1. Welcome Back, Jeon Jungkook!

11.8K 1.5K 68
                                    

Pemuda bersurai kecoklatan itu tengah mengecat sebuah papan besar. Rencananya, ia akan membuat sebuah meja dari papan kayu itu.

Ia mendudukkan diri di atas kursi usang saat lelah telah menyapa. Ia mengambil sebatang rokok dan menyelipkannya di kedua bilah bibir.

Dia mengambil pemantik dan menyalakan rokok itu. Asap langsung mengepul didepan wajah. Ia menyenderkan kepala di sofa sambil terus menghisap benda panjang itu.

Kenangan lima tahun hidup sebagai tahanan berputar dalam benaknya. Ia marah. Sangat. Rasanya ingin mencaci maki semua orang.

Tapi ia bisa apa?

Jeon Jungkook hanyalah seorang berandal yang hanya bersertifikat SMA. Kekayaan? Jangan bermimpi terlau tinggi. Kekuasaan? Cih, untuk melarang orang membuang sampah didepan gubuk kumuhnya saja ia tidak bisa.

Dia miskin. Dia mantan narapidana. Cap berandal sudah mendarah daging. Sekarang hanya inilah yang bisa ia lakukan.

Beruntung dirinya memiliki keahlian beragam. Jungkook mengakui kalau dirinya itu cukup jenius. Semua bisa dilakukan hanya dalam sekali mencoba, bahkan terkadang hanya dalam sekali lihat.

Tapi kembali, bakat tidak berguna kalau tidak ada yang menunjang.

Menjadi pembuat perabotan kecil-kecilan adalah rekornya yang paling tinggi. Sebenarnya ia telah beberapa kali melamar pekerjaan paruh waktu.

Tapi hey, siapa yang mau menerima narapidana? Hanya orang idiot atau seseorang yang terlampau baik yang mau menerima dirinya dan statusnya.

Jadi Jungkook tidak peduli. Terserah. Ia akan hidup seperti air. Tidak peduli. Setidaknya, selagi ia masih bisa bernapas.

Jungkook merogoh saku celana lusuhnya. Ia mengeluarkan sebuah flashdisk kecil berwarna hitam.

Ini adalah sebuah bukti, kalau kau ingin tahu. Bukti ketidak bersalahannya. Namun sekali lagi, itu tidak berguna.

Walaupun sahabatnya dulu, Park Jimin, harus mati-matian mengcopy data dari CCTV apartemen itu. Tapi itu tidak berguna. Tidak ada yang mau percaya padanya.

Semua orang yang terlibat didalam kasusnya, semuanya telah dibutakan oleh uang.

"Sialan," Jungkook mendesis. Ia membuang putung rokoknya ke tanah lalu menginjaknya.

Ponselnya berbunyi.

Ponsel tua itu berbunyi cukup nyaring. Jungkook dengan gerakan malas mengambilnya dari meja kecil disebelahnya.

"Halo?"

"Hey, Jeon! Cepat kemari dan pasang banner digedung Shin Group."

"Lagi? Bukankah aku baru memasangnya kemarin?"

"Jangan banyak tanya, sialan. Cepat pasang!"

"Ck, baiklah. Aku kesana."

Jungkook menutup panggilan itu dengan kesal. Kakek sialan itu sungguh membuatnya mati muda.

Ah iya, ternyata masih ada yang mau mempekerjakan Jungkook. Dia bukan orang idiot atau orang berhati malaikat, dia hanyalah seorang iblis yang sangat perhitungan.

Jungkook bekerja sebagai pemasang banner. Ia sudah melakoni pekerjaan ini sejak setahun lalu, persis setelah ia keluar dari penjara.

Jungkook masuk kedalam gubuknya. Ia mencari jaket hitam dan mengganti celananya dengan yang lebih pantas. Ia juga mengambil peralatan dan langsung masuk ke dalam mobil.

Bukan miliknya. Itu milik bosnya, si iblis itu.

Jungkook melajukan mobilnya membelah jalanan Seoul yang ramai. Ini sudah hampir tengah malam, harusnya jalan telah sepi.

Setelah berkendara hampir tiga puluh menit, ia sampai di depan gedung tinggi menjulang milik perusahaan Shin.

Keluarga Shin adalah keluarga yang cukup terpandang di Seoul. Mereka adalah salah satu dari jajaran para pemegang kendali keuangan negara.

Jungkook masuk kedalam gedung itu. Masih ada beberapa orang disana. Ia melewati para penjaga dengan tenang sambil membawa peralatannya. Para penjaga itu sudah terlampau hapal dengan wajah kucelnya.

Dan selanjutnya Jungkook menaiki lift menuju lantai paling atas. Ia sedikit melengos saat angin terasa terlalu kencang menampar wajahnya.

Atap gedung ini sungguh adalah bencana. Apalagi saat sedang berangin seperti ini. Ia memasang tali pengamannya dengan kencang. Dia tidak ingin terjatuh dari atas gedung dan mati konyol.

Ia turun dengan gesitnya. Terlampau sering melakukan kegiatan berbahaya ini. Dirinya menarik ujung banner yang terlepas itu dan memasangkannya lagi.

Matanya tidak sengaja menangkap salah satu ruangan yang terlihat masih menyala. Padahal, semua ruangan telah mati. Rasa penasaran muncul dalam dirinya.

Ia sedikit menggerakkan tali supaya bisa melihat apa yang ada disana. Matanya sontak membelalak saat melihat seorang wanita tengah dicekik oleh pria berbadan besar.

Wanita itu terlihat sangat berantakan. Pakaiannya sudah compang-camping. Jungkook berpendapat bahwa wanita itu akan diperkosa lalu dibunuh.

Jungkook langsung mencoba menggebrak kaca super tebal itu. Memukulnya dan menendangnya. Nihil. Kaca itu terlalu tebal.

Dan sialnya, pria berbadan besar itu telah memergokinya. Merasa sangat tidak senang saat kegiatan iblisnya diganggu oleh orang lain.

Jungkook tidak peduli. Ia melempar sebuah obeng kearah kaca itu. Lemparan bagus. Jungkook menendang kaca tepat di retakan yang dibuat oleh obeng.

Dan,

Pyarr!!


Kaca itu pecah berkeping-keping. Jungkook merangsek masuk kedalam kamar itu dan menendang si pria. Ia melilitkan tali yang ada di pinggangnya ke leher pria itu. Mencekik dengan brutal membuat empunya leher menemui ajal dengan cara mengerikan.

Jungkook berjalan mendekati wanita itu. Umurnya sekitar akhir tiga puluh atau awal empat puluh. Masih terlihat muda walau ada beberapa kerutan tercipta di wajahnya.

Jungkook membuka jaketnya, menyampirkannya ke tubuh wanita itu. "Anda tidak apa-apa?" tanyanya.

Wanita itu mengangguk. "Aku baik-baik saja. Terima kasih."

Tiba-tiba pintu ruangan itu dibuka secara paksa. Segerombolan pria dengan jas dan pistol merangsek masuk ke dalam kamar.

Beberapa orang terlihat terkejut saat melihat mayat yang terlilit tali tambang itu. Seorang pria berjalan menghampiri Jungkook dan wanita itu.

"Nyonya, apa Anda baik-baik saja?" tanya pria itu dengan sopan.

Wanita itu terlihat mengangguk dengan wajah dingin. "Apa gunanya aku mempekerjakan kalian, hah? Bahkan penyusup saja masih bisa datang ke tempatku. Apa sebenarnya yang kalian kerjakan?"

Pria-pria itu tertunduk, merasa bersalah. "Maafkan kami, Nyonya Shin."

Jungkook mengernyit. Nyonya Shin? Ah, benar. Ia baru sadar kalau wanita ini adalah pemilik dari Shin Group. Wajahnya sering muncul dikoran pagi yang sering Jungkook baca.

"Dan Tuan ..."

"Jungkook, Nyonya. Namaku Jeon Jungkook."

"Ah, iya. Tuan Jeon Jungkook, sekali lagi terima kasih. Apa yang bisa kulakukan untuk membalas kebaikanmu?"

Jungkook menggeleng. "Tidak perlu, Nyonya. Anda tidak perlu sungkan."

Jungkook sedikit menyesali dua kalimat yang keluar dari bibirnya itu. Dia bisa saja meminta banyak uang dan hidup dengan nyaman seumur hidup. Jika mengingat kekayaan wanita disebelahnya, untuk menghidupi seorang pria seperti dirinya itu adalah perkara gampang.

"Aku memaksa. Katakan, apa yang bisa kubantu?"

Didalam hati Jungkook sangat berterima kasih kepada Tuhannya. "Eum, bisakah Anda memberi saya pekerjaan?"



TBC

***

Terima kasih karena mau membaca. Silahkan tinggalkan vote atau komentar jika Anda suka.

Serendipity ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang