2. My Girl

5.5K 600 44
                                    

"Kau sudah bangun?" Pagi itu Mina menyapa Jihyo yang terlihat sedang duduk diatas ranjang.

"Hemm.. Sudah dari tadi. Maaf aku menyusahkanmu lagi Mina." Jihyo berusaha mengukir senyum, meski gurat kesedihan masih tercetak samar di wajahnya.

"Tidak usah berpikir seperti itu. Kau temanku dan juga adik iparku. Jadi sudah sepatutnya aku menjagamu. Kau mau ku bawakan sarapan kesini?"

Jihyo menggeleng. "Tidak, aku akan turun sebentar lagi."

"Ya sudah kalau begitu. Hemm Jihyo, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu? Tapi aku harap kau menjawabnya dengan jujur." Ucap Mina hati-hati.

Jihyo menganggukkan kepalanya. "Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Apa kau benar-benar sudah sembuh? Maksudku, apa saat ini kau tidak sedang dalam keadaan sakit?"

Jihyo sedikit tersentak, tapi dengan cepat gadis itu merubah raut wajahnya demgan senyuman. "Sudah ku bilang bukan, kalau aku sudah sembuh. Kenapa kau bertanya seperti itu Mina?"

Mina tersenyum getir. "Tidak, aku hanya kepikiran perkataan dokter kemarin. Dia bilang detak jantungmu melemah. Aku hanya takut kau belum sembuh benar. Tapi syukurlah jika kau memang benar-benar sudah sembuh."

"Kau tenang saja Mina, aku tidak apa-apa. Hal itu biasa terjadi pada orang yang pernah mengalami operasi jantung. Jadi tak usah kau pikirkan." Jihyo mengusap pelan pundak Mina. Berusaha membuat agar gadis itu tidak memikirkannya lagi.

"Ya sudah kalau begitu. Mari kita turun untuk sarapan. Pasti Jimin sudah menunggu dibawah." Mina mengajak Jihyo turun untuk sarapan bersama.

____

"Apa rencanamu setelah ini Ji? Kau ingin kuliah? Kalau kau mau, aku akan mencarikan universitas terbaik untukmu." Tanya Jimin sembari mengoleskan selai kacang pada roti bakarnya.

"Tidak, aku sudah tidak berniat melanjutkan pendidikanku. Aku ingin bekerja saja. Bolehkan aku bekerja dikantormu Chim? Terserah kau mau menempatkanku dimana saja."

Jimin terlihat berpikir. "Ku rasa boleh juga. Kau bisa aku tempatkan di bagian HRD atau kau juga bisa menjadi asistenku."

"Itu ide yang bagus. Kau bisa menjadikan Jihyo sebagai asisten pribadimu. Jadi aku tidak perlu khawatir lagi kalau kau digoda oleh asisten genitmu itu." Ucap Mina yang menyetujui usul suaminya.

Jimin terkekeh pelan mendengar ucapan istrinya yang dengan terang-terangan cemburu pada asistennya saat ini. "Sebenarnya aku tidak ingin berganti asisten. Tapi jika kau menginginkan itu, aku bisa melakukannya. Asal dengan satu syarat?"

"Syarat apa?" Tanya Mina penasaran.

"Syaratnya kau harus menemaniku diranjang seharian penuh." Ucap Jimin sembari menampilkan senyum miringnya.

Mina yang mendengar itu dibuat tersipu malu. Hal hasil sebuah jitakan pelan mendarat di dahi Jimin. "Kau mesum sekali tuan Park."

Jihyo yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala. Senyum bahagia terukir dibibir gadis itu. Senyum yang ia tunjukkan untuk menutupi kesedihan hatinya.

"Apa kalian tidak berencana untuk honeymoon?" Tanya Jihyo yang mengingatkan mereka tentang hal wajib yang biasa pasangan pengantin baru lakukan.

"Aku ingin tapi urusan kantor tidak memungkinkan. Mungkin kami akan menundanya untuk sementara waktu."

"Yak!! Harusnya kau lebih mementingkan istrimu daripada urusan kantor sialan itu Chim. Jangan sampai kau benar-benar bercerai hanya karena Mina merajuk kau menduakannya dengan pekerjaanmu itu." Cibir Jihyo.

Spaces Between Us - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang