ip.10

260 14 3
                                    

Dita keluar dari kamarnya  anannya diangkat kedepan, dengan susah payah dia memakai kaus kakinya walau sesekali badannya oleng. Lalu dengan kaki kirinya juga, tetapi badannya malah oleh kekiri dan menubruk bahu abangnya yang baru membuat segelas susu coklat panas. Hal itu membuat susu itu agak sedikit tumpah, untungnya kelantai tidak ke baju dita bisa lama lagi dia nanti.

"Dita- lu tuh ya!" Geram arya.

Dita menatap abangnya melas, "aduh, sorry deh. Gue buru-buru nih, lagian ini gegara elu juga! Bukannya bangunin!" Semprotnya.

"Gue udah bagunin, lunya aja kebo" desis arya sambil berbalik arah kearah dapur mengambil kain pel untuk membersihkan lantai yang kotor itu.

Itu akibat semaleman dia begadang buat belajar pelajaran bu wanda, saking cintanya sama tuh guru tuwir itu. Dia kesal karena belum ada yang nyantol juga diotaknya! Sekalinya inget udah lupa lagi, itu juga gara-gara otaknya ngebleng abis stalk cakra.  Nyesel kuadrat dia ngestalk cakra! Hampir 2 jam dia berkutat dengan pikirannya, mengira-ngira siapa yang foto sama cakra itu. Pikirannya selalu negatif tapi otaknya positif! Emang udah sinting dirinya. Sebab itu, dia susah konsentrasi belajar. Butuh waktu berjam-jam dapat menghapal nama-nama alien itu, itu juga baru setengah belom semuanya. Untungnya juga dia ketiduran jadi inget tidur! Makanya sekarang dia telat bangettttttt dan yang lebih parahnya kantung pandanya ini yang gabisa dia toleransi. Sudah berkali-kali dia tutupi dengan bedak masih aja keliatan! Buatnya kesal. Dan ini semua akibat cakra!

Dita menggelengkan kepalanya, dengan segera dia memakai sepatunya. Lalu membuka pintu apartementnya, namun tangannya buru-buru dicekal arya.

"Kebiasaan, buka mulut lo" titah arya. Dita menurut, membuka mulutnya. Arya memasukkan selembar roti bakar kemulut dita.

"Sarapan itu penting"

"Iywa iywa, uwah ywa gwa bwarengkwat" dita berlari menyelurusi lorong-lorong apartementnya dan bergegas memasuki lift.

Dita mempercepat larinya, saat lift didepan matanya segera menutup. Dia dengan gesitnya menerobos lift itu, dan-- fyuh dia berhasil!

Dia bersender didinding lift sambil mengunyah roti bakarnya, dan tangannya yang sedang membuat dasi. Dia bernafas lega, setidaknya dia sudah masuk lift.

"Itu ngebahayain lo" tutur seseorang disampingnya.

Dita menolehkan kepalanya, dia kaget melihat siapa yang berada dilift bersamanya itu. "Rwiko!?" Pekiknya.

Riko terkekeh melihat ekspresi dita, selalu kaget melihatnya. "Telen dulu ege ta"

Dita dengan cepat mengunyah rotinya dan sesegera menelannya. "Lo kok bisa disini? Lo mau jemput gue ya?"

Riko mendelik, lalu menjitak kepala dita pelan. "GR lo! Gue lagi nginep dirumah paman gue" jelasnya.

Dita mangut-mangut, lalu menatap kearah depan dengan tangannya dengan sesegera mungkin membuat dasi. Tetapi susah, biasanya dita membuat dasi didepan kaca tapi ini tidak. Sudah beberapa kali dia salah. Riko yang memperhatikan dita, tersenyum lalu mendekat kearah dita. Dita menolehkan kepalanya, kaget melihat riko yang mendekatinya. "Eh-h mau ngapain!?" Pekik histerisnya.

Riko terus mendekat, lalu tangannya terlurur mengambil dasi yang sedang dipegang dita. Dengan cepat dia membuat dasi itu. Hanya beberapa detik dan- selesai. "Kalo gabisa, jangan gaya-gayaan"

"Is, gue bisa tau! Tapi susah"

"Sama aja gabisa"

"Bisa!"

"Enggak"

"Is, bisa riko!"

"Iya-iya bisa" riko mengalah lalu mundur.

Ice PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang