Hyesung kembali dengan dua kaleng kopi dingin di tangannya. Ia membuka pintu studio Jihoon dengan pelan, takut mengganggu kerja laki-laki itu.
Jihoon yang menyadari kehadiran Hyesung, mengarahkan pandangannya ke gadis itu. "Akhirnya kau datang juga, kukira kau tersesat."
Hyesung meringis. Ia meletakkan satu kaleng kopi milik Jihoon di hadapan pria itu. Sejujurnya ia tadi sempat mengulur waktu dengan mampir ke tempat latihan para trainee dan ke toilet. Ia sedang membunuh perasaan canggungnya terhadap Lee Jihoon.
"Masih belum ada kemajuan?" tanya Hyesung sambil menunjuk kertas kosong di hadapan Jihoon. Ia mencoba mencairkan suasana.
Jihoon menatap kearah jari telunjuk Hyesung teracung. Ia menggeleng lemah. "Aku tidak bisa memikirkan apapun dan aku juga tidak bisa tidur."
"Kalau begitu apa yang sedang Oppa kerjakan di komputer?"
"Aku baru saja selesai merapikan komposisi lagu hasil rekaman kemarin," ucap Jihoon. Tangannya meraih mouse. Ia mengarahkan kursornya ke sebuah file audio. "Kau mau mendengarnya?" tawar Jihoon.
"Mau," jawab Hyesung cepat. Ia duduk di sebelah Jihoon. Laki-laki itu memasangkan headphone ke kepala Hyesung. Mati-matian Hyesung menenangkan jantungnya yang berdegup kencang. Jangan buat suasana jadi canggung lagi, Hyesung!
Hyesung memejamkan kedua matanya menikmati alunan lagu. Kepalanya mengangguk-angguk mengikuti irama. Walaupun ia sama sekali tidak tahu-menahu tentang musik, gadis itu mampu menilai bahwa musik buatan Jihoon ini sangat enak didengar. Jari-jemarinya bahkan tanpa sadar mengetuk-etuk permukaan meja dengan pelan. Ketukannya sesuai dengan beat lagu tersebut.
Jihoon memandangi gadis di sebelahnya dalam diam. Ia menumpukan dagu pada sebelah tangannya. Gadis bermata bulat itu kini tidak memakai riasan sedikitpun, namun wajahnya tetap terlihat cerah seperti biasa. Bahkan di malam hari seperti ini, ia tidak terlihat lelah walaupun sudah bekerja sedari pagi.
Jihoon terkadang iri, bagaimana bisa member Seventeen lainnya cepat akrab dengan Hyesung namun dirinya tidak. Seringkali keheningan diantara keduanya terasa lebih nyaman dibandingkan ketika ia berusaha mencari topik pembicaraan. Untungnya, gadis itu selalu bisa mengimbangi kekikukannya. Ia sedikit bersyukur karena bisa diselamatkan dari rasa malu.
Hyesung membuka kedua matanya ketika alunan musik berhenti. Ia menoleh ke arah Jihoon. Laki-laki itu berdeham kecil sambil kembali menegakkan duduknya. Ia takut tertangkap basah sedang memperhatikan Hyesung. Semoga saja gadis itu tidak sadar, batinnya.
"Bagaimana?" tanya Jihoon.
"Aku suka," jawab Hyesung sembari tersenyum manis. Ia melepaskan headphone dan meletakkannya diatas meja.
"Syukurlah," jawab Jihoon. Tangannya merapikan kabel headphone. "Kau orang pertama yang mendengar lagu jadinya."
"Benar juga!" Pekik Hyesung tak mampu menyembunyikan kegembiraannya. Jihoon tersenyum melihat reaksi gadis itu. "Aku merasa terhormat."
Jihoon tertawa. Ia kini menyadari mengapa member lain suka berada di sekitar gadis ini. Hyesung penuh dengan energi positif. Jihoon merasa usaha kerasnya terbayarkan oleh raut puas yang ditampilkan Hyesung. Gadis itu kini sudah sibuk berceloteh memuji karya Jihoon dengan tulus.
"Aku menyesal baru mengenal karya-karya Oppa sekarang. Saat sedang belajar aku suka sekali mendengar lagu-lagu sejenis ini."
Jihoon tersenyum senang mendengarnya. "Aku berjanji akan terus membuat lagu yang dapat membuat orang semangat."
"Fighting!" ucap Hyesung sambil mengepalkan kedua tangannya.
Jihoon mengangguk. "Omong-omong kau tidak jadi belajar?" tanyanya sambil melirik tumpukan jurnal di sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SVT FF Series] Being Loved Is Amazing
Romance[COMPLETE] [SVT FF Series] --- Sebuah kisah asmara antara dua insan yang tidak mengerti arti cinta. Lee Jihoon melalui 22 tahun kehidupannya tanpa mengenal kata pacaran. Penulis lirik lagu sekaligus komposer andalan sebuah boygroup ternama di Seven...