14. Love and Sincerity

5.7K 900 26
                                    

Jungkook mengerjapkan matanya. Kepalanya serasa pening luar biasa. Rasanya sakit sekali seperti ditusuk puluhan jarum.

Jungkook sedikit mengernyit saat bau besi berkarat menyapa hidungnya. Dia merasa tangan dan kakinya tidak bisa digerakkan. Jungkook kembali mengerjap untuk kesekian kalinya.

Ia bisa menangkap dirinya tengah diikat di sebuah kursi. Dia melihat beberapa orang pria tengah berdiri mengelilinginya dengan membawa beberapa senjata. Pistol, kayu, tongkat baseball, dia merasa seakan mereka semua siap membunuhnya saat ini juga.

"Kau sadar, Jung?"

Satu sapaan lembut dari seorang perempuan menyapa gendang telinganya. Jungkook mendongak, mencoba melihat si pemilik suara. Namun kepalanya terasa begitu berat. Sakit sekali, sumpah.

"Ups, jangan naikkan kepalamu dulu, Kook. Barangkali lehermu bergeser dan kau mati di tempat. Itu sangat tidak menyenangkan," ujar seorang perempuan yang lain.

Jungkook menggeram rendah. "Apa yang kalian lakukan padaku?"

Sekarang ia sudah bisa melihat kedua wanita itu. Shin Hye Myung dan Kang Eun Mi. Kedua penyihir gila itu sekarang tengah bersedekap menatapnya.

"Kau tidak memberiku pilihan, Jeon," kata Hye Myung seraya mendekatkan diri ke arah Jungkook. "Kau tidak mau melepas Na Hee, aku juga tidak akan melepasmu."

"Kau gila! Sebenarnya kenapa kalian lakukan ini padaku dan Shin Na Hee?"

Hye Myung berdehem. Ia memberi kode pada Eun Mi untuk meninggalkan mereka berdua. Eun Mi mengangguk dan menyuruh semua bawahannya untuk meninggalkan tempat itu.

"Kau tahu," Hye Myung mulai bicara saat Eun Mi telah pergi. "Aku sebenarnya adalah wanita yang sangat menyedihkan. Aku pernah jatuh cinta pada seorang pria, namun keluargaku menolak. Aku tetap kukuh dan berakhir dengan dikeluarkan dari rumah. Aku hidup menyedihkan selama beberapa tahun. Kekasihku ternyata dibunuh dengan kejam oleh ayahku."

"Aku sama sekali tidak tertarik dengan semua itu!" seru Jungkook.

Hye Myung menghela napas. "Oke, tapi sayangnya kau harus tetap mendengarkan."

Jungkook tidak menjawab. Kepalanya terlalu pening untuk kembali berseru menjawab Hye Myung.

"Kakak laki-lakiku bahkan sama sekali tidak membelaku. Dia dengan tenangnya mengambil alih perusahaan dan sama sekali tidak mempedulikan kemalanganku. Ah, aku membencinya!"

Hye Myung berdecih kesal. "Karena itu aku harus mengambil hakku, kan? Apalagi anaknya yang mengidap trauma itu semakin memudahkanku. Orang tidak waras tidak bisa mengelola perusahaan, bukan?"

"Siapa yang kau bilang tidak waras? Na Hee itu normal!"

"Yah, orang normal yang suka mengamuk tanpa alasan."

"Dia telah sembuh sekarang!"

"Tapi perusahaan sebentar lagi akan mutlak menjadi milikku. Namun kau sungguh mengganggu, Jung. Kau membuatnya sembuh saat aku hampir saja mendapatkan tujuanku. Hanya setelah pergantian tahun, maka semuanya selesai. Aku menang."

"Aku tidak akan biarkan kau menang." Jungkook menggelengkan kepalanya, mencoba tetap sadar saat sakit kepala luar biasa menderanya.

"Kau tidak tahu betapa cintanya Na Hee kepadamu. Dia, gadis yang ingin sembuh hanya supaya bisa dengan mudah menemuimu. Dia yang ingin keluar rumah hanya untuk melihat kembang api di malam pergantian tahun, dia yang menganggapmu sebagai malaikatnya, dia yang masih tetap hidup karena percaya masih ada kau yang akan mencintainya, dia yang sangat menyanjung bibinya bak dewi kahyangan, dia yang walau dengan kaki gemetaran, datang membawa bunga untuk mendoakan kesembuhamu. Dan sekarang kau--dia tidak ada hubungannya dengan masa lalumu. Dia hanya gadis malang yang menderita trauma karena kepergian orang tua tersayangnya. Dia yang menganggap bibinya begitu menyayanginya sampai ia dibuatkan rumah khusus. Kau menghianati rasa cintanya padamu."

Hye Myung diam. Ia memalingkan wajah. "Aku tidak ingin dicintai olehnya sama sekali. Aku tidak peduli."

"Dia percaya padamu, dan kau …"

"Aku tidak menyuruhnya percaya padaku!" pekik Hye Myung. "Aku tidak pernah---tidak pernah sama sekali menyuruhnya untuk percaya padaku!"

Wanita itu menghela napas. "Hentikan semua ini, Jeon. Dan sebagai balasannya, aku akan membantumu membalas dendam."

"Aku tidak ingin balas dendam," Jungkook menjawab lirih. "Aku hanya ingin hidup damai. Aku telah merelakan semua yang terjadi. Mungkin itu memang jalan yang diberikan Tuhan padaku."

"Jeon Jungkook,"

"Aku hanya minta kau berhenti. Berhenti merasa marah. Berhenti balas dendam. Itu hanya akan menyakitimu."

"Tidak. Aku tidak mau! Aku tidak akan berhenti walau dunia kiamat! Aku harus mendapatkan semua yang ku inginkan. Apapun konsekuensinya. Meskipun aku harus melenyapkanmu dan Na Hee sekalipun."

Jungkook menghela napas. Ia sudah di ambang batasnya. Terlalu banyak bicara membuat kepalanya semakin berat saja. Ia benci menjadi terlalu cerewet seperti Eun Hye. "Seperti aku, tolong berhenti merasa dendam. Tolong,"

Dan setelah itu, pandangannya sempurna buram. Ia jatuh pingsan kembali dengan keadaan mengenaskan.

Hye Myung menghela napas. Ia menatap nanar ke arah Jungkook yang terlihat menyedihkan. Tubuhnya penuh luka sebab dari pukulan para bawahan Eun Mi.

Gadis Kang itu memang gila. Ia bahkan menyuruh bawahannya untuk memukuli Jungkook yang masih tidak sadarkan diri.

"Kau sudah selesai?" tanya Eun Mi yang baru saja datang.

Hye Myung mengangguk. "Dia tidak akan menyerah."

"Aku sudah menduganya. Kalau begitu kita harus kembali ke rencana awal. Ayo habisi dia!"

Hye Myung hanya bisa diam saat melihat para bawahan Eun Mi membawa Jungkook. Mereka memasukkan pria itu ke dalam mobil.

Hye Myung dan Eun Mi pun mengikut masuk ke dalam mobil. Perjalan mereka memakan waktu sekitar beberapa jam. Mereka harus memastikan bahwa tidak akan ada yang menemukan Jeon Jungkook.

Mereka akhirnya sampai di tempat tujuan. Mereka mengeluarkan Jungkook dari dalam mobil.

Jungkook masih sadar saat ia merasa tubuhnya dipapah oleh dua orang pria.

"Maaf. Tapi sepertinya penjara belum membuatmu jera berurusan dengan orang besar macam kami, Jeon. Kematian ini mungkin akan membuatmu mengerti. Semoga di kehidupan selanjutnya, kau akan jadi pria manis yang tidak akan pernah mencari masalah dengan golongan atas," kata Eun Mi.

Hye Myung diam. Seluruh tubuhnya bergetar saat melihat Jungkook akan di lempar ke jurang di bawah sana.

"BERHENTI!"

Teriakan Hye Myung menghentikan kedua orang yang akan melempar Jungkook.

"Aku tidak bisa biarkan dia mati."

TBC

***
Konfliknya mulai tydack jelas, wkwkwk
Gue apdet dobel nich! Minta komennya dong :)
Makasih udh mau baca :))

Serendipity ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang