Dobel update! Please check part sebelumnya :)
***
Sudah satu tahun lamanya sejak kejadian paling mengerikan yang terjadi pada hidup Na Hee. Pukulan terbesar yang menjadikan dirinya stres selama sebulan penuh.
Oke, lupakan itu.
Karena sekarang, Shin Na Hee sudah menjelma sebagai wanita karir. Ia memutuskan untuk mengambil alih perusahaan Shin.
Memang sulit awalnya, mengingat ia hampir sama sekali tidak pernah duduk di bangku sekolah. Tapi nyatanya, semua bisa ia lewati dengan baik. Berkat bantuan Eun Hye, Taehyung, Bibi Han, Hoseok, dan sedikit dari sekretaris Jung, ia bisa menjadi pemimpin yang baik.
Perusahaannya bahkan semakin maju sekarang. Na Hee ternyata memiliki pemikiran yang kritis dan logis, apalagi ditambah pengalaman hidupnya yang bisa dibilang penuh dengan tipu daya, ia bisa dengan bijak memilih orang-orang kepercayaan.
Na Hee masih rutin mengunjungi Jungkook di tempat persemayaman. Minimal dua kali dalam sebulan. Na Hee merasa, hatinya sangat lega saat menceritakan segala kesusahan sebagai pebisnis di depan guci abu Jungkook. Ini seperti, Jungkook dengan hangat duduk di sampingnya dan dengan setia mendengarkan keluh kesahnya.
Na Hee senang. Walaupun Jeon Jungkook tidak bisa lagi membalasnya. Pria itu tidak akan menghiburnya dengan gurauan konyol atau menasehati bak seorang ayah yang bijak.
Nyatanya, keajaiban yang pernah Na Hee inginkan dulu, tidak pernah terjadi. Semuanya masih sama. Jungkook yang tidak pernah kembali, dan dia yang terus merindukan pria itu.
Miris rasanya, Na Hee merasa jadi orang paling menyedihkan.
Maksudku, hidupnya memang menyedihkan selama ini, tapi sekarang bahkan lebih terlihat mengenaskan.
Na Hee belajar untuk tidak mengharapkan lebih. Disini, sekarang, bisa duduk di sebelah guci Jungkook saja sudah membuatnya senang.
Jujur, beberapa kali Na Hee mencoba untuk mengakhiri hidupnya. Namun saat ia mencoba mengiris urat nadi atau gantung diri di dalam kamar, wajah Jungkook yang tengah tersenyum selalu datang di bayangan matanya yang tertutup. Pria itu tersenyum sambil menggeleng, seolah melarang Na Hee melakukan hal gila itu.
Karenanya, walaupun dengan perasaan sesak luar biasa setiap melewati kamar pemuda Jeon yang tepat di sebelahnya, atau memandang balkon kamar mereka yang sering menjadi saksi bisu cerita tentang mereka, Na Hee masih bertahan sampai sekarang.
Ia ingin mencoba seperi Jungkook. Merelakan semua yang terjadi dan percaya Tuhan punya rencana lebih baik dibalik itu. Namun ia tidak bisa, ia tidak bisa seperti Jungkook. Hati kecilnya masih sering menyalahkan Tuhan untuk semua yang terjadi.
Kenapa dia? Apa salahnya? Kenapa seperti semua kemalangan di dunia dilimpahkan kepadanya? Dan kenapa ia harus diberi harapan jika akhirnya Tuhan merenggut harapannya?
"Kemarin aku pergi ke pameran foto milik Tae Oppa," kata Na Hee sambil bersandar di lemari kaca. "Apa aku sudah cerita kalau dia sekarang jadi fotografer?"
Na Hee tersenyum kecil.
"Dia sangat berbakat, foto yang dihasilkannya selalu bagus. Tapi jika kau yang melihat, mungkin kau akan tetap menganggapnya jelek seperti Tae Oppa yang mengejek lukisanmu waktu itu," Na Hee terkekeh samar. Ia menghela napas panjang.
Ia memainkan sebuah buket bunga kecil di tangannya. "Banyak sekali gadis yang ingin berfoto dengan Oppa. Tapi kau tahu sendiri bagaimana Eonni, kan? Wah, dia malah memarahi para gadis itu. Ah, sepertinya Tae Oppa akan kehilangan penggemarnya karena istrinya yang sangat posesif itu." Na Hee terkekeh lagi. "Ibu hamil memang sangat sensitif."
Gadis itu menunduk, menyembunyikan wajah di antara kedua lutut dan lekukan lengan. Perlahan, isakan mulai terdengar di ruangan remang itu.
Na Hee mengangkat kepalanya. "Aku merindukanmu, Kook. Sudah satu tahun dan aku masih tetap merindukanmu. Bagaimana ini?" ujarnya di sela isakan.
"Rasanya sakit sampai ingin mati. Tapi kenapa kau tidak pernah membiarkanku untuk ikut denganmu? Kau kejam, Jeon Jungkook!"
Na Hee mencoba mengendalikan dirinya. Padahal ia berjanji tidak akan menangis lagi saat menemui Jungkook. Namun bayangan pria itu selalu membuatnya merasa sesak. Bayangan Jungkook yang tidak akan pernah bersamanya lagi, membuat hatinya bagai tersayat.
Hanya dalam waktu kurang lebih tiga bulan dan selama itu Juungkook sudah menjadi dunianya. Seluruh kebahagiaannya ada pada Jungkook. Namun sekarang, ia kehilangan pria itu. Semua mimpi dan angannya untuk bisa sembuh dan hidup bersama dengan Jungkook, musnah sudah.
Na Hee bangkit. Ia mengusap air mata dan menatap sendu guci abu milik Jungkook. Ia menempelkan buket bunga kecil itu di lemari kaca tempat guci. "Baiklah, aku pulang dulu. Sampai bertemu lagi, Jeon Jungkook."
Ia tersenyum kecil dan melangkah meninggalkan tempat itu. Sudah saatnya ia harus kembali ke dunianya yang sekarang. Dunia dimana Jungkook tidak ada bersama dengannya.
***
"Jadi bagaimana pengembangan wilayah Incheon?" Na Hee bertanya pada bawahannya. Saat ini ia sedang berada di lokasi proyek pembangunan.
Pria setengah baya itu mengangguk. "Progresnya baik, Sajangnim. Kami sudah mulai membangunnya. Kita bersyukur izin dari pemerintah setempat cepat keluar."
"Baiklah kalau begitu, terima kasih."
Pria itu pun mengangguk sopan dan pergi meninggalkan Na Hee. Gadis itu menghela napas. Syukurlah semuanya berjalan dengan lancar. Ia sudah takut jika pemerintah daerah itu tidak mau memberikan izin.
"Sajangnim!"
Seruan seorang pekerjanya membuat Na Hee menoleh ke arah suara. "Ada apa?" tanyanya.
"Ada orang asing yang memasuki wilayah proyek, kami sudah menyuruhnya pergi namun ia tidak mau."
Na Hee mengernyit. "Loh? Bagaimana bisa dia masuk?"
"Saya tidak tahu."
"Oke, aku akan ke sana."
Na Hee mengerutkan keningnya. Siapa yang dengan berani masuk ke area proyek? Itu sangat berbahaya.
Na Hee menangkap presensi seorang pria dengan balutan pakaian serba hitam dan topi yang menutupi wajahnya. Pria itu menunduk saat melihat Na Hee mendekat.
"Anda siapa? Ada urusan apa kemari?" tanya Na Hee tanpa berniat berbasa-basi. Ia masih tidak nyaman dengan orang asing.
Pria itu tidak menjawab. Ia hanya menundukkan tubuhnya dan menggumamkan kata 'maaf' lalu pergi dari tempat itu.
Na Hee kembali di buat bingung. Namun matanya sukses membulat saat melihat pria yang sudah mulai berjalan menjauh itu membuka topinya. Na Hee tidak melihat wajah itu dengan jelas karena sang pria memunggunginya. Namun ia jelas sangat familiar dengan rahang tegas itu.
Kakinya langsung terasa kaku. Tubuhnya lemas. Ia hampir jatuh kalau pekerjanya tidak sigap menahan sang bos.
Na Hee ingin sekali mempercayai bahwa ini nyata. Bahwa itu benar dia. Namun yang sudah pergi tidak mungkin kembali, kan?
TBC
***
Aduh, itu siapa sih? Ah nggak tahu lah.
Btw entah kenapa gue nyesek sendiri bikin part ini :"Makasih udah baca :))
![](https://img.wattpad.com/cover/128421745-288-k973692.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity ✔
FanficJeon Jungkook yang merupakan narapidana kasus pemerkosaan, bertemu dengan gadis polos yang memiliki gangguan kepribadian. Pertemuan mereka membuat keduanya menjadi lebih mengerti arti kehidupan, bagaimana cara terbuka dan menghilangkan dendam di hat...