Those Two...

268 34 1
                                    

Han Hyesung

Sudah 20 menit aku hanya membolak-balikkan badan di atas kasur. Rasa kantuk yang tadi sempat menghampiri kini menguap entah kemana. Aku menarik selimut hingga menutupi wajah. Tidak sampai lima detik aku kembali membuka mata dan menyibakkan selimut dari wajah. Aaarrgg, aku bisa gila!

Hari ini aku mendengar pernyataan cinta dari dua cowok tak tahu diuntung secara berurutan. Bagaimana bisa mereka berdua sama-sama melakukannya hari ini. Apa Mingyu dan Jihoon janjian? Aku mengacak-acak rambutku dengan kesal.

Setelah selesai makan malam aku diharuskan untuk kembali ke rumah sakit. Pasien donor ginjal yang operasinya dilaksanakan siang tadi menunjukkan reaksi alergi karena ada ketidakcocokan donor. Sebenarnya hal itu biasa terjadi. Namun, karena ini pertama kalinya terjadi pada kasus yang kutangani jujur saja aku agak sedikit panik. Takut dikira sebagai malpraktik. Untung saja, Mingyu ikut mengantarku ke rumah sakit.

Sesampainya disana, aku segera berganti pakaian dan berlalu menuju ruang operasi. Aku menyuruh Mingyu untuk istirahat di ruanganku karena ia menolak untuk pulang kembali. Tiga jam berlalu, operasi pengangkatan ginjal berlangsung lancar. Pasien kembali stabil dan dimasukkan ke ruang ICU untuk dimonitor keseimbangan cairan dan elektrolit. Setelah mengurusi berbagai administrasi, aku kembali masuk ke ruangan.

Aku membangunkan Mingyu yang masih tertidur karena harus berganti pakaian dulu sebelum kembali ke rumah. Sambil terkantuk-kantuk ia berjalan keluar ruangan. Tak butuh waktu lama, aku sudah keluar dan mengunci pintu di belakangku. Aku mengajak cowok di sebelahku ini kembali ke mobil.

Sesampainya di mobil, aku bingung karena Mingyu tidak segera menjalankan mobil. Karena kukira dirinya masih mengantuk, aku menawarkan diri sebagai supir. Pria itu hanya diam sambil memandangiku. Aku bahkan tidak mengenalinya sebagai Kim Mingyu. Aku takut, jangan-jangan saat menunggu tadi ada arwah gentayangan yang merasukinya. Cewek-cewek saja tidak bisa tahan menolak pesonanya, mungkin hal itu juga berlaku untuk para hantu.

Tanpa peringatan, ia mengutarakan perasaannya padaku. Aku diam termangu masih tidak percaya akan pendengaranku. Mingyu tetap melanjutkan bicaranya sambil memegang kedua tanganku erat. Sesungguhnya aku sadar bahwa perhatiannya selama ini sudah melebihi konteks sahabat. Aku hanya tidak menyangka bahwa ia akan mengutarakan perasaannya saat ini dan di sini.

Saat ia menarikku dan mendekatkan wajahnya perlahan, dengan refleks aku mendorongnya mundur. Aku kaget, apalagi Mingyu. Atmosfernya sangat canggung. Kecanggungan pertama yang terjadi sejauh ini antara aku dan Mingyu. Sambil tertawa gugup, aku izin kabur keluar dari mobil. Alasannya butuh ke toilet.

Setelah sedikit menenangkan diri, aku kembali ke mobil. Kali ini kami berdua benar-benar pulang ke rumah. Untuk membunuh keheningan, aku menyalakan radio yang sedang menyiarkan lagu-lagu melow pengantar tidur. Mendengarnya, aku jadi mengantuk. Aku sempat tertidur sejenak. Saat bangun, Mingyu sedang memarkirkan mobil di basement apartemen.

Begitu membuka pintu, ruangan sudah gelap gulita. Untunglah para member sudah terlelap. Aku jadi tidak perlu berlama-lama berada dalam satu ruangan dengan Kim Mingyu. Kami berdua berpisah masuk ke kamar masing-masing setelah sampai di apartemen.

Aku membasuh diri untuk melenyapkan pikiran tentang kejadian tadi. Karena tidak bisa tidur juga, aku memutuskan untuk membaca novel. Tanpa suara aku menuju tingkat dua untuk memilih buku di rak bacaan disana. Aku hampir saja berteriak histeris saat melihat seseorang sedang duduk di dalam kegelapan. Aku mengelus dada lega saat mengetahui bahwa orang itu adalah Jihoon.

Dan... kejadian serupa kembali terjadi dengan pelaku yang berbeda. Anehnya, aku tidak menolak perlakuan Jihoon padaku sama sekali. Pikiranku kosong. Aku hanya melakukan segalanya sesuai naluri. Setelah pria itu melepaskanku, aku langsung melarikan diri kembali ke dalam kamar. Tidak peduli apakah ada member yang terbangun. Berakhirlah aku sekarang seperti ini di kamar. Uring-uringan sendiri, memikirkan berbagai macam kemungkinan.

Aku meraih bantal dan menutup wajahku dengannya. Aku butuh tidur!

---

AUTHOR POV

Ponsel Hyesung berbunyi nyaring menandakan ada telepon masuk. Tanpa melihat layarnya, gadis itu langsung mengangkat telepon dengan mata terpejam. Ia baru berhasil tertidur pukul tiga tadi.

"Hyesung-ssi, aku tidak bisa naik ke unitmu. Satpam dibawah sini mengatakan tidak ada pesan darimu kalau akan ada tamu," kata seseorang di seberang sana.

"Hmm, aku akan menelepon kantor sekuritinya," kata Hyesung. "Kau bisa naik saja langsung kesini."

Hyesung memutuskan sambungan telepon. Gadis itu mengenakan sandal rumahnya dan berjalan menuju interkom yang menempel di dinding. Hyesung menelepon sekuriti di bawah agar membiarkan manajer Seventeen itu naik ke unitnya. Hyesung terlalu lelah untuk menjemput mereka.

Hyesung berjalan menuju kulkas dan mengambil air putih dingin. Ia meminumnya dengan sekali teguk. Bel rumahnya berbunyi nyaring menandakan bahwa tamunya sudah ada di depan pintu. Hyesung membukakannya.

"Memang sekarang pukul berapa Sungmin oppa?" Tanya Hyesung sambil membiarkan Sungmin masuk. Ia menguap lebar.

"Sudah pukul 06.30," jawabnya santai. Ia menjulurkan leher ke dalam. "Mereka tidur dimana saja, Hyesung-ssi?"

"Dua kamar disana, di ruang TV, dan sebagian ada di lantai atas," jawab Hyesung. Gadis itu tiba-tiba membelalakkan matanya. "Jam setengah tujuh?!"

"Aku sudah terlambat! Cepat bangunkan mereka oppa!" Seru Hyesung kepada Sungmin dan Minho. Ia segera melesat masuk ke dalam kamar untuk bersiap-siap. "Kalau susah bangun, seret saja mereka semua untuk pulang," teriak Hyesung lagi.

Sungmin dan Minho bertukar pandang sejenak. Mereka berdua akhirnya sadar bahwa Hyesung terlambat bangun tidur untuk berangkat kerja. Sungmin bergegas membangunkan member yang ada di kamar, sedangkan Minho langsung melesat ke lantai dua.

Dalam waktu dua puluh menit, Hyesung sudah keluar dari kamarnya. Tanpa riasan make up, rambut dikucir satu asal-asalan, hanya mengenakan kaos yang dilapisi hoodie berwarna merah muda dan sepasang jeans hitam, serta sebuah tas tersampir di bahunya. Berbanding terbalik dengan gerakan Hyesung yang terburu-buru, Seventeen masih bermalas-malasan untuk bergerak. Gadis itu melangkah cepat menuju dapur.

"Kau sudah mau berangkat kerja lagi?" Tanya Jun dengan suara serak khas habis bangun tidur.

"Pukul 07.30 ada morning meeting," ucap Hyesung cepat. Ia membuka lemari dan mengambil bungkusan berisi roti tawar dari dalamnya.

"Biar aku panggangkan dulu," kata Mingyu tiba-tiba.

"Tidak, terima kasih. Aku harus buru-buru," kata Hyesung dengan selembar roti tawar diantara giginya. Gadis itu meraih sekaleng kopi instan dari lemari pendingin.

Sayup-sayup terdengar suara Minho yang susah payah membangunkan Jihoon di lantai atas. Hyesung menggelengkan kepalanya. Ia mengambil kartu akses apartemen dari dalam tas dan menyerahkannya ke Mingyu yang berdiri di hadapannya.

"Kalian butuh ini untuk turun," kata Hyesung sambil berlalu menuju pintu. Ia mengambil sepasang sepatu berwarna putih dari lemari dan memakainya. "Nanti tolong titipkan pada Minho oppa ya."

Mingyu ikut memakai alas kakinya dan berusaha menyamai langkah Hyesung yang sudah berada di depan lift. Pintu lift membuka. Tanpa banyak bicara, Mingyu menempelkan kartu akses dan menekan tombol B - lantai Basement.

"Bagaimana dengan dirimu saat pulang nanti?" tanya Mingyu sebelum pintu menutup.

"Aku akan mengambilnya di dorm kalian," ucap Hyesung. "Selamat beristirahat Kim Mingyu!" ucap gadis itu. Pintu lift kemudian menutup.

Mingyu terpaku. Pagi ini walaupun Hyesung terlihat sangat berantakan, gadis itu tetap menyapanya seperti biasa. Apa gadis itu lupa akan kejadian tadi malam? Pikir Mingyu. Tidak mungkin, kemarin malam saja sikapnya sangat canggung selama perjalanan pulang. Mana mungkin bisa, mereka kembali biasa hanya dalam waktu sesingkat ini?

Mingyu tidak tahu bahwa ada kekhawatiran lebih besar yang dipikirkan gadis itu. Pertama, ia akan datang terlambat ke kantor. Kedua, ciuman pertamanya telah diambil oleh seseorang bernama Lee Jihoon.

[SVT FF Series] Being Loved Is AmazingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang