Pagi ini, dita berangkat cukup pagi karena takut terlambat lagi. Dia berjalan dikolidor yang masih sepi, banyak siswa-siswi yang belum datang.
Sebelum dita masuk kekelas dia hendak keruang loker, untuk mengambil buku pelajarannya. Dia memang sudah biasa meninggalkan beberapa buku diloker.
Dita membuka lokernya yang tertera no.12, gabungan tanggal lahirnya dengan bulan kelahirannya.
Dia mengambil beberapa buku cetak dan buku kosong, serta pulpen baru kedalam tas yang terdapat dilokernya. Jadi tadi dia berangkat ga bawa tas, bawa diri doang. Nanti niatnya tas biru lautnya, akan dia taro diloker.
Setelah selesai, dita mengunci kembali lokernya dan mengemblok tas abu-abunya. Lalu berjalan kearah kelasnya.
Dia memperhatikan sekelilingnya, ada siswi yang sedang piket kelas, ada juga yang duduk didepan kelas mereka, mungkin sedang wifian pikirnya. Dita menatap kearah lapangan outdoor yang sudah banyak dilewati siswa-siwi rajawali.
Dita tersenyum sesekali, sebagai jawaban dari beberapa temannya yang menyapanya. Dita bukan murid famous, dia hanya murid biasa yang kebetulan masuk jurusan ipa. Dia juga ga pintar banget tapi ga bego-bego juga, standar aja.
Dia memang lumayan cantik, tapi sikap cerobohnya membuat banyak siswa-siswi jengkel. Pernah waktu itu, ketika sekolahnya sedang mengadakan perlombaan acara 17 agustusan. Dita ikut untuk berpartisipasi, dia ikut lomba balap karung waktu itu. Dita yang sangat fokus menatap kedepan garis finish, tanpa memerdulikan sekitarnya. Ketika mendengar bunyi 'peluit' dita berlari sekencang mungkin dengan karungnya. Tetapi ketika itu, dita merasa aneh karena lawan-lawannya yang tak kunjung menyusulnya, dia diam berhenti berlari lalu menatap kebelakang. Lawan-lawannya masih digaris start, dita menatap mereka binggung lalu dia menatap sekelilingnya yang sudah banyak siswa-siwi tertawa melihat kearahnya. Dita tambah mengerutkan dahinya binggung.
"Ta, lombanya belom dimulai" ucap seorang cowok berkacamata yang dita ketahui teman osisnya yang bernama darma.
Dita mengerutkan dahi, tadi dia dengar bunyi peluit maka dia berlari. Lantas kenapa belom dimulai?
"Loh tadikan bunyi peluit" ucap dita dengan raut binggungnya.
"Itu bunyi peluit percobaan dita" ucap darma dengan sabar.
Dita melototkan matanya, kaget. Dia menahan malu dengan tersenyum kikuk kearah mereka.
Banyak juga kejadian cerobohnya yang membuatnya malu. Tanpa sadar dia sudah sampai didepan kelasnya, dita segera memasuki kelasnya. Tapi saat hendak memasuki kelas, dia mendengar deheman suara bass dari arah belakang. Dita menolehkan kepalanya, dia kaget melihat siapa yang ada dibelakangnya tersebut.
"Tas lo" ucap cowo tersebut dengan menyerahkan tas biru laut dita.
Dita mengerutkan dahinya binggung. "Ko bisa sama lo?" Ucapnya.
Cowo tersebut menaikkan sebelah alisnya. "Ambil" ucapnya datar.
Dita menatap aneh cowo yang menyerahkan tasnya tersebut. "Makasih cakra" ucapnya.
Iya cowo tersebut adalah cakra.
Sebenernya cakra yang membawa tas dita, saat pingsan kemarin dia menyuruh orang untuk menaruh tas sekaligus hp dita ke bagasi mobilnya. Tapi karena kemarin dia lupa mengembalikan, jadi baru sempat sekarang.
Cakra hanya menatap datar dita, lalu beralih menatap kedepan kelasnya. Meninggalkan dita yang tak bergeming didepan kelasnya.
'Tas gue ngapa di dia coba'
Dita yang tidak mau ambil pusing, melangkahkan kakinya ke mejanya. Menaruh tas birunya dimeja, membuka seletingnya. Dita mencari-cari hpnya, tetapi tidak ada. Dia panik, kemana hpnya? Masa cakra ngambil tasnya doang ga sama hpnya? Apa hpnya sama tasya? Atau mungkin hilang!?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Prince
Teen FictionBumi dan matahari akan selalu bersama, termasuk bersama bulan dan bintang juga. Bulan tanpa bintang memang sudah biasa? Tapi apa akibatnya jika bumi tanpa matahari dan bulan? Tanpa bulan bumi akan gelap gulita, tanpa matahari pun sama, siang akan te...