Hyesung menatap layar ponselnya dengan penuh minat. Kedua telinganya tersumpal oleh earphone. la sedang melihat video kiriman Minho-ssi. Sore ini Seventeen mengadakan konser di Yokohama, Jepang. Gadis itu menyunggingkan senyuman di bibir melihat bagaimana para Sebong berinteraksi dengan para fans. Hyesung juga tak putus-putusnya mengagumi tata panggung yang digunakan. Sesungguhnya, para member Seventeen banyak ikut andil dalam mengonsep konser kali ini.
Alarm ponsel Hyesung berbunyi. la men-swipe layar ponselnya untuk mematikan deringnya. Sudah waktunya ia kembali bekerja. Gadis itu meraih papan jalan berisi data-data pasien dari atas meja kerjanya. la berjalan cepat menuju ruang ICU. Jemari tangannya memasukkan kode di panel pintu masuk ruang ICU yang memang hanya terbatas untuk anggota medis. la menyapa para suster yang sama-sama mendapatkan tugas jaga malam seperti dirinya saat ini. Hyesung kemudian menyambangi dari kasur satu ke kasur berikutnya, memonitor kondisi masing-masing pasiennya.
Setelah yakin semuanya baik-baik saja, Hyesung kembali ke meja jaga tempat para perawat berkumpul. la memasukkan hasil pemeriksaannya barusan ke dalam rekam medis elektronik di komputer.
"Malam yang tenang ya, dok," ucap salah satu perawat pada Hyesung.
Hyesung menanggapinya dengan tersenyum simpul. "Semoga malam ini berakhir dengan lancar."
Sesungguhnya suasana hati Hyesung sedang sangat baik. Ini pertama kalinya ia mendapat jadwal jaga malam pada hari Kamis sejak ia bekerja di rumah sakit ini. Ia akan mendapat hari libur di hari berikutnya. Hal itu berarti bahwa Hyesung dapat menikmati long weekend!
Hyesung telah selesai meng-input data ke sistem database rumah sakit. Ia melihat ada seorang perawat muda yang sedang membuka akun social media-nya. Ibu jarinya dengan lincah men-scroll timeline yang penuh berisi berita konser Seventeen yang sedang berlangsung.
"Fans nya Seventeen?" tanya Hyesung ramah.
Yang ditanya mengarahkan pandangannya kearah Hyesung. Ia tersipu malu, tertangkap basah. "Iya dok. Dokter Han jangan-jangan carat juga nih?"
"Aku cukup menyukai lagu-lagunya," jawab Hyesung.
"Benarkah?" tanya perawat itu terdengar takjub. "Siapa diantara member-nya yang paling dokter suka?"
Hyesung tertawa kecil. "Aku menyukai ketigabelas anggotanya," sahut gadis itu sambil meraih papan jalannya. "Kau boleh saja bermain ponsel," Hyesung mengarahkan papan jalannya menunjuk layar monitor EKG yang tergantung di dinding sambil tersenyum, "pesanku hanya satu, jangan sampai kau lalai mengerjakan tugasmu."
Perawat itu mengangguk mantap, "Baik dok." Ia melanjutkan, "Ngomong-ngomong dokter mau kemana?"
"Ke UGD," jawab Hyesung meringis. Tangan kanannya mengangkat ponsel rumah sakit. "Aku baru saja mendapat kabar ada satu pasien datang dengan luka tusuk di abdomen." Hyesung memasukkan ponselnya kembali ke saku jas putihnya. "Sepertinya malam ini tidak terlalu tenang untukku."
"Semangat dokter! Ingat saja besok sudah libur," ucap suster itu. Hyesung hanya mampu tertawa kecil menyetujuinya. Tentu saja ia sudah tidak sabar menyambut hari liburnya. Ia sudah punya rencana dari jauh-jauh hari.
---
Hyesung berjalan cepat sambil memakai jas putihnya kembali. Ia kira operasi semalam akan berlangsung dengan cepat, ternyata dugaannya salah. Luka tusukan pasien itu sampai mengenai ginjal. Terpaksa Hyesung harus mengangkat ginjal sebelah kiri sang pasien yang terluka.
Ia memandangi jam di pergelangan tangannya. Sudah pukul 07.35. Morning meeting sudah dimulai sejak lima menit yang lalu. Sebenarnya hari ini ia tidak wajib untuk menghadiri pertemuan rutin tiap pagi itu karena operasi yang baru saja dilakukannya. Namun, Hyesung tetap bergegas menuju gedung sentral departemen bedah. Ia harus bertemu dengan dokter seniornya untuk melaporkan perihal emergency surgery barusan.
Hyesung mengikuti meeting dengan tenang. Telinganya mendengar rencana para dokter yang akan melakukan operasi pada hari itu. Namun, pikiran gadis itu sudah terbang entah kemana. Jadwal penerbangannya ke Jepang adalah pukul 09.30. Otaknya berpikir bagaimana caranya agar ia tidak ketinggalan pesawatnya itu.
Pertemuan itu selesai tepat pukul 08.00. Setelah Profesor sekaligus Kepala departemen keluar ruangan, Hyesung langsung menghadap dokter senior yang bertugas sebagai mentornya. Secara sistematis, gadis itu memaparkan operasi yang baru saja dilakukannya. Ia juga mengatakan bahwa sudah menulis laporan untuk kasus tersebut. Hyesung segera berlalu menuju ruangannya ketika dokter Choi, mentornya, mengizinkannya untuk pergi. Long weekend telah dimulai!
Hyesung melihat jam dipergelangan tangannya. Tidak ada cukup waktu untuk mengambil koper pakaiannya di rumah. Ia mengganti baju jaganya dengan kemeja dan celana kasual. Hyesung mengemasi barang-barang berharganya ke dalam tas, kemudian diambilnya jaket yang tersampir di gantungan. Buru-buru ia mengunci pintu ruangannya. Hyesung segera bergegas menuju lift turun yang kebetulan terbuka.
Sesampainya di lobby, Hyesung langsung berjalan cepat menuju tempat antrian taksi. Andaikan saja di dalam rumah sakit boleh berlari, ia sudah melakukannya dari tadi.
"Airport, Pak." ucap Hyesung begitu ia masuk ke dalam taksi. "Tolong menyetirnya lebih cepat," pintanya dengan suara bergetar karena panik.
---
Jihoon membuka matanya. Ia melihat layar ponsel. Masih pukul 08.30. Tumben sekali ia mudah bangun pagi. Padahal kemarin jadwalnya sangat padat. Mulai dari konser hingga fansign.
Pria bernama panggung Woozi itu menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Ia mencoba terlelap lagi. Tak sampai lima menit, ia kembali menyibakkan selimutnya. Jihoon kembali terduduk. Ia mengacak-acak rambutnya. Dengan enggan, ia menurunkan kakinya dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajah.
Ia melihat kasur Seokmin yang rapi. Semalam anak itu memang tidak tidur dengannya. Keluarganya datang dari Korea, otomatis dongsaeng-nya itu akan menghabiskan waktu liburnya hari ini dengan keluarganya. Jihoon memakai hoodie hitamnya. Ia berniat mengunjungi kamar siapa saja member yang sudah bangun.
Jihoon mengetuk pintu kamar Hoshi dan Dino. Tidak ada jawaban. Sepertinya mereka belum bangun, pikir Jihoon. Ia berjalan ke kamar berikutnya, kamar Minghao dan Minho hyung, manajernya. Pintu itu terbuka sedikit. Menyisakan celah untuk Jihoon mengintip ke dalam. Tanpa suara, Jihoon mengendap-endap masuk. Ia mendengar samar-samar suara manajernya sedang berbicara.
"Apa tidak perlu dijemput? Aku bisa meminta salah satu staff untuk menjemputmu ke bandara," ucap Minho pada seseorang melalui telepon. Jihoon mengernyitkan dahinya. Ada yang mau datang? "Ah, baiklah kalau begitu. Hati-hati di jalan. Sampai ketemu nanti."
Minho memutuskan sambungan teleponnya. Ia menaruh ponselnya di atas meja. Minho terkejut saat melihat Jihoon yang berdiri di depan pintu tanpa suara.
"Ya! Kau membuatku kaget saja," pekiknya.
Jihoon masuk dan duduk di pinggir kasur Minghao. Anak itu masih tidur ternyata. "Siapa yang akan datang hyung?"
"Salah seorang staff," jawab manajer singkat. "Kenapa kau sudah bangun?"
"Sepertinya aku lapar," Jihoon bangkit berdiri. "Ayo hyung, sarapan denganku. Member yang lain belum ada yang bangun."
"Kau ke restorasi duluan saja, disana sudah ada Sungmin hyung," ucap Minho seraya menyebutkan nama manajer Seventeen yang lainnya.
Jihoon mengangguk kecil. Ia berlalu keluar kamar. Pria itu berpikir untuk mengisi perutnya hingga penuh kemudian kembali tidur. Mungkin member yang lain akan berpikir untuk mengisi hari liburnya hari ini dengan mengeksplor tiap sudut Yokohama, namun tidak dengan Jihoon. Waktu tidurnya selama ini sudah banyak terpotong. Hari ini adalah hari pembalasan istirahatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SVT FF Series] Being Loved Is Amazing
Romance[COMPLETE] [SVT FF Series] --- Sebuah kisah asmara antara dua insan yang tidak mengerti arti cinta. Lee Jihoon melalui 22 tahun kehidupannya tanpa mengenal kata pacaran. Penulis lirik lagu sekaligus komposer andalan sebuah boygroup ternama di Seven...