Jihoon merebahkan tubuhnya yang lelah pada sandaran kursi. Seventeen baru saja menyelesaikan jadwal terakhir mereka untuk hari ini. Walaupun tampil selama 10 menit dan sisanya hanya duduk melihat penampilan idol lain, tubuhnya merasa sangat lesu. Jihoon berharap mereka cepat sampai di dorm hingga ia bisa tidur.
Ponsel Jihoon bergetar. Dengan cepat, ia menarik benda berbentuk segi empat itu dari kantung celananya. Ia menghembuskan napas panjang ketika melihat nama orang yang menghubunginya. Pesan masuk dari Vernon yang berada terpisah di mobil Seventeen yang lain. Jihoon membalas pesan yang menanyakan tentang barang titipan Vernon di tasnya. Pria itu sedikit kecewa karena pesan dari orang yang ditunggunya tak kunjung datang. Mungkin ia sedang sibuk karena banyak pasien, pikir Jihoon berusaha menenangkan pikiran.
Pertemuan terakhir Jihoon dan Hyesung meninggalkan kesan yang kurang mengenakan. Untungnya, gadis itu menepati janji dengan menelepon Jihoon setelah ia sampai di rumah. Percakapan itu tidak berlangsung lama. Jihoon juga merasakan bahwa Hyesung masih belum siap menceritakan masalahnya. Ia tidak ingin mengusik kekasihnya yang terdengar sangat terguncang itu.
Hari-hari berlalu dengan tenang. Hyesung maupun Jihoon masih bertukar kabar melalui telepon walaupun intensitasnya berkurang karena kesibukan masing-masing. Tetapi, semakin hari, Jihoon merasa Hyesung makin menghindari dirinya. Entah sengaja menghindar atau tidak, Jihoon tidak tahu. Membaca balasan pesan dari Hyesung yang semakin hari semakin singkat dan tidak seceria biasanya, membuat Jihoon berpikir seperti itu.
"Masih menunggu pesan darinya?" tanya Soonyoung begitu melihat raut wajah Jihoon yang makin menggelap.
Jihoon mengangguk. Ia kemudian memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. "Mungkin ia sedang sibuk," jawabnya singkat sambil kembali menyandarkan tubuhnya.
Jihoon menutup kedua matanya. Ia berusaha mengistirahatkan pikiran dan tubuhnya yang lelah. Melihatnya begitu, Soonyoung hanya mampu memberi sedikit semangat pada temannya itu dengan tepukan ringan di bahunya.
---
Seventeen sedang beristirahat di ruang latihan mereka. Sebagian besar dari mereka tampak sibuk dengan ponsel di tangannya masing-masing. Jihoon memisahkan diri dengan istirahat di studionya seorang diri. Ia tidur di sofa dengan lengan tangan kirinya menutupi wajah, menghalau sinar lampu yang masuk ke mata.
"Jihoon hyung!" Seungkwan membuka pintu ruangan kecil itu secara tiba-tiba. Akibatnya pintu terbanting ke dinding dengan cukup keras.
Jihoon yang belum sepenuhnya tertidur menurunkan tangannya. Ia melihat kearah Seungkwan dengan dahi berkenyit. Pria itu paling tidak suka jika tidurnya terganggu.
"Sudah lihat internet? Ada skandal mengenaimu, hyung," seru Seungkwan tanpa ditanya.
"Apa?!" seru Jihoon. Ia bergegas bangun dari sofanya dan berjalan mengikuti Seungkwan menuju ruang latihan.
Member Seventeen sudah ribut berkasak-kusuk sambil melihat ponsel. Lebih tepatnya membaca artikel di layar ponselnya. Jihoon merebut ponsel dari tangan Wonwoo. Wonwoo ingin protes namun ia mengurungkan emosinya begitu tahu siapa yang mengambil ponselnya tiba-tiba.
Jihoon men-scrool halaman web yang sedang menampilkan artikel mengenai dirinya. Matanya perlahan-lahan melebar. Ia melihat foto dirinya beserta Hyesung terpampang disana. Walaupun gambar wajah Hyesung kabur, Jihoon tetap mengenali dirinya. Dilihat dari latar dan suasana foto, gambar itu sepertinya diambil ketika Jihoon dan Hyesung sedang berlibur bersama di Jepang. Jari Jihoon langsung menekan tombol related article di bagian bawah halaman web. Ia makin terkejut. Hanya dalam beberapa jam, artikel itu sudah menyebar bagai wabah virus. Foto-foto dirinya dengan Hyesung dalam berbagai kesempatan juga terlihat.
"Jihoon, apa benar gadis itu adalah orang yang kita semua tahu?" tanya Seungcheol.
Jihoon mengangguk. Selain dengan Hyesung ia tidak pernah pergi berdua saja dengan gadis lain. Dirinya juga mengenali kapan dan dimana foto-foto itu diambil. Sepertinya sudah ada paparazi yang mengikutinya sejak lama. Bahkan mungkin dia adalah seorang sasaeng.
"Lee Jihoon," panggil Minho, salah satu manajer Seventeen. "Direktur Han Jisung memanggilmu."
Kedua belas member lainnya mengalihkan pandangan mereka pada Jihoon. Joshua menepuk pelan bahu Jihoon dan mengangguk pada rekannya itu. Ia memberi semangat lewat tatapan matanya. Jihoon menarik napas panjang sebelum berjalan menuju ruangan direktur.
"Semoga mereka berdua baik-baik saja. Padahal belakangan ini hubungan mereka juga sedang tidak lancar," kata Soonyoung penuh simpati. Dalam diam, anggota Seventeen lain ikut mengaminkan.
---
Pukul 18.45 Hyesung baru keluar dari ruang operasi. Menurut estimasi seharusnya operasi tadi bisa selesai sekitar pukul setengah empat sore. Tidak ada yang menyangka akan selesai selarut ini. Pendarahan tiba-tiba, kondisi pasien yang juga memiliki riwayat penyakit stroke, membuat operasi pengangkatan colorectal cancer menjadi lebih susah.
Hyesung mengganti baju operasinya dengan cepat. Ia mengenakan jas putihnya dan berjalan menuju ICU untuk mengambil baju jaga baru untuk esok hari. Koridor rumah sakit sudah sepi karena memang jam periksa pasien sudah selesai dari sore tadi. Hyesung berjalan lambat-lambat sambil memijit tengkuknya yang lelah.
Gadis itu masuk ke ICU dan menyapa beberapa perawat yang mendapat tugas jaga malam ini. Saat keluar dari ruang penyimpanan pakaian dengan baju ganti di tangannya, ia tak sengaja mencuri dengar pembicaraan beberapa perawat muda dari meja jaga. Awalnya Hyesung ingin langsung pergi saja dari sana karena lelah. Langkah kakinya terhenti ketika mendengar nama Lee Jihoon Seventeen disebut-sebut.
"Iya, kau sudah baca artikelnya kan? Katanya mereka berkencan sudah dari lama," kata seorang perawat.
"Ah, sayang sekali. Padahal aku sangat menyukainya. Siapa sih perempuan itu?" perawat yang lain menimpali.
"Setahuku Lee Jihoon Seventeen termasuk yang pemalu jika bersama wanita. Hebat juga dia bisa menyembunyikannya selama itu," suara lain ikut menanggapi dengan nada sinis.
Hyesung mengernyitkan dahinya. Lee Jihoon Seventeen? Kencan? Hyesung meraba-raba saku jas putihnya. Ia hanya menemukan ponsel khusus rumah sakit di dalamnya. Hyesung teringat bahwa sudah beberapa bulan ini ia selalu meninggalkan ponsel pribadinya di dalam tas. Gadis itu melangkah cepat setengah berlari menaiki tangga menuju ruangannya di atas. Pikirannya campur aduk. Semoga ini bukan seperti yang ia bayangkan, batin Hyesung.
---
Hyesung duduk mematung menghadap mejanya. Sudah lebih dari sepuluh menit ia mempertahankan posisi seperti itu. Layar ponsel di hadapannya menunjukkan artikel mengenai dirinya dan Jihoon. Rumor bahwa mereka telah lama kencan sebenarnya memang benar. Parahnya, skandal ini beredar ketika Seventeen sedang dalam masa kejayaannya. Tahun baru, berita besar baru. Itu pasti yang dicari oleh para awak media.
Ponsel Hyesung bergetar. Telepon masuk dari kakak sepupunya.
"Halo?" Sapa Hyesung tanpa semangat. Ia sudah tahu apa yang akan dibicarakan Jisung melalui telepon kali ini.
"Hyesung-ah, kau baik-baik saja?" tanya Jisung. Ia mengkhawatirkan gadis itu yang sudah ia anggap seperti adik kandung. Ia tahu masalah lain yang sedang dihadapi Hyesung. Jisung takut adiknya itu makin terpuruk dengan masalah skandal Seventeen ini.
"Bohong kalau aku bilang baik-baik saja," kata Hyesung sambil menghela napas panjang.
Jisung terdiam beberapa saat. Beberapa hari belakangan ini Hyesung tampak menyibukkan dirinya dengan bekerja. Jisung yakin masalah yang satu itu belum benar-benar selesai.
"Kau ada dimana?" tanya Jisung. "Biar aku jemput."
"Masih di rumah sakit," jawab Hyesung. "Sepertinya lebih baik aku tidur disini saja malam ini."
"Ya! Kau ini punya rumah sendiri. Kenapa berlaku seperti gelandangan sih?" seru Jisung kesal. "Tunggu aku disana. Aku akan mengantarmu pulang ke rumah."
Jisung memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak, seperti tidak ingin dibantah. Hyesung menatap layar ponselnya. Ia meletakkan kepalanya yang terasa berat di meja. Badannya lelah. Pikirannya lelah. Perasaannya lelah.
Kenapa semuanya datang secara bersamaan seperti ini? Batin Hyesung.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SVT FF Series] Being Loved Is Amazing
Roman d'amour[COMPLETE] [SVT FF Series] --- Sebuah kisah asmara antara dua insan yang tidak mengerti arti cinta. Lee Jihoon melalui 22 tahun kehidupannya tanpa mengenal kata pacaran. Penulis lirik lagu sekaligus komposer andalan sebuah boygroup ternama di Seven...