interconnected

5.7K 464 6
                                    

helena

ternyata aku baik baik saja, ku fikir aku akan mati,  tapi nyatanya tidak hanya saja kaki ku sedikit susah di gerakan karena jahitan di bagian pahaku.

ku lirik ayahku yang tertidur setelah semalaman menjagaku,sepertinya hari ini ayahku memilih untuk tidak bekerja. ku usap kepala ayahku yang berbaring di sampingku.

kupandangi tubuh ayahku yang sepertinya tidak pulang karena bajunya masih sama dengan kemaren saat dia bersiap pergi kerja.

"pasti ayah sangat khawatir denganku,  maafkan anakmu yang bodoh ini" tiba tiba aku teringat telfon genggam milikku , ku pinggirkan selang infusanku ku raba daerah samping bantal ku.  "tidak ada, hilangkah? " kini aku sedikit panik karena jika telfon itu hilang bagaimana aku menghubungi jihan bahwa aku sedang kecelakaan.

ayahku yang tadinya tertidur kini terusik karena suara tanganku yang dari tadi sibuk mencari.
"cari apa len?" ayahku mengusap wajahnya dan menatapku.

"ah eheh maaf yah jadi bangunin hehe" aku  tersenyum dengan perasaan tidak nyaman.

"hehe gak papa nak,  gimana sudah mendingan?  kaki kamu gimana masih nyeri?" ayahku memegang kakiku memeriksa kakiku yang masih di selimuti.

"gak papa kok yah,  ini sudah tinggal tunggu kering jahitannya aja masih nyeri sedikit kok"

"ahh gitu,  terus kamu itu cari apa? dari tadi ayah perhatikan kok gelisah" kini ayah berdiri menuangkan air putih untukku."minum dulu"

ku ambil air dari pemberian ayah "tidak ayah aku hanya sedang mencari telfon" .

aku tau sebenarnya banyak sekali pertanyaan di benak ayah mengapa aku bisa bertindak segila itu tapi sepertinya ayah tidak ingin aku mengingatnya.

"telfon?  hmm sepertinya telfon mu di simpan shanon" ucap ayah kini mengenakan jaketnya bersiap untuk pergi.

"shanon?" aku melirik ayah dengan bingung.

"iya shanon dia salah satu pegawai di kantor , dia juga yang membawamu ke sini, anyway ayah akan ke kantor dan membawa shanon ke sini untuk menemui mu, apa tidak apa apa?"

"he-m iya ayah bawalah dia kesini aku ingin mengucapkan terimakasih kepadanya". jujur aku tiba tiba menjadi takut karena jika dia membaca pesan ku pasti dia akan tau bahwa aku sedang di teror. semoga saja dia tidak membaca pesan ku. 

"baiklah kalau begitu ayah pergi dulu" ayah mendatangiku dan mengusap kepalaku. "cepatlah pulih,  jika butuh sesuatu panggil suster ayah tidak akan lama oke?" dia mengecup keningku.

"iya ayah"ku peluk pinggang ayahku kemudian melepaskannya.

ku lihat pundak ayahku perlahan   meninggalkan ruangan ku oke aku jadi kesepian saat ini bahkan aku tidak bisa menghubungi orang - orang.
.
.
.
.
.
12:35

Author
helena pun menoleh ke luar jendela memikirkan vanesa yang telah membuatnya sangat kecewa.

dia hanya bisa menghela nafasnya berharap semuanya akan berubah, tapi sepertinya tidak.

tok tok-!

suara ketukan pintu membuatnya menoleh dan menatap suster yang membawa beberapa obat obatan.

"permisi mba saya cek dulu yaa" mengeluarkan beberapa alat cek upnya.

"iya mba".helena tersenyum ramah

"boleh di turunkan bajunya saya mau cek bagian pundaknya''suster itu membantu untuk bangun

"pundaknya masih sakit mba?" suster itu menekan bagian belakang dari tengkuk hingga pundak,  dan benar rasanya nyeri.

Girl with stupid feelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang