ia terdiam sejenak melihat keadaan tubuh sang gadis. Gaun hitamnya basah dan bau anyir darah. Dalam hati ia berdecak sebal.

Haruskah ia mengganti baju gadis itu lagi untuk yang kedua kalinya?

Oh Tuhan! Satu kali saja sudah membuatnya hampir gila semalaman, dan sekarang dia harus melakukannya lagi. Tapi kalau tidak diganti, Yoongi kasihan membiarkan Jihyo tidur dengan baju kotor itu.

"Maafkan aku, tapi aku harus melakukan ini." Setelah berperang sekian menit dengan batinnya, Yoongi akhirnya memberanikan diri mengganti baju sang gadis lalu setelah itu ia membersihkan tubuh Jihyo dan juga mengobati lukanya.

Setelah setengah jam berlalu, Yoongi akhirnya bisa bernafas dengan lega. Gadis itu sudah terlihat lebih baik. Plester kompres demam sudah terpasang di dahinya dan juga perban lukanya sudah diganti. Yoongi tersenyum tipis, setidaknya ini bisa membantu mengurangi rasa sakit yang dirasakan sang gadis. Yoongi merasa bersalah, karena beberapa hari belakangan ini ia seolah menjauh dari Jihyo hingga membuat keadaan gadis ini makin memburuk.

"Selamat tidur bocah kecil. Jangan sakit lagi." Yoongi memberi kecupan singkat pada dahi Jihyo sebelum ia keluar dan meninggalkan gadis itu seorang diri.

Yoongi berjalan menjauh dari kamar Jihyo sembari tersenyum tipis dan melirik sekilas ke sudut gelap yang ada disana. Tempat dimana ada seorang pria yang bersembunyi disana. Jungkook, pemuda itu bersembunyi seraya mengepalkan tangannya kuat. Rahangnya berkedut tanda ia kesal. Ia marah karena Yoongi selalu bisa selangkah lebih dulu daripada dirinya.

Setelah ia tertinggal lift yang dinaiki Jihyo tadi, buru-buru Jungkook berlari kearah tangga dan menyusulnya. Ia khawatir melihat tangan gadis itu yang mengeluarkan darah banyak sekali. Bahkan darah itu sampai saat ini masih membekas ditangannya. Namun ia terlambat lagi, sekilas Jungkook melihat siluet Yoongi yang sudah lebih dulu ada disana. Yoongi masuk ke kamar Jihyo sembari menggendong gadis itu. Itulah alasan yang membuat Jungkook masih bertahan disini sampai menunggu Yoongi keluar dari sana.

Jungkook mendekati kamar Jihyo bermaksud untuk masuk kesana, ia memutar kenop pintu itu tapi pintu itu terkunci dari dalam.

Sial..

Bagaimana bisa pintu ini terkunci dari dalam sedangkan Yoongi baru saja menutupnya dari luar?

******

Pagi itu Jihyo terbangun dengan rasa pusing yang menyerang kepalanya. Matanya mengerjap menyesuaikan dengan sinar temaram yang menerangi kamarnya. Jam menunjukkan pukul setengah enam pagi. Sekilas ia melihat penampilannya yang sudah tidak memakai gaun pestanya. Entah kapan ia mengganti bajunya, ia tidak ingat sama sekali. Yang dia ingat terakhir adalah ia menangis di dalam lift, setelah itu ia tidak ingat apapun.

Spaces Between Us - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang