Hasrat

43 11 12
                                    

"Kamu tau satu hal yang membuatku senang?" kataku padanya setelah turun dari motor. Dia tadi menawariku untuk pulang bareng. Karena terpaksa, aku ikut. Toh, ini untuk yang terakhir kali.

"Apa?" Dia menjawabnya sambil tersenyum. Ah, basi. Wajah-wajah pendusta. Benci.

Aku tersenyum kecut, "Melihatmu pergi." Ia tetap tersenyum tanpa dosa. Aku tidak tahu, bagaimana sih cara berpikir laki-laki itu?

"Oh. Tanpa kamu pinta pun aku kan mau pergi," ujarnya tanpa menyadari apa arti kalimat itu bagiku. Dia tidak pakai helm, mungkin berniat mau pamer.

Setelah itu aku langsung berbalik untuk masuk rumah.

"Kamu juga tahu nggak, apa yang membuatku sedih?" Katanya yang menghentikan langkahku. Dengan malas, aku pun membalikkan badan. Dan mengernyitkan dahi.

"Melihatmu pergi."

Kalimat yang sukses menancap ke jantung dadaku. Aku benar-benar tidak salah dengar kalimat tersebut bukan? Apa Dia sudah menyadari sesuatu?

Aku melihat wajahnya yang gelap. Wajahnya yang tadi bisa tersenyum tiba-tiba kehilangan ekspresi. Bisa kusebut, disekitarnya sedang dikelilingi awan hitam. Wajahnya berubah menjadi serius. Aku terdiam melihat motornya yang melaju dari halaman rumahku. Dan gerimis menjadikan dunia mendukungku untuk terakhir kali melihatnya. Gerimis sudah memihak orang lain, jangan bertanya tentangnya lagi padaku.

Hari ini adalah kali pertama setelah sebulan kami tidak bersama. Karena aku, iya benar. Selama itu pun aku tidak mendapat jawaban darinya. Yang membuat aku terus merasa bahwa aku lah yang terlalu terbawa perasaan dengannya. Bahwa seakan-akan aku lah yang hanya menaruh hati padanya. Aku lah yang membuat semuanya terasa indah untukku tapi tidak baginya.

Sebulan ini pun aku terlalu banyak bicara pada diriku sendiri. Memberitahunya bahwa aku sedang benar-benar kecewa pada Dia. Bahkan banyak menyimpan prasangka-prasangka negatif di pikiranku, yang aku mau saat bertemu dengannya adalah dia akan menjawab semua itu. Tapi lagi-lagi, kenyataanya hanya mimpi semata.

Dibutakan oleh cinta? Hatiku pun tidak merasa memiliki hal istimewa darinya.

Ayolah, jangan berkompromi dengan perempuan yang sedang kecewa jika kamu saja tidak mengerti diri kamu seutuhnya.

Jangan pernah mencoba baik pada perempuan yang sedang kecewa jika kamu hanya ingin mendengar keluh kesahnya.

Jangan juga menjadi temannya hanya karena kamu ingin merebut laki-lakinya.

Dunia itu luas, saat kamu jahat berarti kamu sedang tidak bahagia.

Tidak ada. Tidak ada cinta diantara kita, Dia memilih pergi dengan perasaanya. Aku tidak punya tempat untuk meletakkan potongan hatiku. Dan dengan tega, gerimis memanggil hujan untuk melengkapi kepedihan ini. Andai saja aku tahu gerimis memihak kepada siapa kali ini, akan kuceritakan padanya bahwa gerimis tidaklah sesejuk yang terasa, gerimis pun sama dengan rencana indah yang sebenarnya semu, berakhir karena takdir berbicara. Maka tidak akan ada yang percaya lagi padanya. Gerimis tidak seindah kenyamanan. Gerimis juga bisa berkata lain.

SENANDIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang