9

297 61 9
                                    

"Kay, Kay. Yang ini gimana?"

Samuel menunjukkan laptopnya pada Kyla. Mereka sedang ada di sekretariat klub film. Samuel sedang mengedit filmnya, Kyla sedang menulis skrip untuk proyek selanjutnya.

"Bagus." jawab Kyla singkat.

Samuel tersenyum senang lalu kembali melanjutkan kegiatannya. Oh, Samuel jadi teringat sesuatu.

"Kay, gue boleh nanya? Kenapa sih lo pingin banget masuk klub drama?"

Kyla yang tadinya sibuk mengetikkan dialog jadi terdiam. Ia terlihat berpikir. Samuel memperbaiki posisi duduknya.

"Gak apa-apa kalau gak mau jawab."

Samuel kembali berkonsentrasi dengan laptopnya. Tidak apa-apa. Samuel tahu Kyla akan bercerita kalau ia siap.

"Bunda orang teater. Dari kecil gue selalu dibawa ke pertunjukan drama atau sendratari di mana-mana. Bunda itu orang Amerika, tapi cinta banget sama sendratari Indonesia.

"Gue selalu kagum lihat bunda di panggung. Tapi pas gue kelas 2 SMP, bunda sakit sampai gak bisa jalan, gak bisa pentas lagi. Bunda cuma bisa di rumah. Bunda bosen. Hiburan bunda selain permainan gitar kak Mark ya baca tulisan gue.

"Bunda pernah request ke gue buat bikinin skrip drama buat dia. Gue bikinin, sampai minta guru bahasa Indonesia gue buat proof writing."

Kyla berhenti sejenak. Samuel masih sabar mendengarkan.

"Sayang, bunda keburu pergi sebelum gue sempet nunjukin naskah drama perdana gue. Gue udah tau sih bunda bakal pergi, cepat atau lambat. Tapi naskah drama itu berharga banget buat gue, gue mau merealisasikan naskah itu jadi drama."

Kyla berhenti lagi. Samuel mengangguk dalam hati.

"That's why. Tapi ya mau gimana lagi. Naskah drama gue modern, jadi gak tepat kalau dikasih ke sanggar tempat bunda latihan dulu."

Samuel kini mengangguk benar. Ia menunjukkan laptopnya kepada Kyla.

"Pas ngedit bagian ini, gue jadi inget puisi lo tentang penari yang gak bisa berhenti nari itu." ucap Samuel sambil menatap Kyla.

Kyla melihat potongan akting Gema di layar laptop Samuel. Ia lalu menatap balik Samuel.

"Lo bener-bener baca tulisan gue, ya?"

Samuel mengangguk. "Semuanya gue baca sampai postingan paling awal. Sekali duduk."

"Oh...

Lama gak bacanya?"

Samuel terlihat berpikir. "Gue baca jam 10 malem, gue tidur jam setengah 1. Lumayan lah, ya."

Bibir Kyla terbuka. Tidak menyangka ada yang benar-benar niat melakukannya.

"Terus, favorit lo yang mana?"

"Yang tentang sleeping." Samuel menjawab spontan.

"Kan banyak yang tentang itu."

"Yang itu... Duh, susah dijelasin."

"Coba sebutin satu baris."

Samuel terlihat berpikir. Kyla meninju pelan bahu Samuel dan tertawa kecil. "Ah bohong pasti."

Samuel tertawa sambil menggeleng. "Gak bohong."

"Mmm... yang ada I paint my sleep-nya itu." Lanjut Samuel.

Kyla mengangguk-angguk. "Terus, terus, yang mana lagi?"

"Mmm... Knock Knock."

"Kaya gimana coba yang Knock Knock?"

"Knock, knock. Who's there? I've been sleepy busy to draw you I didn't hear you knock.

Knock knock. Knock knock on my door. Pick it, pick it up."

Kyla terbahak-bahak mendengar Samuel memelesetkan puisinya ke lirik lagu Twice.

"Itu mah Twice, kocak. Hahahahaha."

Samuel cuma nyengir melihat reaksi Kyla. It is decided, Samuel suka melihat Kyla tertawa.

"Kay, any chance I can make your first script into a movie?"

"Kay, any chance I can make your first script into a movie?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sleepwalker | Samuel × Kyla ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang