"Woy!"
Kau disadarkan dari lamunan panjang oleh Yuha.
"Lo ngelamunin apaan dah. Untung ni kafe belum buka. Kalo udah buka pelanggan udah pada protes kali."
Kau sadar bahwa kau sedang membersihkan meja. Namun kau malah memikirkan Soonyoung.
"Lo mikirin mas Soonyoung?"
Kau mengangguk.
"Dih, baru aja jadian. Ga ketemu bentar udah mikirin."
Kau menatap Yuha malas, "ga gitu."
"Trus?"
Kau menghirup napas panjang kemudian menceritakan semuanya. Mulai dari kotak penuh barang berwarna hingga kejadian laba-laba itu.
"Kalian temen kecil kali. Coba inget-inget," kata Yuha.
Kau menggeleng, "gue gaada ingatan masa kecil."
"Maksud lo?"
"Kayak udah gaada lagi gitu di otak gue. Katanya bokap, demi kebaikan gue."
>•<
Hari mulai gelap. Saat ini, kafe sedang sepi. Jadi kau memanfaatkannya untuk bersantai sejenak. Tak lama kemudian, Soonyoung datang.
"Ay~"
Kau menatapnya tajam. Sebuah isyarat agar ia tak mengganggumu yang sedang beristirahat.
"Eh, mas Soonyoung."
"Eh, mbak Yuha."
"Pj mana nih mas."
"Gaada dong ehehehehehehe."
Yuha terkekeh dan duduk disebelahmu. Sementara Soonyoung duduk didepanmu.
"Eh, mas, sering ke rumah (y/n) ya?"
"Ya dong hehe."
"Kapan ngajak dia ke rumah mas?"
"Gausah. Rusuh yang ada."
Kau menaikkan sebelah alis, "rusuh?"
"Kan aku tinggal bareng-bareng. Jadi di rumah ada 13 orang termasuk aku."
Sangat berbeda bukan denganmu?
Ia tinggal dengan banyak orang berbeda sifat dan latar belakang. Sementara kamu tinggal sendirian.
"Gapapa. Aku mau main kesana."
Soonyoung tampak terkejut namun senyuman lebar terlukis di wajahnya, "beneran?"
"Iya."
"Kapan?"
"Pulang nanti langsung aja."
"Ok ay~"
>•<