My Feeling is....

327 42 4
                                    

Hyesung menunggu Jihoon di luar restoran dengan sabar. Jihoon dengan tegas meminta agar Hyesung membiarkan dirinya membayar makan siang mereka. Alasannya karena selama seharian ini Hyesung sudah mengeluarkan banyak uang untuk tiket kereta dan beberapa belanjaan. Akhirnya gadis itu menurut dan berdiri menunggu disini saat disuruh Jihoon.

Jihoon keluar dari restoran. Hyesung yang melihatnya, bergerak menghampiri. Ia memperlihatkan jam di layar ponselnya kepada Jihoon.

"Ayo, kita harus cepat kembali kalau tidak mau dimarahi Minho oppa," katanya.

Jihoon dan Hyesung berjalan cepat menuju stasiun kereta. Beruntungnya mereka. Tanpa harus menunggu lama, keduanya kini sudah berada di atas kereta yang membawa mereka kembali ke penginapan.

Gerbong yang mereka masuki tidak banyak terisi penumpang. Jihoon duduk di samping Hyesung yang sudah lebih dulu masuk. Ia membuka grup chat Seventeen yang sudah ia abaikan sedari pagi. Tidak ada yang menanyakan keberadaan dirinya.

"Ah, sayang sekali aku tidak bisa ikut berlayar bersama kalian," ucap Hyesung. Ia memandang ke arah Jihoon dengan pandangan memelas. "Padahal pasti asyik juga naik kapal pesiar bersama Seventeen."

"Kau kan harus kembali. Besok sudah Senin. Karena kau pasti akan kembali kerja di ruang operasi lebih baik setelah sampai nanti langsung istirahat saja," ucap Jihoon.

Hyesung mengangguk kecil. "Oppa tidak lelah kan? Aku baru sadar kalau seharian ini kita banyak jalan."

Jihoon menggeleng. "Tenang saja. Lagi pula jadwal nanti kan hanya fansign, tidak mengharuskanku banyak bergerak."

Hyesung membuka ponselnya dan mencermati jadwal Seventeen. "Jadwal kalian berikutnya ada konser di Osaka. Pokoknya jangan sampai melupakan kesehatan. Setelah jadwal hari ini selesai, langsunglah istirahat. Minum juga vitamin yang kemarin sudah dibelikan Minho oppa."

"Aigoo," Jihoon menepuk-nepuk puncak kepala gadis disebelahnya itu. "Kau ini benar-benar ya. Baru beberapa menit yang lalu kau murung, sekarang sudah kembali menjadi dokter Han yang cerewet."

Hyesung meringis. Ia sendiri juga tidak sadar seperti itu. Ia melanjutkan bicaranya agar tidak salah tingkah.

"Saat bersekolah di sini, aku punya teman yang berasal dari Osaka. Jika hari libur tiba dan aku tidak pulang ke LA, pasti temanku itu akan mengajakku pulang ke kampung halamannya. Keluarganya punya restoran udon yang sangat enak di daerah Dotonburi. Kalau Jihoon Oppa jalan-jalan ke sekitar sana, lebih baik makan di restorannya saja," saran Hyesung.

"Ya, memangnya kau ini sedang mempromosikan restorannya?"

Hyesung terkekeh. "Dulu aku ikut bantu-bantu sebagai pelayan disana lho. Padahal aku tidak pernah melakukannya di restoran Ayah."

Ayah Hyesung adalah pengusaha sukses restoran masakan Korea di LA. Cabangnya sudah ada di beberapa negara bagian lainnya. Orang-orang Korea yang sedang berkunjung ke Amerika pasti makan di restoran tersebut jika rindu dengan masakan negeri ginseng itu. Restoran Ayah Hyesung terkenal akan rasanya yang sangat mirip dengan makanan aslinya di Korea.

"Iya juga, aku hampir lupa kalau ayahmu punya bisnis dibidang kuliner."

Hyesung mengangguk-angguk kecil. "Ayahku bingung jika nanti ia sudah tidak ada, siapa yang akan meneruskan bisnisnya. Satu-satunya anak yang ia miliki lebih memilih jalur karir yang sama dengan sang ibu, menjadi dokter. Bahkan Ayah menyuruhku untuk mencari calon suami orang Korea agar dapat mengurus restorannya." Hyesung tertawa saat menceritakannya.

Jihoon dan Hyesung menghabiskan waktu dengan membicarakan banyak hal. Sesekali keduanya saling meledek. Kini Jihoon bahkan dapat melemparkan jokes yang membuat perut Hyesung kram karena terlalu banyak tertawa.

[SVT FF Series] Being Loved Is AmazingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang