"Samuel?"
Kyla menatap Samuel masih dengan seragam lengkap dan bomber berdiri di teras rumahnya. Samuel tersenyum. Kyla mengerjap.
"Ngapain lo ke sini?"
"Mau ketemu sama lo."
"Kenapa sampai ke rumah?"
"Habis lo ngehindar terus di sekolah."
"Enggak!" elak Kyla cepat. Samuel terkekeh.
"Terus kenapa lo lari pas gue samper tadi?"
Kyla berpikir, mencari jawaban yang tepat. Samuel gemas.
"Itu... tadi dipanggil Somi."
"Sominya kan lagi pacaran sama Dewa di lapangan."
"Ih! Udah, cepet, mau apa ke sini?"
Samuel lagi-lagi tertawa. Kyla menggigit bibirnya, diam-diam memohon pada Samuel agar dia berhenti tertawa, demi kesehatan hatinya.
Samuel mendekati Kyla, lalu menyerahkan bungkusan hitam kecil padanya.
"Dari Natty. Dia minta maaf, tapi malu ketemu."
Kyla menatap Samuel lalu dengan ragu membuka bungkusan itu.
"Recording tape gue!" Kyla memekik kecil.
Alat rekam yang kini sudah berbentuk seperti sedia kala itu pernah tidak sengaja dibanting Natty saat Kyla mendaftar di klub drama. Kyla tahu Natty saat itu merasa bersalah, tapi Natty terlalu gengsi meminta maaf.
Kyla tersenyum senang, "Bilangin makasih banyak ke Natty ya, El!"
Samuel mengangguk. Kyla masih memerhatikan recording tape-nya seakan benda itu bangkit dari kematian. Samuel tersenyum.
Kyla sadar diperhatikan dan mendongak menatap Samuel. Laki-laki itu bukannya mengalihkan pandangan malah semakin lebar senyumnya.
"Kenapa lo masih di sini? Sana pergi."
Samuel memasang tampang tersinggung, "Lo gak mau terima kasih sama gue?"
"Makasih." jawab Kyla singkat.
"Gitu doang?"
Kyla mengrenyitkan dahinya, "Iya, lah. Mau apa lagi emang?"
"Apa gitu. Peluk, cium."
Yang ada malah suara pukulan keras tangan Kyla ke dada Samuel.
"Adoh!" Samuel mengusap-usap dadanya, tapi akhirnya ia tetap nyengir juga.
"Gini dong, Kay. Gue lebih suka lo pukulin gue dari pada lo ngehindar dari gue."
Kyla terdiam lagi. Ia lalu memasukkan recording tape-nya kembali.
"Pulang sana."
Kyla berbalik masuk ke rumahnya. Samuel tidak berusaha menahannya. Samuel menunggu sampai suara langkah kaki Kyla menghilang, baru ia berbalik pulang.
*****
Kyla memainkan tape recorder-nya. Dia tahu, Natty bukan orang yang seburuk itu. Dulu sekali, waktu Kyla kecil, Natty pernah menolongnya yang jatuh tersandung di taman kota. Natty mungkin tidak ingat kalau itu Kyla, tapi Kyla tidak pernah lupa.
Iseng Kyla menekan tombol play, walaupun dia tahu pitanya baru, pasti masih kosong.
"Cek... Cek.
A... U... A..."
Kyla terkesirap.
"Hai, Kyla, perempuan yang lahir bulan Desember. Terima kasih udah mengisi hari-hari cowok pecinta film ini. Terima kasih juga udah masuk ke hati gue yang kata orang susah banget dibobol.
Pertama kali gue lihat lo tidur sambil benturin kepala lo ke papan tulis, gue mikir, ada juga ya orang yang bisa begini.
Pertama kali gue lihat timeline Line lo, gue kagum, ada ya orang yang bisa nulis begini. Pakai hati. Sampai setiap hari gue baca ulang-ulang, kontak lo gue pin paling atas.
Terus pas lo ngamuk-ngamuk di ruko gara-gara gue bangunin tidurnya, jujur, gue sempet mau mundur aja dari hidup lo. Tapi pas lo cerita, gue tau gue gak bisa pergi, gue tau gue 'gak mau' pergi.
Pas gue liat pop-up chat dari Natty, gue langsung janji sama diri gue sendiri, gue akan terus jagain lo.
Pas ada di filmografi bareng lo, gue sadar. Gue suka ketawa lo, gue suka cara lo menyampaikan pendapat, gue suka cara lo diskusi, gue suka cara lo ngarahin sutradara.
Gue suka sama lo.
Terus... terus apa lagi, ya?
Oh iya, pas lo salah kirim chat kak Mark ke gue, lo sleepwalking lagi di halte. Gue memutuskan, kalau gue gak mau jauh-jauh dari lo.
Jadi–
'Dek, hujan! Angkat jemuran! Mbak masih masak, neh!'
Berisik ah, Mbak! Ntar dulu!"
Kyla yang sedari tadi menggigit jarinya tertawa.
"Sorry, kakak gue emang toa.
Tadi sampai mana?
Oh, iya. Ya udah, gitu.
Lo pernah bilang, orang yang dateng karena penasaran akan pergi saat rasa penasarannya terpuaskan.
Kalau gue, gue dateng karena penasaran, rasa penasaran gue udah terpuaskan. Diganti sama sayang. Dan gue gak berpikir untuk pergi dari hidup lo.
Kyla, gue sayang sama lo.
Lo bisa bales kapan aja saat lo siap.
Udah, ya. Hujan. Angkat jemuran dulu. Bye, Kay."
Kyla termenung menatap kosong tape recorder-nya yang sekarang tinggal suara statis putaran pita kosong.
"Makasih, El."
PERNAH GAK SIH DIKIRIMIN REKAMAN KAYA GITU SAMA GEBETAN????
Aku sih no.
Wkwkwk. Tapi gemes aja kalau ada yang kaya gitu, apalagi pakai tape recorder beneran :') huhu jadi ingin (?)
Seperti biasaa janlup kritik dan sarannya!!! Have a nice day!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleepwalker | Samuel × Kyla ✔️
Fanfiction"Gue bisa semaleman pegang tangan lo begini. Asal lo tetep di samping gue." 2018, March 4th - March 6th Warning! Lokal, dialog non-baku, harsh words in some chapters Rating: PG-15 Since 30/3/2018 End 28/7/2018 ©kikiyay, 2018