Kau merenggangkan tubuh setelah berjam-jam merebahkan diri di ranjang. Kau melihat jam dinding putihmu. Pukul 07.30 hari minggu. Pukul 8 nanti, kau akan pergi bekerja di kafe. Gajinya lumayan untuk kebutuhanmu yang tinggal di rumah kecil sendirian.
Setelah mandi, kau segera bersiap. Jeans hitam dan kemeja putih sudah cukup bagimu. Kau selalu mengenakan warna Monochrome saat berpergian karena itu adalah warna favoritmu.
Kau mengikat rambut panjang mu keatas kemudian membawa tas hitam kecil dengan beberapa barang pentingmu didalamnya.
Kau bercermin dan merapikan sedikit rambutmu, "oke, saatnya kerja."
Kau keluar dari kamar dan mengambil sebuah susu pisang di kulkas lalu meminumnya sembari mengenakan sneakers putihmu. Kemudian kau keluar dari rumah dan tak lupa mengunci pintu.
>•<
"Misi! Saya boleh pesen ga ini?"
Kau yang sedang mengelap meja lantas melengos. Temanmu yang biasanya menjaga kasir belum datang. Dan ada seorang pria menunggu. Kau-dengan terpaksa-segera mengambil alih tempat temanmu sementara.
"Maaf mas nunggu lama. Mau mesen apa?" Tanyamu.
Pria sipit didepanmu tersenyum hingga matanya hanya terlihat seperti garis melengkung, "pesen coklat panas satu sama kopi satu."
"Ada lagi?"
"Ada."
"Apa?"
"Pesen mbak buat nemenin saya mau ga?"
"Maaf, itu ga ada di menu."
Kau pun segera membuatkannya kemudian menotal semuanya. Setelah ia membayar dan menerima pesanan, ia berjalan menuju salah satu meja dengan dua kursi.
Kafe ini sekarang sedang sepi karena mungkin masih pagi. Jadi pria itu bebas memilih tempat dimana saja. Tapi jika dipikir, ternyata ini sudah menjelang pukul 10. Biasanya tempat ini sedikit lebih ramai sekarang.
"Mbak pelayan, sini lah temenin saya!"
Kau melirik pria itu dengan sinis sambil terus membersihkan meja.
Kemana temanmu yang biasa menjaga kasir? Karena dia belum datang, kau jadi hanya berdua dengan pria itu.
"Mbak, lagian ini masih sepi juga. Sini lah saya temenin. Kita ngobrol bentar sambil nunggu temen saya dateng."
Sambil melengos, kau pun menerima permintaan pria itu dan duduk di hadapannya.
"Hehe, nurut juga. Oh ya mbak, saya Kwon Soonyoung. Bisa dipanggil Soonyoung atau sayang juga bisa."
"Najisin kamu boleh ga, mas?"
"Hehehe. Mbak namanya (y/n) pasti."
"Mas pasti liat name tag saya."
"Hehe ketahuan."
"Mas kok cengengesan mulu?"
"Salting mbak. Soalnya ada cecan didepan saya, hehehe."
"Yain."
"Mbak kok disini sendiri?"
"Ngga sendiri. Mas nya ga dihitung?"
"Oh iya hehehe."
"Udah boleh pergi belum mas?"
"Nanti lah mbak. Kan temen saya belum dateng. Lagian kan kafe nya lagi sepi mbak."
Kau mendesah kasar dan menyangga dagumu dengan telapak tangan.
Klinting.
"Sorry, gue telat."
Kau melirik pria lain yang lebih kecil dari Soonyoung tapi sama sipitnya.
"Yaudah ya mas, permisi."
Kau pergi untuk menjaga kasir. Kau membuka ponselmu dan melihat beberapa pesan dari temanmu.
Han Yuha
Sorry
Sorry
Gue hari ini absen kerja
Gue harus ke rumah
ortu gueRead.
Kau mendengus kesal setelah membaca pesan teman-penjaga kasirmu.
Kau melirik kedua pria itu karena tak sengaja mendengarkan percakapan mereka.
"Hoon, lo dari mana aja seh?"
"Gue tadi nyasar. Lo sih nyari tempat ribet amat."
"Hehehe. Btw, kata Wonwoo lo bawa payung. Tapi kok buat apa? Trus payungnya mana?"
"Gue kasihin ke anak sekolahan yang waktu itu."
"Cia perhatian cia. Suka kali lo."
"Dih."
Ternyata sifat Soonyoung memang begitu. Kau pikir dia hanya bersikap seperti itu didepan perempuan saja.
Dia memiliki beraura sangat cerah dan positif. Pasti dia sangat ramah pada orang lain selain kau.
"Mbak, saya mau mesen."
Kau pun mengalihkan pandanganmu dari Soonyoung ke pelanggan dihadapanmu.
>•<
Cerita keduaaaa
Aku lagi mood bikin ginian :vDukung saya untuk menyelesaikan keduanya :v
-Salam 🍉