Epilog - The Day Will Come

728 40 2
                                    

Seoul, 2028

Hyesung mendorong koper miliknya keluar dari bandara. Kepalanya bergerak kesana-kemari mencari orang yang seharusnya datang menjemputnya. Wajahnya berubah cerah ketika mendapati Jihoon berdiri tak jauh dari pintu kedatangan penerbangan internasional. Hyesung mempercepat langkahnya menghampiri pria itu.

"Selamat datang di Seoul, Tuan Putri," sapa Jihoon sambil merentangkan kedua lengannya.

Hyesung langsung menghambur ke dalam pelukan Jihoon. Pria itu sedikit mengangkat tubuh Hyesung dan berputar di tempat. Hyesung memekik kecil dibuatnya. Sambil tertawa, Jihoon menurunkan tubuh gadis itu kembali ke lantai.

"Kenapa kau semakin ringan saja?" tanya Jihoon setengah protes. Pria itu mengambil alih koper dari tangan Hyesung.

Hyesung berjalan menyamai langkah kaki Jihoon menuju tempat parkir mobil. Gadis itu bergelayut manja pada sebelah lengan Jihoon yang bebas.

"Aku kan memang sedang diet. Aku harus tampil menawan dalam balutan gaun pengantin nanti kan," ucap Hyesung memberikan pembelaan.

Jihoon mencubit ujung hidung Hyesung dengan gemas. "Ukuran gaun kan masih bisa diubah. Yang paling penting kau tetap sehat tanpa kekurangan makan."

"Oppa tidak mengerti pikiran wanita,"cibir Hyesung.

Jihoon hanya berdecak kecil sambil menggelengkan kepalanya pelan. Walaupun mereka sudah lama jalan bersama hingga sebentar lagi mereka akan naik ke pelaminan, sifat tak mau kalah Hyesung tetap saja tidak bisa diubah. Bahkan Jihoon menyempatkan diri ikut kursus memasak singkat dengan Mingyu dan Seokmin agar dapat membuat makanan untuk Hyesung. Gadis itu pasti mau tak mau akan memakan masakannya karena ia akan merasa bersalah jika tidak bisa menghabiskannya. Saking mengenal Hyesung dengan baik, Jihoon jadi bisa memanfaatkan segala sisi dan sifat gadis itu.

"Bagaimana kabar Ayah dan Ibu?" tanya Jihoon lagi. Ia mengeluarkan kunci mobil dari saku jaketnya dan membuka pintu mobil. Jihoon kemudian memasukkan koper milik Hyesung ke bagasi.

"Mereka baik-baik saja," jawab Hyesung singkat. Ia masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi penumpang samping pengemudi. Setelah menutup kap bagasi, Jihoon bergerak menuju pintu supir.

"Ayah dan Ibu juga sudah berjanji akan datang ke acara pernikahan kita," lanjut Hyesung. "Termasuk keluarga baru Ayah."

"Wah, berarti Victoria akan datang juga?" tanya Jihoon. Ia mulai menjalankan mobilnya menuju rumah.

Hyesung mengangguk. "Sudah pasti. Ia datang ke Seoul bukan untuk menghadiri acara pernikahan, tapi untuk bertemu Joshua," cibir Hyesung sambil mengerucutkan bibirnya.

Jihoon tertawa pelan. "Yah, tidak sepenuhnya salah sih."

Tangan Hyesung terulur menyalakan radio di mobil. Sebuah lagu slow kesukaan Hyesung sedang dimainkan. Gadis itu mengetukkan-etukkan jarinya mengikuti irama.

Dua bulan yang lalu, tepatnya pertengahan bulan April, Jihoon resmi menjadi tunangannya. Pria itu melamarnya saat mereka berdua sedang berlibur bersama ke Tokyo. Entah mendapat ide darimana, saat itu Jihoon terlihat sangat romantis. Padahal Jihoon jarang sekali melakukan hal-hal manis seperti itu kepada Hyesung, lebih karena tidak tahu bagaimana harus melakukannya. Pria itu melamar Hyesung saat mereka sedang menikmati hanami. Dengan lancar Jihoon mengucapkan permintaan agar Hyesung bersedia menjadi istrinya dibawah naungan pohon sakura yang sedang bermekaran. Hyesung yang tidak menyangka akan dilamar dengan suasana seperti itu langsung mengangguk mengiyakan. Ia benar-benar senang.

Ucapan Jihoon yang mengatakan akan selalu ada di sisi Hyesung memang ia buktikan dengan bersungguh-sungguh. Dengan sabar dan perlahan Jihoon kembali mendekati Hyesung yang masih takut-takut untuk kembali membuka pintu hati. Puncaknya ketika sang Ayah memutuskan untuk menikah dengan wanita barunya yang sudah beranak satu. Hal itu cukup membuat hati Hyesung kembali patah, walaupun tidak separah ketika mengetahui perceraian kedua orangtuanya dulu. Jihoon selalu memberikan support pada Hyesung. Pikiran Jihoon yang selalu tenang dan rasional mampu menyadarkan gadis itu. Sebenarnya Hyesung juga tahu, cepat atau lambat Ayahnya pasti akan berkeluarga lagi. Mungkin itu adalah sebuah kebahagiaan untuk sang ayah, dia pun juga harus mencari kebahagiannya sendiri.

[SVT FF Series] Being Loved Is AmazingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang