Hyesung masuk ke ruang latihan boygroup di perusahaan pamannya. Ia baru pulang dari rumah sakit. Member Seventeen sedang sibuk berlatih. Gadis itu melihat masing-masing member yang sedang menari dengan cermat. Pandangannya kemudian terkunci pada member terpendek Seventeen yang menurutnya menari dengan sangat lincah.
Dua puluh menit berlalu. Seventeen telah selesai latihan. Sebagian member beristirahat. Ada yang sibuk dengan ponselnya, tiduran di lantai, minum air mineral, dan ada pula yang masih berlatih di depan cermin. Jihoon termasuk salah satunya. Pria itu sedang memperhatikan detail gerakan bersama dengan Minghao dan Vernon.
"Hai Han Hyesung! Bagaimana? Sudah mulai mual-mual?" tanya Soonyoung sambil menaik-naikkan alisnya.
"Atau mungkin ada makanan tertentu yang sekarang lagi kamu inginkan?" Kali ini Seungcheol ikut nimbrung sambil duduk di sebelah Hyesung.
"Biasanya kalau baru satu bulan belum ada tanda-tanda seperti itu Hyung," sahut Seungkwan sambil menghabiskan isi botol airnya.
Hyesung melihat ketiganya dengan dahi berkenyit. Walaupun menggunakan bahasa Korea, ketiganya seperti sedang bicara menggunakan bahasa planet lain. Seungcheol, Soonyoung, dan Seungkwan mengaduh kesakitan ketika sebuah botol plastik melayang mengenai kepala mereka bergantian. Jihoon duduk di sisi Hyesung sambil meminum air mineral dari botol plastik yang tadi digunakannya untuk memukul para sahabatnya.
"Jangan ganggu dia. Kami tidak melakukan hal-hal mesum seperti yang ada dipikiran kalian," jawab Jihoon.
"Maksudnya apa sih?" tanya Hyesung penasaran sambil melihat mereka berempat bergantian.
Gadis itu hanya mendapat tepukan pelan pada puncak kepalanya dari sang kekasih. Jihoon hanya diam, enggan menjelaskan. Pasti ketiga cowok itu memikirkan sesuatu yang tidak-tidak karena sebulan yang lalu Hyesung dan dirinya berlibur selama lima hari di Jepang berdua saja, pikir Jihoon.
Seungcheol, Soonyoung, dan Seungkwan saling berpandangan penuh arti. Mereka bertiga sedikit berterimakasih pada Hyesung. Karenanyalah, Seventeen dapat melihat sisi lain Jihoon. Jika suasana hati cowok itu sedang senang, mereka tidak akan kecipratan amarahnya saat latihan. Hyesung selalu berhasil membantu mereka keluar dari waktu krisis jika mereka sedang rekaman dan mood Jihoon tidak terlalu baik.
"Kau sudah ada referensi mau makan dimana?" tanya Jihoon pada Hyesung. Pria itu menyetir pembicaraan ke arah lain.
Kedatangan Hyesung kesana memang untuk mengajak Jihoon makan malam sebelum ia kembali ke rumah sakit. Selama seminggu ke depan gadis itu mendapat tugas jaga. Jihoon beserta Seventeen pun akan disibukkan oleh persiapan berbagai acara musik akhir tahun. Itu berarti, keduanya akan lebih jarang bertemu.
"Pasta!" jawab Hyesung berseru senang. "Aku menemukan restoran Italia baru di sekitar sini. Nanti kita bisa kesana dengan mobilku," lanjut Hyesung antusias.
"Aku juga mau, Hyung," seru Seungkwan. "Sudah lama aku tidak makan masakan Italia."
"Makan saja bersama yang lain. Malam ini adalah jadwal kencan kami berdua," jawab Jihoon dingin.
Mendengar jawaban Jihoon, member yang lain ramai menyoraki cowok itu. Tidak hanya Seungcheol, Seungkwan, atau Soonyoung saja, seluruh member beserta staff yang mendengarnya ikut menjadikan Jihoon bahan lelucon. Hyesung tertawa melihat reaksi pria disebelahnya yang berusaha bersikap cool namun dengan wajah memerah.
Ponsel Hyesung bergetar. Gadis itu mengernyitkan dahinya sejenak karena bingung. Bukan nomor rumah sakit yang biasa datang mengabari ada pasien darurat. Caller id nya tampak asing. Kode negara asalnya terpampang dilayar ponsel. Hyesung berlalu keluar dari ruangan yang bising dengan ponsel menempel di telinganya.
Satu jam penuh Hyesung pergi. Jihoon bahkan bingung kemana gadis itu pergi. Ia kira Hyesung sudah duluan pergi ke mobil, tapi tas gadis itu masih ada di atas meja. Sambil menunggu Hyesung, Jihoon kembali berlatih dengan member lainnya. Sebenarnya jadwal Seventeen sudah selesai dan mereka diperbolehkan pulang oleh pelatih karena besok ada acara yang harus mereka hadiri.
Tak lama kemudian Hyesung kembali ke dalam ruangan. Gadis itu jadi tampak lebih diam. Ia menyisir rambut panjangnya ke belakang dengan tangan kirinya yang tidak memegang ponsel. Hyesung duduk kembali di sofanya yang tadi. Kedua tangan menumpu kepalanya yang terasa berat. Sambil menundukkan kepala, Hyesung memejamkan mata. Ia berusaha mengatur emosinya yang tak karuan dengan menarik napas panjang.
Jihoon melihat Hyesung telah kembali. Ia menghentikan latihannya dan segera mengambil tas ranselnya di lantai. Jihoon menghampiri Hyesung dengan langkah gembira. Ia sudah membayangkan akan menghabiskan banyak waktu dengan gadis itu malam ini sebelum mereka terpaksa tidak bisa bertemu selama beberapa saat ke depan.
"Hyesung-ah, ayo kita makan. Sebelum semakin malam," seru Jihoon senang. Ia belum menyadari perubahan mood Hyesung.
Hyesung mengangkat wajah ke arah Jihoon. "Oh, Oppa," gadis itu tampak menimbang-nimbang. Ia kemudian tersenyum kecil sambil berdiri. "Bisakah kita undur jadwal hari ini ke hari lain? Sepertinya aku sedang ingin sendiri."
Jihoon mengernyitkan dahinya bingung. "Baiklah. Kalau begitu aku akan mengantarmu pulang," kata Jihoon kemudian tanpa banyak tanya.
"Tidak perlu," tolak Hyesung. Setelah mengucapkan salam singkat, gadis itu berjalan cepat menuju pintu keluar dengan barang-barang bawaan di tangannya.
Jihoon bingung akan perubahan kekasihnya. Ia khawatir dengan keadaan gadis itu. "Biar aku antar saja," kata Jihoon sambil menahan tangan Hyesung. Akibat perbuatannya, tas, jaket, dan buku-buku milik Hyesung jatuh berantakan ke lantai.
"Ya! Sudah kubilang aku ingin sendiri!" teriak Hyesung kesal.
Jihoon kaget. Semua orang yang ada di ruangan itu juga ikut menghentikan aktivitas mereka dan mengamati sepasang kekasih itu. Ini pertama kalinya Hyesung membentak seperti tadi. Seventeen hanya dapat bertanya-tanya dalam hati, tidak berani bersuara.
Jihoon langsung berjongkok mengambil barang-barang milik Hyesung. "Maafkan aku," ucap Jihoon sambil menyerahkannya kembali pada Hyesung.
Hyesung hanya menutup mata sambil mengatur napas. Ia mengambil barang bawaannya dari tangan Jihoon. "Tidak. Harusnya aku yang meminta maaf karena telah membuat oppa bingung seperti ini," ucap Hyesung dengan suara bergetar.
Jihoon mengulurkan tangannya dengan ragu-ragu. Akhirnya ia memberanikan diri membawa gadis itu masuk ke dalam pelukannya. Jihoon hanya diam, namun tangannya mengusap lembut kepala cewek itu. Hyesung menyandarkan kepalanya yang lelah pada dada Jihoon beberapa saat.
"Aku tidak tahu kau ada masalah apa. Tapi kau harus tahu bahwa aku selalu siap membantumu kapanpun itu," ucap Jihoon lirih.
Hyesung menarik dirinya dari pelukan Jihoon. "Aku hanya sedang ingin sendiri. Itu saja," katanya sambil tersenyum masam. "Aku akan memberi kabar setelah aku sampai rumah," Hyesung melanjutkan jalannya tanpa melihat Jihoon lagi. Pria itu hanya mampu memandangi punggung Hyesung yang pergi menjauh hingga hilang dari pandangannya.
Soonyoung menghampiri Jihoon yang masih terpaku di tempatnya. Ia menepuk bahu sahabatnya itu hingga Jihoon menolehkan kepala ke arahnya.
"Kalian bertengkar?"
"Entahlah," kata Jihoon sambil mengangkat kedua bahunya. "Aku sendiri tidak yakin."
"Semoga saja dia hanya sedang PMS," kata Mingyu. "Adikku selalu berubah menjadi ganas ketika mendekati tanggalnya."
"Yah, semoga saja," kata Soonyoung. Ia memandangi Jihoon dengan tatapan simpati. "Kalau begitu kau ikut makan saja bersama kami."
Jihoon mengangguk. Pikirannya masih berotasi pada perubahan Hyesung tadi. Tidak, emosi Hyesung tadi bukan karena perubahan emosi tiap menjelang jadwal menstruasinya. Jihoon yakin ada sesuatu yang amat penting yang membuat gadisnya menjadi seperti itu. Ia hanya dapat percaya pada kekasihnya, jika saatnya sudah tepat gadis itu pasti akan menceritakannya sendiri padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SVT FF Series] Being Loved Is Amazing
Romance[COMPLETE] [SVT FF Series] --- Sebuah kisah asmara antara dua insan yang tidak mengerti arti cinta. Lee Jihoon melalui 22 tahun kehidupannya tanpa mengenal kata pacaran. Penulis lirik lagu sekaligus komposer andalan sebuah boygroup ternama di Seven...