Hari ini merupakan jadwal kunjungan Shin Hye Myung ke tempat keponakannya. Wanita itu memang selalu datang setiap tiga atau empat minggu sekali, tergantung pada kesibukannya di kantor.
Kali ini ia datang dengan ditemani Sekretaris Jung."Na Hee-ya, Imo wasseo!"
(Bibi telah datang!)Shin Na Hee dengan cerianya turun dari tangga dan menghampiri bibinya. Hye Myung sedikit kaget dengan kelakuan keponakannya itu, tidak biasanya Shin Na Hee seceria itu. Bahkan biasanya ia yang akan datang ke kamar Na Hee karena gadis itu tidak berani keluar.
"Bagaimana kabarmu, Keponakanku?" Hye Myung memeluk gadis muda itu dan mencium keningnya.
Na Hee tersenyum. "Sangat baik, tambah baik karena sekarang kau di sini, Bibi." Na Hee kembali memeluk bibinya. "Aku sangat merindukanmu,"
Hye Myung tersenyum. Dia mengeratkan pelukannya dan mengusap-usap belakang rambut Na Hee. "Bibi juga rindu padamu. Kau sehat-sehat saja, kan?"
Na Hee mengangguk pelan. "Ayo, silahkan duduk, Bibi."
Hye Myung sungguh merasa aneh dengan kelakuan Na Hee saat ini. Tapi ia hanya diam dan menuruti perkataan gadis itu.
"Bagaimana dengan Jeon Jungkook? Dia memperlakukanmu dengan baik, kan?" tanya Hye Myung setelah mereka mendudukkan diri.
Na Hee mengangguk antusias. "Dia sangat baik. Aku menyukainya!"
"Bagus kalau begitu," Hye Myung mengangguk pelan. "Oh, iya, kau terlihat berbeda. Sudah berani keluar kamar rupanya," goda Hye Myung.
Na Hee mengulum bibir. Pipinya bersemu kemerahan. "Iya, aku hanya mencoba keluar. Aku harus sembuh, kan, Bibi? Aku sedang berusaha sembuh sekarang. Kau senang, kan?"
"A-ah, iya. Aku ... sangat senang."
"Baguslah, kau memang yang terbaik!"
Hye Myung terkekeh kecil. "Oh iya, dimana yang lain?"
"Ah itu, Jungkook dan Taehyung Oppa sedang beres-beres gudang di belakang, lalu--"
"Oppa?" Hye Myung mengerutkan alis.
"Iya, Oppa. Mereka lebih tua dariku, kan?"
"Iya, sih. Tapi kedengaran aneh kalau kau yang mengucapkan. Tapi tak apa, itu bagus. Mungkin hanya baru pertama kali mendengar, jadi sedikit tidak biasa."
Hye Myung tersenyum kecil. Sebenarnya jika diteliti, senyuman itu lebih terkesan sebagai ... senyum paksa.
"Oke, sekarang apa kau mau berkeliling? Aku baru saja mendekorasi kamarku, ngomong-ngomong," kata Na Hee.
"Sungguh? Baiklah, ayo!"
Mereka pun pergi menuju kamar Na Hee. Sedikit banyak, Hye Myung merasa suasana di rumah ini sedikit berbeda.
Na Hee membuka pintu kamarnya. "Ta-da!"
Hye Myung sangat terkejut dengan perubahan kamar keponakannya. Wajahnya memperlihatkan raut kaget kuar biasa, namun sedetik kemudian, ia berhasil menguasai raut wajahnya kembali.
"K-kau--kenapa jadi seperti ini kamarmu?" Hye Myung berjalan menuju salah satu poster di sana. "Bukankah ini adalah salah satu boyband yang sedang naik daun?"
Na Hee mengangguk. "Hm, namanya Bangtan Sonyeondan, atau kau bisa panggil mereka sebagai BTS. Aku tahu mereka dari Televisi!"
"K-kau, menonton TV?"
"Hmm." Na Hee menggaruk pelan tengkuknya. "Aku sedang belajar untuk menonton TV. Ternyata TV tidak seburuk yang kau katakan, Bibi. Selama aku tidak menonton konser, film peperangan, atau sejenisnya, aku tidak akan mendengar suara-suara keras."
"O-oh, apa yang membuatmu akhirnya ingin menonton TV?"
"Eumm, sebenarnya ... Jungkook. Dia membantuku untuk sembuh. Dua minggu ini, dia seperti orang gila yang terobsesi menyembuhkanku. Dia itu sudah tidak waras, Bibi. Tapi aku senang karena dia mau membantuku."
Hye Myung hanya bisa mengangguk mengerti. "O-oke, sepertinya Bibi ada urusan di kantor. Bibi akan pulang sekarang, ya!"
Na Hee merengut. "Loh, kok hanya sebentar? Tinggallah lebih lama, Bibi."
"Sungguh, aku sangat ingin. Tapi pekerjaan membludak."
"Baiklah."
***
"Bagaimana dia bisa jadi seperti itu?!"
Hye Myung melempar mantelnya dengan kasar ke atas sofa mahalnya.
"Ada apa sebenarnya, Nyonya?" tanya Sekretaris Jung. Majikannya tak pernah kelihatan semarah ini sebelumnya.
"Shin Na Hee. Kenapa dia terlihat sehat seperti itu? Kenapa dia tidak menyendiri lagi? Kenapa traumanya sudah sembuh?" Hye Myung berkata dengan nada yang tinggi.
"Apa maksud Anda, Nyonya? Itu tidak mungkin terjadi. Saya bahkan tidak pernah membawanya berkonsultasi."
"Tapi itu kenyataannya! Dia sembuh!" Hye Myung menyentuh keningnya yang tiba-tiba saja terasa pening. "Sial. Kenapa harus sekarang? Setidaknya tunggu sampai tahun ini selesai!"
"Yang penting dia tidak tahu masalah perusahaan, Nyonya."
"Itu saat ini! Bagaimana jika nanti dia tertarik, lalu dia tahu kalau aku sengaja membuatnya terkurung di rumah sialan itu? Bagaimana jika itu semua terjadi?! Mimpiku selama dua belas tahun ini akan hancur tanpa sisa!"
Hye Myung menghempaskan tubuhnya di sofa merah tua itu. "Ini semua karena Jeon Jungkook. Pria itu---seharusnya aku tak pernah membawanya ke tempat Na Hee."
"Kenapa dengan Jeon Jungkook?"
"Sepertinya bajingan itulah yang membuat Na Hee berubah seperti ini. Sial, aku tidak menyangka semua ini akan terjadi. Berandal satu itu memang sungguh merepotkan!"
"Lalu, apa yang harus saya lakukan pada pria itu?"
Hye Myung mendesah panjang. "Besok, panggil dia ke sini. Aku harus bicara empat mata dengan begundal itu."
"Baik, Nyonya."
***
"Hey, nanti sungguh ingin lihat kembang api tahun baru?" Jungkook melirik majikannya yang tengah menikmati malam penuh bintang.
"Tentu saja!" Na Hee menjawab cepat. "Aku sudah menunggu hal ini selama dua belas tahun!"
Jungkook tersenyum dan mengangguk. "Yakin tidak akan takut? Nanti kau malah kabur saat mulai. Disana itu ramai, kalau mau pergi sangat susah. Bisa terinjak-injak orang."
Na Hee mendengus. "Aku tidak akan kabur, kok!"
"Aku tidak yakin."
"Sumpah, aku tidak akan kabur!"
"Oke, aku percaya."
"Kau janji akan membawaku pergi, kan?"
Jungkook mengangguk. "Tentu saja!"
"Jangan mencoba menipuku, Jeon. Aku akan sangat marah kalau kau tidak jadi mengajakku pergi," ujar Na Hee memperingatkan.
"Aku janji."
TBC
***
Akhirnya update juga :"Makasih yang masih mau menunggu cerita amatiran ini :')
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity ✔
FanfictionJeon Jungkook yang merupakan narapidana kasus pemerkosaan, bertemu dengan gadis polos yang memiliki gangguan kepribadian. Pertemuan mereka membuat keduanya menjadi lebih mengerti arti kehidupan, bagaimana cara terbuka dan menghilangkan dendam di hat...